Obsesi Yang Menjadi Nyata

Ustadzah Ikha
Ustadzah Ikha

Perkenalkan namaku Baim, mahasiswa lulusan fakultas ekonomi jurusan manajemen disalah satu universitas negeri, saat ini umurku 24 tahun, aku mempunyai usaha toko kecil-kecilan untuk mengisi waktu luang, toko ku berada di tengah-tengah diantara dua toko lainya, disebelah kanan ada konter pulsa, dan disebelah kiri ada tempat usaha Ustadzah Ikha dan suaminya. Keseharianku bisa dibilang biasa-biasa saja, bahkan orang-orang disekitar toko menganggap aku pemuda lajang yang tak mempunyai keistimewaan apa-apa, selain sarjana muda yang membuka usaha toko. Mereka pikir aku adalah pemuda baik-baik, yang jauh dari tindakan tercela, ya… aku memang berusaha untuk terlihat baik dan sopan kepada orang-orang disekitar


Berawal kurang-lebih dari setahun yang lalu, dimana aku membuka usaha dengan para tetangga toko yang ramah dan menyenangkan, Sebelah kanan ada konter pulsa yang dijaga oleh dua orang wanita, yang satu bernama Intan dan satu lagi bernama fitri. Sementara disebelah kiri ada usaha pribadi yang dimiliki oleh bang Radi sang suami dari Ustadzah Ikha, menurut penilaianku Ustazah ikha sangat baik, cantik, manis, supel dan asik diajak ngobrol, dia sering bersenda-gurau denganku, Ustadzah Ika mempunyai 2 orang anak. Saat pertama kali aku membangun usaha disini, aku bersikap biasa saja kepada Ustadzah Ikha Karena aku menilai beliau adalah seorang istri yang solehah dan sering mengajar mengaji di mushola terdekat, hari demi hari aku semakin akrab dengan Ustadzah Ikha Bahkan dengan Haisya anaknya yang paling kecil dan masih balita, ia belum bisa berjalan... Jika ingin berjalan harus dituntun, terkadang aku sering mengajaknya berkeliling dengan motorku, tak jarang juga dia ku gendong hingga tidur terlelap didekapanku.


Hari demi hari aku semakin mengagumi sosok Ustadzah Ikha entah apa yang merasuki jiwaku, Ustadzah Ika makin hari semakin terlihat cantik dan menarik, aku sering beronani membayangkan tubuh molek dibalik gamis Ustadzah Ikha yang kerap datang dan mengganggu tidurku, saat aku lelap teetidur, tiba-tiba Ustadzah ika masuk ke toko ku, lengkap menggunakan gamis dan jilbab lebarnya, dia mencoba untuk membangunkanku,


“iim.. Baim..Baim.. Ini ibu iim"

"tolong bukain gamis ibu anak, ibu kepanasan”


Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat bh dan CD hitam yang ia kenakan, Aku benar-benar terpana melihat seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku dan aku tak bisa berkata apa-apa, kemudian beliau membuka kaitan bh nya hingga terlepaslah gundukan tetek indah itu yang kira-kira berukuran 36B. Meski sudah menyusui 3’orang anak tetapi tetek ustadzah masih saja terlihat kencang dan tidak kendur, Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yang ia gunakan tiba-tiba.....


Tiiiiinnn, tiiin .. Tiiiinnnnnn ..


Terdengar suara klakson mobil diluar toko dan membuyarkan mimpi indahku, Dengan enggan kulihat jam menunjukan masih pukul 07.15 pagi, aku masih tak percaya dengan apa yang baru saja ku impikan, Kurasakan kontolku tegang maksimal dibalik boxer ku, aku segera ku kekamar mandi untuk mencuci muka, Setelah memakai kaos aku melangkahkan kaki dan membuka sebagian rollingdoor toko, aku ingin melihat mobil siapa yang membuat mimpi ku hilang begitu saja, Aku keluar toko dan kulihat ustazah ika keluar dari dalam mobilnya sambil menggendong Haisya,


“Ohh my gosh...wanita inilah yang hadir dalam mimpiku barusan” aku berucap dalam hati


Pandanganku tak henti menatap setiap gerak-gerik ustazah Ika,

“Tumben anak lajang udah bangun jam segini, biasanya jam 10 baru buka toko .. “ Ucap ustazah ika mengalihkan lamunanku


“iya nih bu, lagi pengen aja” 

“bang radi mana bu, ko ga kliatan?” 

“Ibu mengantar anak-anak sekolah, bang Radi kalo pagi di cabang yang satu lagi, lalu siang nanti kalo karyawan udah kumpul semua baru bang Radi kesini, terus ibu ngajar ngaji deh” 

“Oo ..Gitu ya..bu ustadzah .. “ sahut ku

“Yaudah ibu masuk dulu ya iim”

“Oke.. bu” jawab ku


Aku masih dibayangi mimpi-mimpi tentang Ustadzah Ika, obsesi ku semakin besar untuk melihat isi yang sebenarnya dibalik gamis panjang dan jilbab lebar Ustadzah Ikha

Aku masuk ke dalam toko keseduh secangkir kopi, lalu kembali keluar dan duduk teras toko, kubakar sebatang rokok dan aku mulai larut dalam khayalan ku tentang sosok Ustadzah Ika


Ketika aku sedang asik berkhayal sambil menghembuskan asap rokok, terlihat Ustadzah Ika keluar sambil masih menggendong anaknya dan membawa sapu serta pengki hendak menyapu teras tokonya, Aku memandang tanpa kedip, menyaksikan ustadzah yang sedang membungkuk membelakangiku, Terlihat jelas ceplakan cd nya dibalik gamis dan hijab yang ia kenakan, aku berpikir keras bagaimana caranya agar bisa menikmati apa yang ada dibalik jilbab dan gamis panjang itu, angan ku melambung tinggi namun segera ku tepiskan dan mencoba untuk mendekati ustadzah.


“Bu Ustadzah, sini Haisya baim gendong, ustadzah kan lagi repot”

“eh, ga usah iim, nanti ngerepotin kamu”

"Ah..Gak kok..sekalian Baim mau main sama bidadari kecil yang satu ini…”


paksa ku sambil menyodorkan tangan untuk mengambil Haisya dari gendonganya, sengaja kedua jariku agak kedepan agar dapat menyentuh tetek ustadzah, dan rencanaku berhasil, jari-jariku terasa menyentuh gundukan tetek yang empuk itu walau masih terhalang hijab dan bh namun cukup membuat ku melayang, ku rasa Ustadzah juga merasakannya, kulihat dia agak memundurkan badanya sedikit, namun tak kulihat ada raut wajah marah atau pun kesal dari sang ustadzah atas perlakuanku yang dengan berani menyentuh daerah sensitifnya


“maaf ya iim... jadi repotin kamu”

“adek main sama om aim dulu ya.." "Ibu mau beres beres toko, jangan nakal ya sayang"


Kugendong anak Ustadzah Ika sambil mengamati sang ustadzah cantik itu menari dengan sapu dan pengki ditangannya, Tak jarang dia menungging membelakangiku, semakin terpedaya akal sehatku, aku semakin tenggelam dalam bisikan setan untuk segera melampiaskan apa terjadi dalam mimpi ku, disaat sedang asik megkhayal tentang Ustadzah, tiba-tiba Haisya merengek minta minum, sambil tetap menggendong Haisya aku masuk kedalam toko ustadzah.


“Bu ustadzah, Haisya kayaknya pengen minum nih"

“iya iim, tolong ambil aja didalam iim, botol susunya udah ibu siapin”

“didalam kulkas ya… iim”

“iya bu ustadzah , permisi…”

Aku memasuki toko Ustadzah hingga ke dalam kamar, untuk mengambil susu untuk Haisya, sesampainya didalam kamar aku terpana melihat tumpukan baju tersusun rapi, tapi bukan itu yang membuatku terpana melainkan tumpukan cd dan bh milik ustadzah didalam lemari tanpa pintu, Sepertinya itu dibuat hanya untuk meletakan baju saja, timbul isengku untuk melihat-lihat isi lemari yang lain, Ku letakan Haisya di kasur lantai lalu ku ambil botol susu dalam kulkas, aku berjalan ke arah pojok kamar dan ku dapatkan bh dan cd milik ustazah, sejenak kuperhatikan bh nya ternyata berukuran 36B. Ku hirup aromanya huuffftttttt...... Akkhhhh.... aku semakin terbang, membayangkan mimpi yang indah yg pernah ku alami, disisi lain kulihat ada baju bang radi dan gamis ustadzah serta pakaian dalam Ustadzah lainya, dan yang membuatku terkejut ternyata ada juga bh dan cd transparan, Oh my Gosh...aku berpikir sejenak, Inikah sosok Ustadzah??? Apa yang kamu sembunyikan dibalik jilbab dan gamis panjang mu ustadzah? Pertanyaan-pertanyaan itu mengacaukan pikiranku, dan ku lihat banyak lingerie seksi, tank top, dan pakaian seksi lainya, hingga akhirnya aku tersadar bahwa aku tak bisa berlama-lama menikmati pakaian dalam sang ustadzah, Segera ku hampiri Haisya dan bercengkrama seakan tak ada apa-apa. Tak lama kemudian Ustadzah Ika datang, Menuju kamar tempat aku dan Haisya bermain.


"Ehh anak ibu main sama om aim, anteng banget"


"iya ni ustadzah .. pinter banget Haisya, Tau ibu nya lagi sibuk, anteng dia sama oom"


"pinter anak ibu, Makasih ya iim udah jagain Haisya, Ngerepotin jadinya"


"ah enggak papa kok bu ustadzah, Baim udah anggep Haisya adek baim sendiri"


Ku angkat Haisya dan ku kembalikan ke gendongan ibunya" kembali dengan sengaja tangan ku agak menjulur, Benar saja lagi-lagi aku bisa merasakan empuknya tetek sang ustazah, dan sang ustazah tetap cuek tak ada gestur untuk menghindari tanganku, Aku kembali ke toko dengan senyum penuh tanda tanya tentang Ustadzah Ikha, membuat pikiranku semakin melayang tinggi, aku tak henti membayangkan apa yang ada dibalik jilbab lebar dan gamis itu, ditambah pakaian dalam yang bagiku sangat mengundang hasrat dan biasa dipakai oleh wanita-wanita dengan kehidupan bebas, bukan yang seharusnya dimiliki oleh seorang yang dipanggil ustadzah,

What...man !!! are you kidding me??? Seorang ustadzah mempunyai koleksi bh plus cd yang seksi, Ditambah lagi dengan adanya sebuah benda yang gw curigai sebagai vibrator, WTF?? Apa yang Ika sembunyikan..? sial.. gw jadi makin beringas mikirin dia.. pokoknya gw harus dapetin dia, Ustadzah harus tunduk dan takluk sama gw!! Aku berbicara sendiri seakan tak percaya apa yang barusan aku lihat di dalam kamar milik Ustadzah Ikha. Aku pun segera berlalu menuju kamar mandi, salurqn air kamar mandi ku dimodif dengan selang yang sudah ku sesuaikan layaknya shower seperti di kamar mandi hotel, ku nyalakan keran air, dan keluarlah air mengguyur seluruh tubuh ini, aku ingin menghilangkan pikiran yang sangat mengganggu tentang Ustadzah Ikha lalu ku putuskan untuk beronani dan jelas ustadzah lah yang menjadi objek imajinasi ku... bh, cd, lingerie, tanktop, serta benda seperti vibrator... ditambah bayangan mimpiku semalam membuatku hanyut dalam khayalan tentang ustadzah.


"Ooh, Ustadzah Ikaaa..." 

"aaaahrrghhhh...!!!!"


Ku nikmati setiap detik spermaku mengalir, setiap kedutan yang ada pada kontolku dibarengi dengan sesaknya nafas menahan nikmatnya ejakulasi kali ini, Selesai mandi segera ku buka toko, dan menjalankan aktifitas seperti biasa.


Siang hari udara panas membuat kering tenggorokan, ku seduh es teh manis untuk menyejukkan tenggorokan dan ku bakar sebatang rokok lalu duduk di teras toko, aku tak melihat ustadzah di tokonya, Kemana ustadzah ya? Batinku bertanya, segera ku matikan rokok lalu bergegas menghampiri toko ustadzah, ku coba melihat dari luar jendela tak ada tanda-tanda dia berada di dalam toko, dan tak kudengar suara rewel Haisya, mungkin ustadzah sudah pulang, tapi mobilnya masih ada didepan toko, dengan rasa penasaran aku melangkahkan kaki menuju pintu toko, kudorong perlahan dan... upss .. ternyata tak dikunci, berarti ustadzah ada di dalam, tapi kenapa tak terdengar suara Haisya atau Ustadzah? ku panggil ustadzah beberapa kali, namun tak ada jawaban dari dalam, akhirnya ku beranikan diri untuk masuk dan menuju kamar, kulangkahkan kaki dengan perlahan. Sesampainya didepan kamar ku ketuk pintu beberapa kali namun tak ada jawab sama sekali, ku dorong pintu kamar dengan perlahan dan ternyata tidak terkunci, kulihat Ustadzah dan Haisya sedang tertidur, Hasiya berbaring tenang disisi Ustadzah, Sedang ibunya tidur posisi miring dengan gamis yang tersingkap sepaha... ohhhh mayyyyangaad..., That's my dream .. kulitnya benar-benar mulus tanpa gores sedikitpun, tak henti mataku memandang kearah sana, ketika mataku naik ke bagian atas aku terkejut...melihat sebelah tetek ustadzah menyembul keluar, mungkin beliau tertidur ketika sedang menyui anaknya, Ohh god .. ingin rasanya ku remas payudara ustadzah itu, Namun itu sangat beresiko, segera ku rogoh saku dan mengambil hp dari dalam saku .. lalu ku foto sebanyak-banyaknya, saking nekadnya aku singkap lebih ke atas gamis ustadzah, hingga nampak bulatan pantatnya yang putih mulus dan padat berisi, berpadu dengan cd warna hitam yang kontras dengan warna kulitnya... akal sehatku telah dikalahkan oleh hawa nafsuku sendiri, namun tiba tiba ustadzah bergerak, aku terkejut...ku kira beliau terbangun, namun ternyata tidak nasib baik masih berpihak kepada ku. Beliau hanya menggeliat dan kini posisi ustadzah berubah menjadi telentang dengan kedua kaki terbuka lebar, membuat kontol ku tegang dan keras, aku semakin nekat... ku sibakkan tepi cd nya agak kepinggir, agar terlihat belahan memek ustadzah yang mulus itu, dan di sekitar memeknya terlihat bulu-bulu tipis yang tercukur rapih... aku tak berani menyentuhnya karena sangat beresiko, bisa-bisa nanti dia terbangun, dan sirnalah pemandangan indah siang ini. Ku lanjutkan mengambil gambar dengan kamera hp ku. Suasana kamar semakin hening, keringat dingin perlahan keluar dari pori-pori tubuhku, sementara jantung terus berdetak dengan kencang, ini adalah hal ternekat yang pernah aku lakukan, masuk kedalam toko orang secara diam-diam disaat pemiliknya tidur dengan keadaaan buah dada yang terbuka dan gamis yang tersingkap, setelah puas mengambil gambar, kusudahi aksiku dan aku berjalan perlahan menuju toko ku.

Setibanya di toko aku bergegas menuju kamar lalu membuka hp dan langsung kucari menu gallery, ku tempelkan bantal ke tembok dan langsung ku sandarkan punggungku disana, mataku tak henti menatap layar hp sambil tersenyum melihat hasil jepretan kamera hp ku. Bagaimana tidak? sang ustadzah yang cantik alim dan sholehah, bidadari cantik yang sering hadir didalam mimpiku, kini bisa kulihat tubuhnya dalam keadaan sedikit terbuka, terpampang jelas dilayar hp ku. Payudara kencang yang menyembul keluar, serta puting merah kecoklatan menghiasi layar hp ku. Sejenak aku termenung, gejolak birahi terasa memenuhi seluruh tubuhku, bisa saja aku mengancam ustadzah dengan foto itu, Namun aku tak mau bertindak bodoh dengan melakukan ancaman se-lemah itu, bisa-bisa dia mengadukan ku ke polisi dan menuntut tindakanku. Ku urungkan niat jahat nan buruk itu, Ku simpan hp kedalam saku, lalu ku mencoba untuk bersabar serta bersantai untuk memikirkan strategi berikutnya.


Batinku bergejolak atas semua yang kualami hari ini, Ustadzah yang selama ini aku kagumi ku puja karena kealim-an nya serta sholehah nya kini lain dimata ku, bagiku kini sisi lain dari sang ustadzah hanyalah manusia yang dibalut jilbab serta gamis panjang hanya untuk menutupi aib dan sisi binal kewanitaan nya, namun dia tetaplah seorang ibu yang baik bagi anak-anaknya dan istri yang setia, Karena bagiku bang radi suaminya tidak tampan atau pun gagah, dia hanya pria kurus berkulit agak hitam, pekerja keras dan rajin beribadah yang mampu menaklukan hati seorang ustadzah Ika. Ku hentikan lamunanku dan segera menuju depan untuk kembali bekerja.


Hari demi hari kulewati, tidak ada tanda-tanda bahwa ustadzah curiga dengan apa yang ku lakukan tempo hari, sengaja ku kurangi bersentuhan tubuh terhadap ustadzah, kini hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan, aku semakin intens dengan ustadzah, Namun naluri ku belum berani mendekatinya walau hanya sekedar meminta nomor WA, agar lebih gampang dalam mengenal watak seorang ustadzah, dan berinteraksi lebih dekat lagi dengannya, aku berpikir sejenak... bisa saja aku meminta nomer hp ustadzah dengan mudah, tapi bagaimana caranya agar seolah-olah dia yang membutuhkan aku, bukan aku yang terllihat mengejar dia, akhirnya ku putuskan untuk tetap bersabar, kulewati hari-hari dengan kesibukan mengurus toko, hingga akhirnya keberuntungan datang padaku. 


Saat itu kudengar besok keluarga ustadzah berencana pergi berlibur, dan benar saja esoknya ada dua mobil tiba di halaman toko, yang satu dikemudikan oleh bang radi, dan satu lagi di kemudikan oleh Ustadzah Ikha, kulihat mobil yang dikemudikan bang Radi penuh dengan para kerabatnya, sedangkan mobil yang di kemudikan Ustadzah Ika kosong hanya ada Haisya yang di gendong depan dan Arga anaknya yang masih berstatus siswa sekolah SD. Kucoba menghampiri mereka sekedar berbasa-basi dengan tetangga toko


"Wuiih.... pada mau kemana nih bang, rame-rame?"


"Eh baim, kami mau liburan ke pantai nih" 


"Kamu ikut yah, tadi anak-anak minta om aim ikut katanya, bisa kan iim?"


Aku menyambut antusias tawaran itu, sudah lama rasanya tidak refreshing, itung-itung jalan-jalan gratis hehehe


"ooh boleh bang...kebetulan kerjaan juga lagi kosong nih, tapi mobil abang udah penuh tuh"


"Kamu sama kak Ika aja iim, sekalian tolong pegangin Haisya yaah, Ga papa kan?"


"Oke bang... siap..."


Aku masuk kedalam toko untuk bersiap-siap dan mengganti baju, setelah selesai aku menuju mobil yang dikemudikan Ustadzah Ikha, ke dua tetangga toko yang menjaga konter pun diajak, tetapi mereka tidak bisa ikut karena hari ini bukan jatah libur mereka, Ku hampiri ustadzah di mobil dan mengambil Haisya dari pangkuannya, entah sengaja atau tidak yang rencana aku hanya ingin menyentuh sedikit gundukan tetek ustadzah, yang terjadi malah aku sedikit menggenggam sebelah kanan tetek ustadzah, dia sedikit kaget, namun tak marah atau pun menjauhkan teteknya dari tangan ku. Perjalanan panjang kami tempuh, hingga membuat Arga tertidur pulas di jok belakang dan Haisya terlelap dipangkuan ku, aku dan ustadzah ngobrol panjang-lebar membahas bermacam hal seperti berita hangat yang sedang terjadi di tanah air ini, hingga akhirnya beliau bertanya tentang kehidupan pribadiku


"iim kamu udah punya pacar?"


"Hmmm...belum ada bu ustadzah, baim belum punya pacar" sengaja aku berdusta, malas rasanya kalau nanti dia menyelidik siapa pacar ku, tinggal dimana, kenal dimana dan lain sebagainya...


"halah masa belum punya pacar, kamu kan ganteng iim"


"punya usaha sendiri, sarjana lulusan universitas negeri, bisa dibilang kamu pria mandiri" 


"Tipe pria idaman wanita banget kamu"


"Cuma sholat nya aja yang masih bolong-bolong hihihi..."


"ah.. ustadzah bisa aja, mana ada cewe yang mau sama cowo super sibuk kaya aku, bu ustadzah"


"Cewek jaman sekarang kan maunya bareng terus, kalo pergi harus selalu ngabarin, harus ini...harus itu... Ribet deh"


"Aih...aih..kamu ini merendah aja, emang tipe cewe idaman kamu kayak gimana sih?"


"Masa anak muda seganteng kamu belum punya pacar..?"


"Malu ahh...bu ustadzah...nanti jadi curhat sama ibu jadinya"


"Ya ga papa laah... Umur ibu masih 32 tahun lho iim .. Belum tua-tua amat kaaali" 


"Anggap aja aku ini ibu mu sendiri, atau kakak kamu, jadi santai aja kalo mau curhat tentang cinta-cinta'an"


"Gak perlu diragukan, Ibu kan sudah berpengalaman dalam rumah tangga Hehehe..."


"yeeee bu ustadzah... bikin Baim tambah malu aja"


"Hmm .. Aku sih gak muluk-muluk bu" 


"yang penting dia setia, baik, ramah, rajin sholat dan ngajar ngaji tiap sore hahaha"


sengaja ku candakan type ku ke arah sosok bu ustadzah, karena ku tahu beliau biasa mengajar ngaji tiap sore


"dasar kamu..." sambil mencolek pipiku dia melanjutkan ucapannya


"huft... Itu mah aku, yang ngajar ngaji tiap sore, masa kamu suka ibu-ibu sih..?"


"Aneh-aneh aja kamu"


"Yaa mungkin karena aku lebih suka yang keibuan"


"Karena kalo cewe jaman sekarang jarang ada yang keibuan... Rata-rata gadget aja yang diurusin"


"Ya Baim akuin... kalau baim kagum sama bu ustadzah, selain ibu yang baik .. Ibu juga istri yang solehah"


Kembali ku buat sanjungan pada sang ustadzah, beliau hanya tersenyum simpul mendengar pujian ku. Tak terasa kami hampir tiba ke tempat tujuan, Ustadzah melambatkan laju mobilnya, karena sudah terlihat banyak mobil yg mengantri di loker pintu masuk pantai.

Sesampainya dipantai anak-anak langsung menganti pakaian untuk berenang, begitu dengan bang Radi dia hanya memakai celana boxer, dan ketika aku berpaling pada Ustadzah, aku agak terkejut, karena ternyata bu ustadzah melepas gamis dan jilbab lebarnya, beliau memakai pakaian ketat yang menutupi seluruh tubuhnya dan mengenakan jilbab kurung yang hanya sebahu, terperana dengan apa yang ada di hadapanku. Baru kali ini aku melihat seorang ustadzah Ikha yang biasa memakai jilbab lebar sampai lengan dan gamis lebar panjang kini berganti hanya jilbab sebahu yang tidak menutupi gundukan buah dadanya yang besar, terlihat jelas jiplakan bh yang ustadzah kenakan dan segitiga cd yang dipakai dibalik baju ketat yang membalut tubuhnya, pantatnya yg bulat terlihat padat dan berisi, aku masih asik menggendong Haisya sambil mengamati satu-persatu kerabat mereka yang terjun kepantai, Kulihat dari kejauhan bu Ustadzah segera bergabung dengan kerabatnya, tak lama dia berteriak ke arah ku


"iim kamu ga ikut berenang?"


"ayoo...sini gabung"


"nanti deh bu ustadzah, baim pegang Haisya dulu" Segan juga rasanya bergabung dengan mereka


"Masa kamu jauh-jauh cuma nonton doang??"


"Ga papa kok baim disini aja dulu, nanti kalo mau berenang, Baim langsung nyebur deh"


"oke .. Makasih ya iim .. kamu Baik banget deh.."


Ustadzah berjalan menyusuri tepi pantai dan menuju dermaga, Ku amati setiap lenggak-lenggok langkahnya yang gemulai, oh tuhan... betapa indah makhluk ciptaan mu yang berbentuk wanita satu ini, itulah kata hatiku yang terucap saat melihat keindahan tubuh ustadzah dibalut baju renang ketat dan tidak tertutup jilbab lebar yang biasa dikenakanya


Byuurrr....rrrrr...


Terdengar suara gemuruh air ketika ustadzah melompat dari dermaga.. Kuamati terus pesona indah tubuhnya ketika jernihnya air laut menyelimuti seluruh tubuhnya, Bahkan cetakan bh dan cd nya terlihat semakin jelas... Ada sedikit rasa cemburuku ketika bang Radi sang suami memeluknya dari belakang, Damn...she is my mine bang Radi...!!! batinku mengumpat, padahal jelas aku bukanlah siapa-siapa dan mereka adalah sosok suami istri yang sah, aku tak tau apa yang salah dalam otak ku... Seakan akan iblis sudah meracuni akal sehat disetiap celah yang ada dalam otaku, segera ku alihkan pandangan ku, dan membawa Haisya berjalan keliling pantai.


Tak terasa waktu telah 20 menit berlalu dan kuhabiskan waktu tersebut hanya untuk berjalan-jalan keliling pantai, setelah jenuh ku putuskan untuk berenang, ku berikan Haisya pada pembantu ustadzah, dan aku segera menanggalkan pakaian lalu menyebutkan diri ke laut hanya dengan menggunakan celana boxer. Kami bercengkrama satu sama lain, menghilangkan semua penat dan kebosanan rutinitas selama ini, tetapi yang membuatku agak risih kedua anak ustadzah selalu mengikutiku dan mengajak bermain, saat sedang asik bermain aku berjalan mundur di tepi pantai dan kemudian berlari-lari masuk ke tepi laut, berkejaran dengan kedua anak ustadzah, saat aku berlari mundur tiba-tiba secara tak sengaja aku menabrak ustadzah dengan sangat kencang... Brrruukkkk ... Byuurrr... Kami saling benturan dan kehilangan keseimbangan lalu tercebur agak ketengah laut... Saat tercebur kedalam air laut wajahku tepat berada dihadapan Ustadzah.. aku merasakan badanku bersentuhan dengan tetek ustadzah yang besar itu, Aku rengkuh pinggang ustadzah dan tanganku yang satu lagi menahan kepalanya agar tidak terbentur batu karang.


"maaf Bu ustadzah .. tadi waktu lari baim gak liat, Bu ustadzah ga papa kan?"


"Iya ga papa iim..."


Aku berusaha meminta maaf sambil ngos-ngosan menghirup nafas, setelah sekian lama menahan nafas di dalam air, Aku tak tau apakah ustadzah sadar bahwa badan ku dan badanya sangat erat bersentuhan dan dibawah air aku memeluk tubuhnya, tapi kurasa dia tidak menyadari itu, karena kulihat sikapnya biasa-biasa saja, dan tak merasa terganggu dengan kondisi seperti itu


Tak terasa waktu pun merambat semakin sore, lalu kami memutuskan untuk segera bergegas merapihkan diri dan berisap untuk pulang, dari kejauhan kulihat ustadzah Ika masuk ke ruang ganti wanita yang hanya bertutupkan papan kotak, terlintas niat buruk ku untuk mengintipnya, tetapi urung kulakukan karena sangat beresiko melihat banyak orang disekitar sini. Tak lama kemudian ustadzah keluar dari bilik ruang ganti tapi masih menggunakan baju yang dipakai berenang tadi

Wait wait .. tak terlihat cetakan bh atau cd dibalik baju renang yang dikenakan ustadzah... dan ku lihat jelas pentil ustadzah menonjol dipuncak bukit kembarnya, ku rasa dia menanggalkan bh dan cd nya diruang ganti, Ustadzah berjalan menuju tasnya, lalu dia mengambil gamisnya dari dalam tas, Oalah...ternyata dia lupa membawa baju ganti, Kemudian ia kembali lagi menuju ruang ganti tadi.


Ketika semua sudah siap, kami pun bergegas untuk pulang, sepertinya ustadzah terlihat lelah, dia menyuruh ku untuk mengemudikan mobil, sementara dia duduk di kursi samping kemudi sambil mendekap Haisya dipangkuanya. Ditengah perjalanan kulihat Ustadzah tertidur pulas, begitu juga dengan kedua anaknya, raut wajah kelelahan nampak diwajahnya. Tiba-tiba muncul niat jahat ku untuk merasakan sesuatu yang ada dibalik gamisnya, dengan rasa gugup ku coba menyentuh gundukan buah dadanya dengan jari ku...tak ada reaksi apa pun dari nya, aku mencoba untuk semakin memberanikan diri, ku sentuh tetek ustadzah yang masih dibalut gamis dengan telapak tangan.. Dan what??? Aku terkejut..!! Aku tak merasakan ada bh dibalik gamisnya .. Jemariku hanya terhalang kain gamis ustadzah dan langsung menyentuh empuknya payudara ustadzah, tanpa adanya busa bh yang menghalangi... Ku coba untuk menggeser kepala Haisya yang menghalangi tetek ustadzah,, Ku buka kancing depan baju gamisnya dan benar saja... Ustadzah tidak memakai apapun dibalik gamisnya ku lihat puting nya mencuat, mungkin karena cuaca agak dingin. Ku hentikan mobil sejenak... Ku mainkan tetek ustadzah sambil sesekali ku remas ..


Ooohhh... Bu Ustadzah...


Saat sedang asik bermain-main dengan teteknya... tiba-tiba bu ustadzah bergerak berganti posisi.. Aku pun jadi panik... Segera ku hentikan permainanku dan menutup gamis yang tersingkap dengan jilbab ustadzah... Kemudian kupegang kemudi dan melanjutkan perjalanan, setelah beberapa lama akhirnya kami sampai di rumah ustadzah, ketika aku pamit, Bang Radi dan Ustadzah meminta aku untuk menginap saja, dengan pertimbangan hari telah malam.


Akhirnya kuputuskan untuk mengikuti kemauan mereka menginap dirumah sang ustadzah. Rumah Ustadzah begitu asri, dihiasi dengan halaman yang luas dan kolam renang dibagian belakang, Rumah yang cukup besar dengan desain dua tingkat yang cukup modern, aku dipersilahkan istirahat di kamar tengah, yang berada diantara kamar ustadzah dan kamar pembantunya, sedangkan kamar anak-anaknya berada tepat didepan kamar ku, 

Waktu telah menujukan pukul 23:00 menandakan hari telah larut malam, namun rasa ngantuk tak kunjung datang menghampiri, ku langkahkan kaki sekedar untuk mencari angin dan ku nyalakan rokok untuk mengusir sepi, tempat yang menjadi tujuanku adalah kolam renang yang terletak dibelakang rumah, ku nikmati suasana malam itu dengan hembusan asap rokok, tak terasa sudah 3 batang rokok kuhabiskan.


Disaat asik menghembuskan asap rokok dari kejauhan samar kulihat sang ustadzah.. Ku coba fokuskan pandangan ku dengan menyipitkan mata apakah benar sosok berambut sebahu yang menggunakan tanktop dan hotpants itu adalah Ustadzah Ikha? Perlahan ku matikan rokok dan menuju ruang dapur, dimana kulihat wanita itu berjalan menuju kesana... Benar saja, Seorang ustadzah yang biasa aku lihat berjilbab dan gamis panjang...dan kini wwooww...... terlihat nyata sang ustadzah hanya menggunakan tanktop tanpa bh didalamnya, aku sangat yakin karena tak ada ciplakan bh dibalik tanktop tersebut, dihiasi dengan tonjolan puting kecilnya dibalik tanktop, plus bawahan yang hanya memakai hotpants yang juga tanpa cd dibaliknya, yaa... karena tak juga kulihat cetakan cd ny dibalik hotpants yang seksi itu, aku merasa sedang disuguhkan pemandangan indah duniawi...dan keindahan itu semakin mempesona tatkala dipadukan dengan kecantikan alami wajahnya, dengan postur tinggi 157cm serta buah dada berukuran 36C yang seolah-olah tak sanggup lagi ditutupi oleh tanktopnya, sangat terlihat nyata dihadapanku, namun sepertinya dia sedang ada masalah, karena kulihat wajah sang ustadzah agak murung, apakah ustadzah habis ngentot dengan bang Radi, dan kurang mendapat kepuasan?? Timbul niat iseng ku... aku berpura-pura seperti orang yang sedang menggigau sambil berjalan.. Dengan deg--degan ku jalankan rencanaku ..


"Intan, intan .. Kamu dimana?"


Aku berjalan sambil teepejam dan meraba-raba sekitarku agar tak terjatuh .. ku gerak-gerakan tangan ku layaknya orang yang mengigau sambil berjalan, Ku panggil nama salah satu wanita penjaga konter agar ia yakin aku sedang bermimpi. Ketika tiba didekat ustadzah, beliau terkejut sambil menutupi bagian dadanya dengan kedua tangan yang disilangkan


"iim... Ngapain kam... " 


Ustadzah menghentikan ucapannya, mungkin ia baru menyadari apa yang terjadi dengan ku .. dengan sedikit senyum dibibirnya dia kembali berucap


"Owalah... Ngigau toh... tidur sambil jalan"


Lalu kulanjutkan sandiwara ku


"Intan aku sayang kamu..."


"Kamu dimana sayang?"


Sambil tetap dalam kondisi tidur berjalan, aku terus berpura-pura


"Intan disana iim...di konter, ngapain kamu cari disini?"


Aku merasa ustadzah sudah tertipu dengan sandiwara ku, tatkala kudengar dia menganggap aku mengigau, dengan sigap aku sentuh wajahnya dengan lembut, Ustadzah sedikit kaget dengan perlakuan ku, tanganya menggenggam tanganku namun tak menahan atau menariknya sama sekali.


"iim...Ini ustadzah iim... Bukan Intan"


Aku pura-pura tak mendengarnya, lalu ku gerakan tanganku yang tadinya hanya menyentuh pipi ustadzah, kini aku mulai mengelus-elus pipinya agar memberikan sensasi geli dan nikmat... Kini tanganku menggengam tengkuk kepala ustadzah... Ku majukan dengan perlahan, hingga berdekatan dengan wajahku, kemudian ku cium bibirnya, lalu ku lepaskan sejenak sambil berucap


"Intan, i love you..!!"


Ustadzah hanya diam saja, kukira akan ada penolakan darinya, namun dia hanya diam mengikuti alur mimpi yang ku buat-buat, ku lanjutkan ciuman ku dan kini ciumanku dibalas olehnya.. dalam hati aku tak pernah menyangka kalau dia akan membalasnya. Tak hanya sampai disitu... Tanganku yang satu lagi mulai meremas pantatnya yang hanya dibalut hotpants, dan lagi-lagi tak ada penolakan sedikitpun darinya... Mungkin dugaan ku benar wajah murung dan kesalnya tadi karena habis bergumul dengan bang Radi namun hasratnya belum terpuaskan, aku yakin dia masih dalam keadaan horny, dan baru ku sadari vibrator yang ada di toko itu untuk memuaskan nafsunya yang tak terpuaskan, "Hahah aku sudah tau kartu mu, ustadzah" aku bersorak dalam hati

Masih ku genggam bokong yang sexy itu, sambil tetap berciuman... dengan tiba-tiba aku hentikan cumbuanku, kubuka sedikit kelopak mataku, terlihat raut kesal dan bingung di wajah ustadzah, tanpa rasa bersalah ku tinggalkan ustadzah dan kembali ke kamar atas, tetap dalam keadaan pura-pura tidur berjalan.


Sesampainya di kamar aku masih berpura-pura menggigau, aku berbaring di tempat tidur dengan kedua tangan masih terangkat sambil menyebut nama intan, sekilas ku mengintip kearah pintu ternyata benar dugaan ku, ustadzah mengikutiku ke kamar dan berdiri tepat didepan pintu, kulihat Ustadzah menyalakan lampu kamar tempwt ku tidur, aku berakting seolah dalam posisi tenang dan terbaring di kasur, Rasa penasaran membuat ku ingin melihat dengan jelas tubuh ustadzah yang hanya dibalut tanktop dan hotpants.


"Owalah... anak lajang ternyata tidur berjalan, Sempat-sempatnya cium istri orang"


Kulihat Ustadzah tersenyum, sambil memegang teteknya, kemudian Ustadzah berlalu, sambil sebelumnya mematikan lampu kamar terlebih dahulu, aku masih dalam keadaan deg-degan menghela nafas sejenak untuk meredakan ketegangan, aku berusaha mengingat kembali berapa indahnya tubuh itu, tubuh yang biasa kulihat dengan hijab lebar serta gamis yang panjang, kini dapat ku lihat dalam keadaan hanya memakai tanktop dan hotpants yang panjangnya hanya 20cm diatas lutut, seandainya saja dapat ku abadikan moment itu dalam ponsel ku...

Aku tak habis pikir...ustadzah tak terlihat marah atau pun berontak waktu aku mencoba untuk melakukan hal yang tidak senonoh padanya, bahkan aku yakin dia ikut menikmatinya, Ini aneh .. Ini benar-benar aneh... aku harus bisa mencari kesempatan agar dapat menikmati tubuh mulus Ustadzah Ikha.


waktu pun berlalu, tak terasa sudah sejam aku berbaring dan tak ada tanda-tanda terjadi sesuatu, aku pun mulai ngantuk, aku mulai tidur dengan sejuta mimpi yang belum terwujud, menikmati tubuh Ustadzah adalah impianku yang telah lama, semenjak aku menjadi sang pemuja Ustadzah, memuja keindahan dibalik gamis sholehah Ustadzah Ikha, tapi aku tak boleh terburu-buru semua butuh proses, yang pasti aku sudah menemukan kartu As untuk mewujudkan impianku itu.


Aku terbangun saat waktu menunjukkan pukul 05.15 aku mendengar suara mobil bang Radi, Aku segera mencuci muka dan kemudian memakai kaus lalu ke bawah untuk melihat apa yang terjadi, ku lihat bang Radi sedang memanaskan mobil lengkap dengan tas dan pakaian yang rapi, sedangkan Ustadzah kulihat berdiri di depan pintu, But wait... Ustadzah hanya memakai mukena saja dan samar-samar ku lihat bh hitam dibalik mukena itu, ku dekati Ustadzah memastikan pandangan ku, dan benar saja... hanya bh yang ia kenakan dibalik mukena itu.


"ehh baim .. Udah bangun .. Iim?"


"abang titip kak Ika sama anak-anak ya...iim?"


"Abang ada urusan keluar kota, kurang lebih abang seminggu disana"


"bayaranya lumayan besar, sayang kalau Abang tolak"


"Ooh gitu yah bang.. Siap bang gak masalah, klo cuma jaga anak-anak"


"Kan mereka udah Baim anggap ade Baim sendiri"


"makasih yaah iim .. Maaf kalau ngerepotin kamu"


"Ga papa bang... Baim gak merasa direpotin kok"


"Sekali lagi makasih yaa..iim... Kamu memang baik hati"


"iya iim...Baik banget kamu lho, padahal udah sering kami repotin" Ustadzah ikut memuji ku


"iya bu ustadzah, disini kan baim merantau dan gak ada sanak sodara yang tinggal di kota ini, jadi Ya... baim anggap bang Radi sama Ustadzah seperti Abang dan kakak baim sendiri"


"Oke deh iim...Abang tinggal yaa..."


"mii, abi berangkat ya..."


"iya bii .. Hati-hati dijalan"

Bang Radi berlalu meninggalkan kami, Sementara itu Ustadzah Ika kembali ke kamarnya, aku pun kembali ke kamar dan bergegas mandi, Pukul 08:10 aku bersiap pulang ke toko untuk membuka toko dan bekerja, Sekitar pukul 10:00 Ustadzah Ika datang dan masuk ke tokonya


"lho ustadzah, tetap buka toko?"


"Engga iim, Ini cuma mau ambil barang yang ketinggalan aja"


"ooh gitu..."


Tak lama berselang ustadzah menghampiri toko ku, Dan menyerahkan kunci toko nya padaku


"iim..titip kunci ya..."


"Kalo ada pelanggan yang dateng bilang aja tutup seminggu, lagi ada acara di luar kota"


"ini nomor ibu, kalo ada apa-apa WA aja"


"Nanti makan siang di rumah aja, ibu masak untuk kamu, Jadi gak usah beli makan di warung ya iim"


"Duh... ustadzah, Jadi ngerepotin nih"


"yaudah ibu pulang dulu ya iim"


"iya ustadzah hati-hati yaa..."


Setelah Ustadzah sudah pergi, timbul niat isengku untuk melihat-lihat isi dalam kamar toko Ustadzah, aku keluar toko dan menutup toko ku, setelah selesai mengunci toko, aku berjalan menuju toko Ustadzah, lalu masuk dan menuju kamar Ustadzah, aku mulai memeriksa lemari baju, tumpukan baju masih terlihat tersusun rapi, begitu juga dengan bh dan cd ustadzah, ku ambil sepasang bh dan cd Ustadzah, Namun aku tak menemukan beda yang ku curigai sebagai vibrator tempo hari, Apa jangan-jangan aku salah lihat? Setelah ku sembunyikan bh dan cd, aku keluar dan mengunci toko kembali.


Siangnya tepat pukul 12:00 rasa lapar dalam perut mulai melanda, aku segera memacu sepeda motor menuju rumah Ustadzah Ikha, sesampainya di sana aku melihat keadaan rumah sangat sepi, tak ada tanda-tanda Ustadzah didalam, aku berteiak memanggil ustadzah, tapi beberapa kali kulakukan Ustadzah tak juga keluar, ku coba untuk membuka pintu dan ternyata pintu dalam keadaan tak terkunci. Kulihat kedalam hanya ada Arga sedang bermain sendiri, ku tanya Arga dimana ibunya? dia jawab sedang tidur dikamar, aku bermaksud menuju kamarku, dan otomatis melewati kamar ustadzah, aku menoleh ke kamar ustadzah, ku lihat pintu kamar agak terbuka sedikit, dan samar-samar terdengar suara getaran disertai suara desahan... Karena penasaran aku coba mengintip ke dalam kamar ustadzah, Dan... Wooww... Kulihat sang ustadzah tetap dengan jilbab lebarnya sedang bertelanjang ria dalam keadaan vibrator sedang bergetar didalam vaginanya


"Nghhhh... Sstt... Ahhhh..."

"Oooughhhhh...."


Pemandangan sensual dan desahan sang ustadzah membuat kontol dibalik jeans yang ku pakai menjadi keras dan tegang. Aku terus memandang ke arah Ustadzah yang dengan jilbab tanpa pakaian sedang meremas buah dadanya dan mengocok vaginanya dengan vibrator... Terlihat jelas bagian vaginanya yang basah dan berkilat membuatku takjub dan terperana apalagi ketika melihat bulu halus yang tercukur rapi, membuat aku tak tahan.. ku buka kancing celana jeansku tak lupa kuturunkan resletingnya lalu ku keluarkan kontol ku dan mulai mengocoknya, disaat aku sedang asik mengocok, terdengar desah dan racauan ustadzah


"ahhhrrgghhh ..,.Ssttt..Nikmat"

"bii .. Kontolmul sangat leemmah..." "Aku...sangat nikk..maatt dengan.. iniii .." "Ahhhh... Tuhaan... Ahh... arghhh" "akuuu...ahhhh keluaarrrr ... Akkhh"


Bersamaan dengan orgasme yang dicapai Ustadzah Ikha, aku pun mempercepat kocokan ku...


"Arrrgghhh....Ustadzahhhh....." "Crott...Crooottt croott .."


Ku tahan sperma ku dengan tangan agar tidak muncrat kemana-mana, kemudian aku bergegas menuju kamar mencari tisu untuk mengelap sisa Peju di kontol ku, masih terbayang peristiwa tadi, adegan demi adegan kunikmati, Kini terbayang jelas dibenak ku tentang sisi binal sang Ustadzah yang menurutku sangat haus kepuasan yang tak didapatkan oleh suaminya.

Di kamar aku termenung, terdiam dan terpaku, hanya dapat berbaring lemas setelah kejadian yang kualami barusan, ku coba untuk mengatur nafas agar lebih tenang dan rileks.

"Ustadzah...." aku berbisik memanggil namanya.

Sosokmu nan anggun menyerupai bidadari dari langit ke tujuh, indah dipandang, elok rupa, berbalut hijab dan gamis panjang, yang menutupi seluruh tubuh indah mu, bagai sang bulan yang ditemani ribuan bintang, sunyi nya malam nan gelap menjadi terang hanya karena senyum manis mu, alim perangai mu, istri yang sholehah, juga setia hati mu...kini dihadapanku dirimu tak lebih dari seorang wanita yang butuh kepuasan yang dipenuhi gelora syahwat... vibrator itu .. racauan itu... desahan... serta raut wajah yang kau tampilkan sungguh menggambarkan bahwa engkau membutuhkan belaian seseorang yang mengerti hasratmu, yang tak kau dapatkan dari suamimu, ya...suami yang lemah itu tak tau apa yang sesungguhnya engkau butuhkan Ustadzah... tinggalkanlah dia... dan dekaplah aku... biarkan mimpi sang pemujamu ini terwujud.


Aku berusaha bertahan, karena aku masih menganggap engkau adalah wanita baik, alangkah kejamnya aku jika ku nodai dirimu, bibir tipis mu nan sensual yang terbalut lipstick merah merona, selalu tercetak jelas dalam dinding kaca mimpiku, buah dadamu yang bulat indah dan membusung kenyal, lekuk vagina tebalmu semakin indah dengan bulu halus yang tertata rapih mengelilingi lubang surgamu membangkitkan gairah siapa saja yang melihatnya, bokong besarmu laksana buah salak raksasa, menggangu kisi-kisi alam mimpiku, oh...ustadzah... kumohon... lepaskan hasrat ku yang menggelora... seluruh keindahan yang ada padamu... teramat menggoda bathin ku, meski ku tahu dirimu tak pernah berniat untuk menggoda ku. Aku hanyalah pemuda yang mengaggumi sosok dibalik gamis dan hijabmu.


"praaanggggg...."


Lamunanku terhenti saat kudengar suara gelas pecah dilantai bawah, aku segera melangkahkan kaki menuju dapur, sesampainya didapur kulihat ustadzah memungut serpihan beling yang berserakan dilantai...


"Ada apa ustadzah?" 


"ini iim .. tadi ibu bawa gelas, eh..tersenggol ujung lemari, jadi jatuh deh gelasnya"


"sini baim bantu, Bu"


ku bantu ustadzah merapihkan percahan beling dilantai, saat ustadzah memunguti pecahan beling, tiba-tiba tangan ustadzah tergores oleh salah satu pecahan beling


"aww .. aduhhh .. ..!!"


Aku segera merespon dengan cepat, ku gapai telunjuk ustadzah dan reflek kuhisap bagian yang luka dengan mulutuku. Kulihat ustadzah menatapku tanpa berkedip, aku pun balik menatapnya, tak lama berselang dia tersipu malu, dan aku melepas hisapanku pada jarinya.


"ehh ma .. maaf ustadzah" aku menjadi gugup


"iya..iim... gpp kok..."


"maaf bu, tadi Baim reflek"


"baim bener-bener minta maaf"


Aku segera mengambil plester luka dan membalut jemari ustadzah yang terkena pecahan beling tadi, lalu ku lanjutkan dengan membersihkan beling-beling yang berserakan dilantai, setelah itu aku segera menuju meja makan dan menghampiri ustadzah yang sedang menyiapkan makanan untuk anaknya yang pertama... sedangkan Haisya kulihat sedang tertidur pulas disofa, kami saling diam dimeja makan, suasana menjadi hening , sepertinya ustadzah masih memikirkan kejadian lancang yang ku lakukan tadi

sepertinya ustadzah masih memikirkan kejadian lancang yang ku lakukan tadi, aku coba mengajak nya berbicara untuk mencairkan suasana


"ustadzah, nanti ngajar ngaji jam berapa?


"enggak dulu kayaknya iim"


"badan ibu masih capek, mungkin karena jalan jalan kemarin"


"yaudah ibu istirahat aja dulu"


Padahal aku tau, apa yang membuat dia terlihat lelah dan lesu, sungguh yang ada dalam pikirku saat ini adalah bagaimana caranya agar aku dapat menikmati kemolekan tubuh dibalik gamis Ustadzah. 


Selesai makan aku segera kembali ke toko dan melanjutkan pekerjaan ku di toko, hari berlalu dengan cepat tak terasa sore telah tiba dan jam menujukan pukul 17:20 ku coba hubungi Ustadzah Ika lewat WA sekedar menanyakan keadaanya


"Assalamu'alaikum ustadzah, gimana keadannya udah baikan?"


Lama ku tunggu belum juga ada balasan darinya, sekitar 20 menit kemudian hp ku berbunyi, segera ku buka notifikasi dan ternyata ada balasan Wa dari Ustadzah


"Udah iim, ibu baru bangun tidur"

"kamu masih kerja iim?"

"Nanti toko tutup jam berapa?"


Dengan segera aku membalas pesan singkat WA Ustadzah


Masih ustadzah, mungkin nanti jam 8 malam baru tutup"


"nanti kamu nginep dirumah ya iilm, temenin ibu"


"ibu takut, dirumah gak ada laki-laki"


"iya ustadzah, nanti baim kesana"


"yaudah iim, ibu mau mandi dulu ya.."


"iya bu, kalo udah selesai mandi PAP yaa...hehehehe..."


"kamu ini...untuk apa foto ibu, kan bisa liat orangnya langsung"


"ga papa bu, kangen aja...pengen liat ibu sekarang, biar semangat kerja"


"Yaudah nanti ya..."


Begitulah isi percakapanku dengan Ustadzah Ikha, Aku tak menyangka aku bisa seberani itu, dan tak menyangka beliau akan merespon sebaik itu, aku mengira dia akan menolaknya, Selang 30 menit kemudian hp ku berdering, ternyata ada panggilan video dari Ustadzah Ikha, Ku jawab panggilan tersebut terpampanglah video Ustadzah Ika sedang berbaring dikasurnya, Ustadzah mengunakan jilbab dan gamis warna biru muda, dilengkapi dengan riasan yang seprtinya agak berantakan,


"hallo baiim, masih kerja ya.. anak lajang..?"


"hei ustadzah cantik, masih dong... mumpung ada penyemangat"


"yeeee .. cantik... apanya??


"orang udah anak dua juga .. masih aja dibilang cantik"


"iya bu, beneran, Walaupun anak banyak sekalipun, ibu tetep keliatan cantik kok hahaha..."


"gombal kamu...masa gombalin Ustadzah sih... gombalin pacar kamu sana biar makin lengket"


"abisnya Ustadzah lebih cantik sih, udah cantik, baik, setia .. idaman baim banget deh"


Kuperhatikan gambar video panggilan dusekitar Ustadzah, terlihat ada vibrator terselip dibalik bantal tempat Ustadzah bersandar... Mengetahui hal itu membuat ku menjadi senyum-senyum sendiri, namun Ustadzah tak menyadari, kalau mainan kesayangannya terlihat dalam panggilan video


"kenapa kamu senyum-senyum gitu iim..??"


"ga papa Ustadzah, seneng aja bisa VC sama Ustadzah, pengen cepet-cepet pulang rasanya"


"yaudah pulang lah...toh kerjaan untuk hari ini udah selsai kan? Lagian disana kalo malam kan sepi iim, betah banget kamu berlama-lama disana"


"Yaudah deh... baim tutup toko dulu yaa.. Ustadzah"

"eehh iya...mana janjinya.. tadi katanya mau kirim foto?"


"iya..iya.. nanti ibu kirim... dasar kamu ini, aneh-aneh aja minta nya"


Kusudahi VC dengan Ustadzah, segera ku bergegas menutup toko, tak lama kemudian hp ku berbunyi, kulihat notif wa dari Ustadzah, ku buka isi wa tersebut, terdapat 3 gambar foto yang dia kirim... Anggun, cantik, manis, itulah kesan pertama ku ketika melihat pose fotonya, setelah kuperhatikan lebih teliti, ternyata dia tidak mengunakan bh dan jilbab lebarnya, ia hanya menggunakan jilbab langsung sebahu, dan dibalik gamisnya tidak terlihat cetakan bh, aku segera memacu kuda besi ku menuju ke rumah Ustadzah.


Sesampainya disana ku ketuk pintu, dan Ustadzah membukakan pintu sambil menggendong Haisya, kulihat Haisya kegirangan dengan ke datanganku lagsung berontak dari pelukan sang ibu, Kemudian ku ambil Haisya dari gendongan Ustadzah sambil tangan ku mencoba merasakan buah dada Ustadzah... upss..benar sekali .. dia tak memakai bh dibalik gamisnya, sambil masuk aku bermain-main dengan Haisya dan sang ibu hanya tersenyum dihadapanku, kami bersenda gurau dihadapan ibunya... cukup lama juga aku bermain-main dengan Haisya, tak terasa waktu telah menujukan pukul 19:50 sudah waktunya untuk anak-anak ustadzah tidur, begitu juga Haisya akhirnya dia tertidur dipelukanku, Segera membawanya kekamar bersama Ustadzah dan meletakan Hasiya ditempat tidurnya, kulihat Ustadzah menggerakan kepalanya kekanan dan kekiri, sambil tanganya mengurut bahu


"kenapa Ustadzah??"


"badan ibu pegal-pegal iim, ga tau kenapa akhir-akhir ini sering pegal"


"kalo mau sini baim pijitin bu, baim sering kok mijitin ayah ibu baim"


"kamu kan capek iim abis kerja"


"Ga papa bu, Baim ga capek kok .. sini ibu duduk aja nanti baim pijitin dari belakang"


"Yaudah deh iim, Pegel banget badan ibu"


Ku posisikan diriku kebelakang Ustadzah yang duduk dibangku, dan aku mulai mengurut bahu Ustadzah perlahan, Terkadang ku ubah pijatan ku menjadi membelai leher belakang Ustadzah.. kulihat Ustadzah menikmati urutanku, cukup lama aku berada dalam posisi itu, terkadang Ustadzah menghembuskan nafas menahan geli ketika urutanku berubah menjadi belaian lembut pada lehernya, Aku tersenyum jahat, sang Ustadzah sudah mulai terlena oleh setiap sebtuhan jari yang ku berikan padanya.


"kalo Ustadzah mau, punggungnya bisa Baim pijat sekalian, biar merata sampai bawah, karena pangkalnya ada dipunggung biar seluruh badan ibu lebih enakan nanti.


"boleh iim .. emang kamu ga capek?" 


"pijatan mu enak iim, lebih berasa daripada pijatan bang Radi"


"Engga cape kok bu .. ibu tengkurep aja dikasur"


Ustadzah segera merubah posisinya menjadi tengkurep dikasur, kini aku lebih leluasa dan bisa melihat bokong indah milik Ustadzah walau masih terbungkus cd dan gamisnya. Aku mulai mengelus punggung Ustadzah yang masih memakai gamis, Ku urut perlahan sekitar punggung nya sampai merata, sesekali jemariku mengelus dan meraba, terkadang menjalar kesamping tetek ustadzah yang tehimpit badanya, nikmat rasanya bersentuhan dengan teteknya tanpa ada bh yang menghalangi, sengaja aku lama-lama di daerah tersebut, terkadang kudengar ustadzah bersuara sedikit mendesah, aku pikir pasti dia menikmati tindakanku.

Selanjutnya ku pindah arah urutanku menuju ke bagian bawah, kuhentikan pijatan ku sejenak, sekedar untuk melihat reaksi Ustadzah, ternyata saking menikmatinya dia tertidur pulas, segera ku gerakan tanganku kebawah menuju bagian pantat Ustadzah yang membusung dibalik gamisnya, aku sedikit takut dan khawatir kalau dia terbangun dan merasakan perbuatanku, jadi kuputuskan hanya mengelus-elus saja, semula aku hanya mengelus-elus pantat Ustadzah, karena tak ada respon atau tanda-tanda Ustadzah terbangun, ku rubah elusan ku menjadi remasan dengan lebih menekan pantatnya yang kenyal, lembut, besar, dan menggairahkan, Lama aku meremas bokong Ustadzah, tiba-tiba ada gerakan darinya, aku terkejut dan menghentikan aksiku sejenak, dan kembali mengubah pijatanku kearah punggung, setelah sekian lama... dan jantungku mulai berdebar kencang ku putuskan untuk nenyudahi aksiku dan pergi berlalu meninggalkan ustadzah.

Aku kembali ke kamar dan melepas pakaian dan hanya menggunakan boxer, berharap esok pagi Ustadzah mampir ke kamar dan melihat kontol ku yang tegang menyembul dibalik boxer, esok paginya hanya biasa saja, tak ada hal istimewa yang terjadi, aku berniat untuk mengurangi offensive boddy terhadap ustadzah, tarik ulur seperti ini sangat dibutuhkan agar Ustadzah tidak merasa sedang aku incar hehehe...


Tak terasa hari berlalu dengan cepat, kini sudah memasuki hari ke-empat semenjak kepergian bang Radi suami Ustadzah ke luar kota, Hari kelima awal keberuntungan datang padaku, hari itu aku bekerja ditoko seperti biasanya, sedangkan ustadzah berada dirumahnya, sekitar pukul 20:00 aku pulang dan menuju rumah Ustadzah, sesampainya disana aku disambut Ustadzah dengan gamis tidur yang tipis dan jilbab hitam yang hanya sebatas bahu, Percakapan pun terjadi diantara kami, hingga akhirnya Ustadzah meminta aku untuk memijitnya kembali seperti saat itu.


"iim, bisa minta tolong pijitin ibu lagi gak?"


"Ibu merasa kurang enak badan nih"


"oke bu .. langsung berbaring aja ya .."


Ustadzah Ikha
Ustadzah Ikha


Aku dan Ustadzah menuju kamar beliau, kemudian Ustadzah langsung berbaring, Aku menyiapkan diri untuk memijat ustadzah, dimulai dari pundak dan leher bagian belakang, perlahan kugerakan tangan ku, jari jemariku mulai menari ditubuh sang Ustadzah, kulihat dia meresapi setiap sentuhan ku, aku semakin bernafsu elusan-elusan ku semakin intens di tengkuk leher Ustadzah, sesekali terdengar desahan Ustadzah Ikha, kupindahkan jari kebagian punggung, dan terkadang menyelusup ke pinggir punggung, jemariku sengaja menekan daerah payudara ustadzah yang ternyata sudah tidak memakai bh, rasa empuk dan kenyal mulai kurasakan saat ku sentuh bagian itu, terkadang sedkit kuberi tekanan pada bagian itu, yang selalu diiringi desahan kecil Ustadzah, anehnya dia tak sedikitpun menahan gerakan tanganku saat menyentuh teteknya, Bahkan seolah-olah sengaja membiarkanku menjamah tubuhnya, lalu kuturunkan tangan menuju pantat Ustadzah yang sexy itu, ku elus dan kuremas bokongnya...Ustadzah tidak marah maupun protes, dia terlihat menikmati setiap sentuhan tanganku pada tubuhnya, ingin rasanya segera kujinakan ustdazah ini dengan kontol ku...puas dengan bokongnya aku minta ustadzah berbalik telentang, Ustadzah mengikuti instruksiku tanpa protes, mata ustadzah sepertinya sengaja dipejamkan, mungkin malu atau ingin meresapi sentuhan jariku padanya, ku pijit bagian tangan dan kutarik perlahan agar berbunyi, Ustadzah mendesis agak kesakitan, kemudian bagian samping leher ku elus-elus diiringi dengan desahaan kecil Ustadzah Ikha, tak ingin dia curiga, ku pindah pijatan kebagian samping kepala dan mengurutnya perlahan, aku kurang konsentrasi saat memijat dibagian kepala itu, jemariku memijat kepala ustadzah tetapi mataku tak henti melihat busungnya tetek ustadzah yang tak dibalut bh dengan pentil yang tercetak jelas dibalik gamisnya, nafsuku semakin naik ke ubun-ubun, melihat gerakan naik-turun tetek Ustadzah Ika, yang seirama dengan tarikan nafasnya, membuat kontol dibalik celanaku semakin menegang, ku pindahkan lagi aksiku kebagian kaki, tak mau menunggu lama, langsung saja kusibakan gamis ustadzah sampai diatas paha, kulihat cd biru muda yang dipakainya mengintip dari balik gamisnya, aku bertanya dalam hati, mengapa tak ada penolakan dari Ustadzah? Kulihat keatas ternyata dia sudah tertidur, ku lanjutkan aksiku meijat paha putih mulus milik sang Ustadzah... dengan gemas terkadang aku meremasnya, tak ada reaksi sama sekali dari sang empunya... nafsuku semakin tinggi...gerakan tangan sengaja ku percepat dan merambat hinga menyentuh pinggiran memek Ustadzah... kupastikan dia masih tertidur... nafsuku semakin membuncah... tak tahan menahan gejolak nafsu ini, akhirnya ku buka seluruh pakainku hingga nampaklah kontol ku yang besar dan panjang, lalu aku ku naik ke atas kasur dan ku tindih Ustadzah... Akal sehatku sudah tak terkontrol... apapun yang terjadi nanti, aku siap menerima resikonya... ku cengkram tangan Ustadzah dan kuciumi lehernya... karena kerasnya cengkramanku dan dengusan nafas yang bernafsu, membuat Ustadzah kaget dan terbangun


"baim..!!! ngapain kamu..!!!" 


"lepasin ibu...!!!"


"baim ga tahan Ustadzah"



PERINGATAN KERAS... Berisikan konten dewasa 21++ Kata-kata Vulgar dsb... bagi yang dibawah umur harap jangan membaca cerita ini Cerita ini hanya fiktif dan copas belaka, tanpa ada niat bermaksud SARA "Ustadzah mohon puaskan Ustadzah mu ini, Puaskan...


"Ustadzah cantik sekali, baim udah lama menginginkan Ustadzah, dan malam ini Ustadzah bikin Baim semakin bernafsu"


Ustadzah meronta, tapi tenaganya tak mampu melepaskan nya dari cengkramanku, kucium dan ku jilati leher ustadzah yang masih mencoba berontak dari gengaman ku,


"baim lepaskan, ini ga bener .. dosa.." 


"baimm... lepaskan ibu .. kamu mau apakan ibu...??"


"lepaskan aarrgghh..."


Tak ku hiraukan teriakan Ustadzah, aku tak tahan ingin melihat isi dibalik gamisnya .. ku tarik resleting depan gamis Ustadzah, sehingga terlihat tetek bulat ustadzah dengan pentil yang merah kecoklatan, kuhisap tetek Ustadzah dengan penuh nafsu


"lepaskan baimm .. ahh .. jangan .."


"Jangan disitu aahh... baim lepaskan"


Aku lengah... kakinya yang lepas mendorong ku hingga terpental, Ustadzah Ika lari keluar kamar, namun dengan cepat ku tarik kaki dan gamisnya hingga dia terjatuh, gamisnya pun robek hingga melebar keatas, aku dapat melihat dengan jelas cd yang dikenakanya, pertahanan Ustadzah melemah akibat jatuh tadi, ku peluk tubuhnya dan ku angkat kekasur kembali...


"hentikan baim cukup...!!! jangan kurang ajar kamu...!!!"


"baim...lepaskan...!!!"


Ustadzah menagis berlinang air mata, namun nafsuku yang sudah tak terbendung tak mengenal iba... segera kutindih Ustadzah, dan menahan tanganya... ketika aku kontol ku mendekat, dia menoleh seakan terkejut dengan tubuh ku yang bugil, dia terus memandangi kontol ku, ustadzah terpana melihat kejantanan ku yang sudah tegak menantang dan siap untuk menerobos lubang surga miliknya, ku jambak jilbab beserta rambut Ustadzah , kudekatkan kontol ku kearah mulutnya, namun dia menolak dengan menutup mulutnya rapat-rapat... kucengkram pipinya hingga mulutnya terbuka dan ku arahkan kontol ku masuk dalam mulutnya, dalam kondisi menangis dan mengiba, kupaksa dia mengoral kontol ku, ia tersedak ketika kontol ku masuk kedalam mulutnya


"ogglllookkk...cloooookk...cloooggg.."


"ahhhrrgghhh... cukup baimm...!!!" 


"hentikaaannn...!!!"


Tak kuhiraukan ucapanya... kembali kumasukan kontol ku kedalam mulutunya, air mata ustadzah semakin berderai...tak ingin berlama-lama... segera ku dorong tubuh Ustadzah dan ku robek seluruh gamis yang menutupinya... kini ustadzah yang alim dalam keadaan bugil di hadapanku... ku buka lebar kedua kaki ustadzah dan ku jilat lubang memeknya... dia menjerit


"arrghhhh stoopp... baiimm..." 


"jaanngaaaannn...!!!"


"jangan imm... ampuni ibu...


"Ouuggghh....akkkhhhh"


Tak jelas antara menolak atau keenakan, yang diteriakkan oleh Ustadzah, tanganya yang bebas menggenggam rambutu ku, justru menekan... seakan menyuruhku untuk tetap menjilati memeknya, kujilat itil Ustadzah selincah mungkin, desahan dan jeritan sang Ustadzah bercampur menjadi satu, ku masukan jari ku kedalam memek Ustadzah Ika sambil tetap menjilati itilnya ..


"arghh...baiimm... hennntii..."


"aakkhhh... please... baa...iimm .."


"akkhh jaangg...aann"


"diiiisiittuuu....iyaaaahh..."


"baimm .. oohhh..."


"Janggggaaaan....aarghh..."


"baimm...kamuuu..."


"kuurrr...aaaghhh..."


Kurasakan perlawanan nya berkurang, kini Ustadzah Ika sedikit menikmati jilatan dan kocokan jariku dalam memeknya ..


"arghhhh baiiimmmmm..."


"stttt...jannnngggaaaaan..."


" aakkhhhh...nnniiikkkmaaatttttt..."


"oohhhhhh...ibu.. ga...."


" tahaaaaaaa....aaaannn..." 


"baiiiiiiiiiiiiiiiimmmmm....."


"ibuuu keluaarr...." 


"Aaaakkkhhhhhhhhhhhh......."


kurasakan badan ustadzah menggejang dan begetar, Ustadzah sudah mencapai oragsme...dengan nafas tersenggal-senggal, dan cairan yang mengalir dari memeknya...


Ku biarkkan Ustadzah menikmati orgasmenya dan mengembalikan tenaganya...ia terkulai dengan nafas yang ngos-ngosan, dan air mata yang sedikit mengering. sementara itu aku mempersiapkan kontol ku untuk bertempur...

Ustadzah Ika masih terbaring lemas merasakan sisa-sisa orgasmenya, kini nafasnya mulai teratur, namun tenaga sudah melemah, suara tangis pun tak terdengar lagi, kulihat raut wajahnya agak malu-malu karena orgasme yang ia dapatkan, Pandangannya tak luput memandangi kontol ku yang masih tegak keras, Aku tersenyum dan menggerakan alisku keatas, yang ada dalam pikiranku saat ini... ustadzah alim dan sholehah kini takluk dihadapanku, bahkan saat ku kocok kontolku dia memandangku dengan terperana... Entah apa yang dia pikirkan, Sengaja ku biarkan Ustadzah memulihkan tenaganya, aku terus mengocok kontol ku, Ustadzah pun tak berkedip melihat kontol ku yang mengeras, Kurasa baru kali ini dia lihat kontol panjang dan keras selain milik suaminya... Saat kurasa cukup waktu buatnya beristirahat, Kujulurkan kejantananku kewajahnya tepat didepan mulutnya.. Ustadzah tetap termenung... Menatap tajam kontolku...


"kenapa Ustadzah ku?"


"Kenapa hanya dilihat Ustadzah Ika?"


"punya bang Radi tak sepanjang ini iim.. "


"Kamu masih muda dan masih masa pertumbuhan, Tapi kelaminmu sudah sebsar ini"


"nikmatilah Ustadzah.. Gapai apa yang selama ini tak kau dapatkan dari suamimu"


"baim, ini ga baik... ini dosa iim"


"baiklah, Baim minta maaf apa yang Baim lakukan ke Ustadzah sudah melampaui batas... Baim pamit"


Segera kubalikan badan dan mengambil pakaianku, aku sengaja mengulurnya, ketika aku selesai bicara raut wajah Ustadzah tampak kecewa, sepertinya ia berharap aku memaksanya dan menggumuli lubang vaginanya saat itu juga... 


Dengan telanjang bulat aku segera melangkahkan kaki keluar kamar Ustadzah, sayup terdengar Ustadzah memanggilku, namun tak ku hiraukan, aku menuju kamar dan membaringkan tubuh telanjang ku disana... Tak lupa ku matikan lampu utama dan kunyalakan lampu tidur, Aku yakin Ustadzah akan menghampiriku... Karena kurasa dia tau semua perbuatanku sejak awal memijatnya... Bahkan ketika aku berubah menjadi Baim yang kasar dan memperkosanya dengan jari, hingga dirinya mendapatkan orgsme... Serta Baim yang sudah melihat tubuh bugilnya, ditambah suaminya yang tak bisa memberinya kepuasan, vibrator yang sering dia gunakan, dan pakaian dalam yang sexy, ia tak punya alasan lain untuk menolak kontolku selain dia menjaga imagenya sebagai Ustadzah... Sekitar 15 menit berlalu tak kulihat tanda-tanda Ustadzah datang menghampiri, Aku mengantuk, dan tertidur dengan bertelanjang ria, Esoknya sekitar pukul 04:35 subuh, aku terbangun mendengar derit pintu kamar Ustadzah dibuka...Kulirik kearah pintu, ternyata aku lupa menutup pintu semalam, dan tidur dalam keadaan bugil, Kulihat kontol ku menegang karena hawa dingin yang menyelimuti ruangan, ku lihat bayangan seseorang didepan pintu kamar, Mungkin ustadzah...mengapa dia hanya berdiri disana? Aku pura-pura masih terlelap, ku perhatikan cermin kecil diujung ranjang untuk melihat ke pintu, Kulihat bayangan itu masuk ke kamarku, lalu ia menyalakan lampu...Nampaklah Ustadzah yang hanya memakai cd dan hijab sebatas bahu, aku terpana sambil pura-pura tidur, ku lihat dibalik cermin Ustadzah semakin mendekat, dengan langkah yang ragu-ragu ia semakin mendekat ke arahku, dia terlihat gugup ketika sudah berada di tepi kasur tempatku tidur, dengan gemetar ia sentuh tubuh ku yang telanjang bulat. ia mulai mengelus dan perlahan membalik tubuhku hingga dalam posisi tidur miring sambil memeluk guling... Kontol ku makin menegang dibalik guling, tiba-tiba Ustadzah mendorong badanku hingga guling terlepas dan membuatku jadi terbaring telentang, kini kontol ku tegak menjulang ke atas tanpa terhalang oleh guling, Ustadzah menahan desah keterkejutanya dengan tangan, Ragu...gugup... bimbang... dan takut akan dosa bercampur menjadi satu, saat tangannya perlahan menyentuh kontol ku, perlahan ia mulai menggenggamnya, Terdengar bisikan Ustadzah menyebut namaku

"Baim, besar sekali punya mu" 

Dengan pelan dia gerakan tanganya mengocok kontol ku, kurasakan gerakan tanganya masih ragu dalam mengocok kejantananku, Namun makin lama Ustadzah makin menguasai kecanggunganya, lembut kocokanya mulai terasa nikmat, semakin lama Ustadzah makin cepat mengocok kontol ku, mungkin dia sudah tak bisa menahan lagi keinginanya, disorongkannya wajah Ustadzah Ika tepat dihadapan kontol ku, Sedikit berbisik Ustadzah berkata

"baim, ibu ingin mencicipinya, kamu jangan bangun yaa.." 

Dilahapnya kontolku yang memang sudah menunggu untuk merasakan lembut bibir Ustadzah tanpa paksaan... terasa sangat bernafsu sekali Ustadzah menghisap kontol ku, dengan lahap dijilatnya butiran biji kejantanan ku, membuatku tak tahan untuk mendesah... Ustadzah terkejut, dia menghentikan aksinya, setelah yakin aku tak ada respon lagi, Ustadzah melanjutkan menghisap kontol ku hingga memenuhi rongga mulutnya, sebelah tanganya mulai meremas payudaranya sendiri, samar-samar terdengar desahan yang ditahan. Saking menikmatinya dia menutup mata sambil tetap menghisap kontol ku dan meremas payudaranya, Kesempatan ini kugunakan untuk membuka mata untuk melihat lebih jelas apa yang dilakukan oleh Ustadzah Ika, Pertahananku hampir jebol oleh hisapan Ustadzah yang sangat nikmat ini, namun segera ku tahan... tak sengaja aku bersuara mendesah karena nikmatnya hisapan Ustadzah ketika lidahnya menjilat ujung kontol ku... Ustadzah terkejut dan segera berdiri dari kasur, Namun tanganya segera ku tahan, dia tersentak kaget lalu memandang kearah ku


Ku tatap tajam matanya, sambil menyebut namanya dengan lembut


"Ustadzah Ika..."


"Baim ..!!" Dia menyebut namaku sambil terkejut 


"Ustadzah, kemarilah... Puaskan apa yang selama ini tidak terpuaskan"


"tidak iim... Ini salah, maaf kan ibu"


"Baim tau..Ustadzah menginginkanya"


"Baim bisa merasakan saat Ustadzah menghisap kontol Baim"


"tidak iim .. Ibu baru ingin kekamar mandi dan melihat kamu tidur telanjang" 


"....Daannn ibu... Hhmmm..." 

"Ibu ingin... ingin...."

"ingin...menutupi badan kamu dengan selimut" 


"jangan bohong Ustadzah, Baim cuma pura-pura tidur"


"Baim sudah tau semuanya"


"Bahkan baim pernah liat Ustadzah sedang dikamar memainkan memek Ustadzah dengan vibrator"


"tapi iim, Ibu sudah bersuami..."


"kita tidak boleh melakukan itu, dosa..."


"sudahlah ustadzah ku..."


"Ustadzah membutuhkan kasih sayang dan kepuasan batin yang tidak didapatkan dari suami Ustadzah"


"Dan Baim, Sudah lama mengagumi dirimu Ika..."


Aku bangkit dari kasur, Ku rangkul Ustadzah dan ku cium bibirnya, Ustadzah masih setengah menolak... hanya menggerakkan pinggiran bibirnya.. Ku teruskan aksiku, Tanganku yang bebas bergrilya menekan leher belakangnya, Ustadzah mulai membalas ciumanku.. Kini lidah kami bermain diantara kecupan dan deru nafas yang menggebu-gebu... Tanganku yang satu lagi kulingkarkan dipinggangnya, dan sesekali meremas bokongnya yang seksi...Ku rubah posisi badanku dan kami berciuman sambil berdiri, Payudara Ustadzah yang besar dan padat bersentuhan dengan dadaku, ku geser badan sedikit demi sedikit, membuat kami berjalan sambil tetap berciuman mesra.


Aku berjalan menuju tembok dan ku himpit sang Ustadzah agar dapat bersandar... Kini aku bisa lebih agresif... tanganku yang dari awal berada dileher dan pinggangnya, kini meremas kedua payudaranya, Ustadzah mulai mendesis menahan nikmat dan gejolak birahi yang mulai menjalar, setelah puas berciuman ku alihkan bibirku keleher jenjang Ustadzah Ikha, dia memeluk erat badanku... Dan terdengar bisik desahan ustadzah yang menggelora...

Setelah puas berciuman... Kini ku alihkan ciuman ku ke leher jenjang Ustadzah Ikha, Ustadzah kini memeluk erat badanku, Terdengar bisikan2 desah ustadzah yang menggelora...


“hmnffhh...Baim..."


Ku hisap tetek Ustadzah Ikha, Terkadang ku gigit kecil pentil Ustadzah yang menjulang keras menandakan nafsunya sedang tinggi,


"aawww...uuhhh... Sstt..Arghh..."


Ustadzah tetap pasif... Menikmati jilatan hisapan dan gigitan yang ku berikan padanya, tanganya hanya menggenggam kepalaku seakan tak ingin aku hentikan, Ku pindahkan ciuman ku agak kebawah, ku jilati setiap inchi perut mulus Ustadzah, Sampai dipusarnya ku cium dan ku hisap... serta kumainkan lidahku dipusarnya, membuat sensasi geli mengalir ke seluruh penjuru tubuh Ustadzah


"aaaahhh... Ssttt...Baaimm... Cukup..."


"ohh... Sssttt...aakkhhhh..."


Ku perhatikan wajah Ustadzah, matanya mendelik keatas dan bola mata hitam yang hampir tak terlihat, kini ku arahkan wajahku tepat di vaginanya... Ku jilati klitorisnya... Itil Ustadzah mencuat keluar dari persembunyiannya...Ku hisap dan ku tusuk memeknya, dan kedua jariku masuk kedalam lobang vaginanya yang Becek... Licin dan berkilat... Ku gerakan perlahan jariku maju mundur, sambil tetap ku jilati klitoris Ustadzah Ikha


Cloppp .. Clookcxk .. Cckk .. Ckk ..


Kira-kira seperti itu bunyi banjirnya vagina Ustadzah yang sedang kumainkan dengan jari-jariku


"ohhh baiimm .. .. Sssttt .. Nikmaaaattt iim .. Ahhhh .."


"aakkkhhhhh ... iim... Jangan siksa ibu... Aaaahhhh .."


Tak ku pedulikan racauan Ustadzah Ikha, desahan demi desahan semakin keras terdengar dari mulut binal sang Ustadzah, ku percepat tempo kocokan jariku.. Ustadzah semakin kencang menjerit, menahan nikmat yang tak tertahankan


"oooo iihh .. Iyaaah .. Iyaa ahhh ahh .."


"yahh .. Ituu iim .. Teruusss ..."


"aduuhh .., Aduuuhhh...aakkhh..."


"Baimm.. mmm...Aaaaa hhh iyahh.."


" iyaa Aaaaa Aaaaa Aaaaa Aaaaa..."


"aaaahhhh iiiimmm... I-II .. Buuu aaachhhhh .. Keluaaaaaarrrrrr"


"nik ...maaaatt ....aaa aaachhhhh.."


Semburan squirt orgasme Ustadzah membanjiri wajahku...Kini ustadzah terbaring lemah tak berdaya dilantai kamar... Ku perhatikan tubuh bugil berjilbab Ustadzah Ikha, Jilbabnya basah penuh keringat karena aksi ku, Dengan nafas tersenggal senggal Ustadzah berusaha bicara pada ku,


"iim, hah... Hah... Hah...."


sambil menghela nafasnya Ustadzah mencoba berbicara padaku,


"iya Ustadzah Ikha .. Kenapa?"


"ibu blm pernah merasakan seks senikmat ini iim..."


PERINGATAN KERAS... Berisikan konten dewasa 21++ Kata-kata Vulgar dsb... bagi yang dibawah umur harap jangan membaca cerita ini Cerita ini hanya fiktif dan copas belaka, tanpa ada niat bermaksud SARA "Ustadzah mohon puaskan Ustadzah mu ini, Puaskan...


"Seks?? Baim belum masukin kontol baim ke memek Ustadzah..."


"Iya ibu tau imm, tapi apa yang kamu lakukan barusan jauh berbeda dengan bang Radi"


"Dia sangat egois, Hanya meminta jatah sama ibu, Tak sampai 5 menit dia sudah keluar" 


"Ibu belum apa-apa dan dia bilang capek besok kerja"


"dan itu sebabnya, mengapa ustadzah menyimpan vibrator ditoko?"


"Iya iim, jangan sebut benda itu lagi imm, Sekarang Ustadzah ingin..."


Ustadzah menghentikan ucapanya, menatap kontol ku yang masih menegang, ia menggigit bibirnya, suasana menjadi hening.. Ku tatap matanya, sambil memajukan kontol kehadapanya aku berucap


"Ustadzah ingin ini..??"


Dia mengangguk dan menunduk malu, Ku bantu Ustadzah berdiri, lalu kembali kucium bibirnya, Dia membalas..ku remas payudaranya yang sekal, dia mulai berani menggenggam kontol ku, Kemudian Ustadzah jongkok dihadapanku lalu melumat kontolku dengan lahap... Rasanya sangat nikmat tiada tara, Sesekali aku mendesah menahan rasa nikmat atas sepongan Ustadzah, terkadang kubenamkan kepala Ustadzah sehingga kontolku terasa menyentuh dinding tenggorokannya .. Ustadzah terbelalak...dia tersedak akan aksiku yang spontan, puas bermain dengan kontol ku, Ustadzah menghentikan aksinya,


"lakukan sekarang, iimm..."


"lakukan apa ustadzah ku?"


"puasin ibu Imm..."


"tidak Ustadzah Ikha...ini dosa..."


Aku pura-pura jual mahal, dengan mengutip ucapanya padaku semalam, sambil berjalan menuju luar kamar, Namun Ustadzah menahan langkahku


"Baim..Ustadzah mohon puaskan Ustadzah mu ini..."


"Puaskan... Please, jangan siksa ibu .."


"Berikan apa yang ibu tidak dapatkan dari suami ibu..."


Aku peluk ustadzah dengan penuh gembira... Tubuhnya yang bugil kini berada dalam pelukanku, cukup lama aku peluk Ustadzah, kunikmati sensasi kenyal dan padat payudara miliknya yang bersentuhan dengan tubuhku, Ustadzah tak malu-malu lagi, Tak ada lagi penolakan untuk menghentikan kelakuan ku, dia tak kuasa menahan seluruh cumbuan ku, ku angkat badanya dan kurebahkan dikasur... Kini ustadzah terbaring pasrah diatas kasur... Rudalku siap menancapkan pelurunya ketempat sasarannya... Kucium ustadzah dengan liar, tangan Ustadzah melingkari punggungku, lalu ku arahkan kontol ku tepat ke lubang memek ustadzah, Perlahan ku gesekan kontol ku..Terus-menerus... Sengaja ku permainkan nafsunya... Ustadzah mulai mendesah halus ..


"ohhh iim...hentikan..." 


"Masukan kontolmu iim...


"aah...ssshhhh... Jangan permainkan ibu iim..."


"please... masukan kontolmu itu..."


Ku dekatkan bibirku ke telinganya, sambil berbisik...


"Ustadzah... sebentar lagi obsesi baim akan menjadi nyata"


"Ustadzah mohon puaskan Ustadzah mu ini, Puaskan .. Please, jangan siksa ibu .. Berikan apa yang ibu tidak dapatkan dari suami ibu..."


"buat obsesi mu jadi nyata... Jangan cuma digesek-gesek aja...ayoo masukan..."


"Ustadzah Ikha...sekarang Ustadzah benar-benar binal..."


"cepat iim... masukan kontolmu ke memek Ustadzah binalmu ini iim"



PERINGATAN KERAS... Berisikan konten dewasa 21++ Kata-kata Vulgar dsb... bagi yang dibawah umur harap jangan membaca cerita ini Cerita ini hanya fiktif dan copas belaka, tanpa ada niat bermaksud SARA "Ustadzah mohon puaskan Ustadzah mu ini, Puaskan...


"masukan kontolmu baim sayang..."


sepertinya Ustadzah sudah tak tahan lagi, dia menggoyangkan pinggulnya mencari-cari kontol ku agar segera masuk menyapa liang surgawinya, Dengan sekali hentakan, ku dorong kontolku masuk kedalam memek Ustadzah Ikha, dia menjerit panjang...


"ooouughh....beeesaaaarrrr.... Seekkaaallliii.... iiimmmm...."


Ku biarkan dia menikmati hentakan kontol ku yang menembus dinding vaginanya, perlahan ku gerakan maju mundur kontol ku dengan berirama, Ustadzah Ikha semakin mendesah dan meracau tak karuan, Kurasa inilah pertama kalinya dia merasakan kontol besar dan panjang, perlahan ku nikmati setiap gerakan kontol ku menembus keluar masuk liang vaginanya... Semakin lama makin ku percepat tempo gerakan kontol ku,.. Bahkan Ustadzah Ikha ikut menyeimbangkan gerakan kontol ku dengan menggoyangkan memeknya.


"oohh yaaahh .., Iim .. Aahh .. Nikmat..."


"kontolmu iim nikmat sekaliiii .. Aa arghh .. Tuhann .. Arrghh..."


"Tee...rruuussss iim ....."


Gerakan kontol ku semakin ku percepat... Tak lupa sambil ku hisap dan ku remas tetek Ustadzah Ikha .. Gerakan ustadzah semakin tak karuan... Kurasa dia akan segera mencapai orgasmenya yang kedua...


"ohh iimm ... Memek ustadzah iimm .."


"Au ugghh...sshhh... Terus... Ssssss..."


"Iyaahh...Yahh... Oohh..."


"kenapa dengan memek ustadzah?"


"nikmat iim...memek ibu merasakan Nikmat sekali... disodok baim.."


"Akkkgghh iya terussss ...Baiimm..."


"nikmat mana sama kontol bang Radi?"


"kontolmu iimm..."


"Koo .. Ntool muu... jauhh .. Lebbiiiih .., Niikmaaaaaaaaaaaattt ...."


"Aaaaa aaaa aaaa kkkkkhhh hhh..."


Ustadzah memelukku dengan erat kedutan dimemeknya seperti meremas kontol ku...terasa ada cairan hangat mengalir dari dalam vagina Ustadzah Ikha, dia telah mendapatkan orgasmenya yang kedua, Tak mau ketinggalan segera ku tunggingkan ustadzah dan kemasukan kontolku dari belakang dengan posisi doggy style... Diposisi ini Ustadzah semakin tak karuan, Pinggulnya bergerak seakan mengikuti hentakan kontolku...


"iyahh ahh .. Sssttt akkhh .. Yaah..."


"Oouuughh... Aaakkgghh...nikmat sekali kontol kamu iimm"


"aakkkhh.... Sssssaahh.... Memek Ustadzah sempit sekali...."


"Ustazah... Memek mu...Enak sekali.."


"Nikmat sekali memek Ustadzah ku yang binal ini..."


"oohh iimm...Entot terus memek ustadzah mu ini iimm..."


"Sodok lebih cepat...Ahh...."


"Nikmati iimm .. Ahhh .. Ini sungguh nikmat baiimm..."


Ku percepat gerakan ku, aku semakin bernafsu mendengar Ustadzah yang meracau binal dengan kata-kata nakal yang keluar daei mulutnya.


"oohh, Lebih cepat.... iimm...aahhh..."


PERINGATAN KERAS... Berisikan konten dewasa 21++ Kata-kata Vulgar dsb... bagi yang dibawah umur harap jangan membaca cerita ini Cerita ini hanya fiktif dan copas belaka, tanpa ada niat bermaksud SARA "Ustadzah mohon puaskan Ustadzah mu ini, Puaskan...


"iyah yaaa..yaaahh ....Teruusss..." 


"Aaaahhhh...Baiimm... mmmm..."


Aku berhenti sejenak.. dengan posisi kontol ku masih berada didalam memek Ustadzah, aku bertanya..


"Kenapa Ustadzah jadi sebinal ini haa...??" 


"Dengan tampang polos dihadapan orang banyak, mereka menggapmu wanita alim dan sholehah"


"Kalau seperti ini kamu ga pantas di panggil Ustadzah, sayaangg..."


"Terusskkaann iimm... Jangan berhenti..." Kulihat mata nya berkaca-kaca memohon padaku


"Jawab dulu Ustadzah ku sayaangg..."


"Iya baim, Ustadzah ga pantes di sebut wanita alim.."


"Sekarang Ustadzah mohon.. entot Ustadzah lagi iim, jangan berhenti.." 


"Aku mohon... cepat lanjutkan iim.."


Dengan sedikit berontak Ustadzah berusaha menggoyangkan pinggulnya... Dalam posisi menungging ku dekap tubuh Ustadzah Ika, ku bopong dia keluar kamar.


"Mau kemana iim.. aakkhh... Nanti anak-anak lihat iim..."


"Ga papa Ustadzah, anak-anak masih kecil, Mereka belum mengerti"


Aku berjalan menuju ruang keluarga dan duduk disofa dalam posisi kontolku masih tertancap di memek Ustadzah Ikha, dalam posisi WOT dengan Ustadzah membelakangiku, Ku remas pinggulnya dan sesekali ku tampar keras bokongnya... Ustadzah kembali menggerakan pinggulnya naik turun, desahan demi desahan mengiringi nikmatnya sodokan kontol ku di memek ustadzah, puas dengan pinggulnya...Kini waktunya kubuat Ustadzah melayang jauh, kakiku bertumpu menyentuh lantai, Tangan ustadzah bersandar ke belakang, tangan kananku memainkan klitoris Ustadzah dan dengan tempo cepat ku gerakan kontol ku menghujam keras ke memek Ustadzah


"Plak ...Plak... Plakk.. Ck,..Ck...plaak.."


"Ohh tuhh... .. Ooouukhh tuuhh..aann.. aahhh baim..."


"iyaah iim... Aaagghhh... Iya itu itu.."


"Ahhhh...sshhh... baiimm .. Ahh kontolmuu kontolmuu..,"


"Sssssshhhh....aaaahhhh...Baiimm..."


Tubuhnya menggejang keatas membuat kontol ku terlepas, dan kulihat cairan orgasmenya keluar menyembur ke lantai tempat kami bergumul, Ustadzah sudah mencapai orgasmenya yang ke-tiga... Tubuhnya ambruk dengan deru nafas yang tersenggal-senggal... Keringat mengucur disekujur tubuhnya... Aku tersenyum betapa lemahnya suami Ustadzah, Hingga bersamaku tiga kali istrinya yang cantik ini orgasme, sekarang sudah saatnya... Kurasa aku takkan bisa bertahan lama lagi.. Kulihat jam menujukan pukul 5:40 pagi, Itu artinya hampir sejam setengah kami bercinta.


Ku dekati tubuh Ustadzah yang masih tengkurap lemah dibawah lantai, Ku angkat tubuhnya ke sofa.. Kembali ku posisikan WOT, Karena tenaga sudah melemah kuarahkan tangan Ustadzah untuk bersandar pada tembok dibelakang sofa... Kedua tanganku menggenggam pantatnya, Payudara yang menggantung segera kuhisap, perlahan ku masukan kontol ku dan ku hujam memek Ustadzah Ika dengan cepat..


"Ustadzah...Kamu seperti lonte yang kurang puas dengan satu kontol, Aaakkggh...."


"tidak .. Iim, Jangan bicara..sepeeer... Aaarghh..."


"Ibu baru pertama kali ini iim..."


"Aaaahhh... Yessss..."


"hmm..Katakan..Katakan Ustadzah.."


"Katakan... kalo Ustadzah menyukai kontol baim... Ouuggrrrghh"


"iyaaa...iimm.... Ssshh... 


"Ustadzah .. Suka iim .. Aakkhh .."


"lebih jelas lagi... Ustadzah"


"Ustadzah sukaa..aargghh..kontol.. baim..."


"besar dan panjang...ssshhhh...


"Nikmat iim...nikmati... memek Ustadzah mu ini iim..."


"Puaskan Ustadzah iim... Argghh..."


"Sebentar lagiiii Hhhhh .. Aaahhh .."


"Entot Ustadzah degan liar iim..."


"Arghh nikmat Baim... Yaakkhh.."


"Keluarkan spermamu iim... Ahh ..."


"Keluarkan semuanya didalam memek ibu.." 


"Ibu mau rasakan.. Aahhhh..... semburraaaaan...peejjuu..baaiimm..."


Ocehan Ustadzah, membuatku semakin bersemangat... gerakan kontol ku semakin cepat maju dan mundur menghujam dinding vagina Ustadzah Ikha


"aakkggh... Ustadzah... Baim mau... keluar..."


"iibbbuu.. juggaa..Sama iim .. Arghh.."


"Dii..ddaalaammm..aajjjaahhh..iimm"


"T..t..tapi... Tapi ..."


"ceeppat iim... Ibu aaamman...."


"Aahh yahh .. Yah yah yahhhh..."


Ku percepat gerakan ku, terasa ada yang medesak hingga ubun-ubun .. Ku peluk erat Ustadzah sambil menghentakann kontolku


"Ibu keluar lagi iim...Aaaghhhhh..."


"Baim juga bu .. Arghh .. Ahh ..


"Nikmat memek ustadzah ikha...aaakkccchh..."


Crroott .. Cret... Creett...


Rasa hangat menjalari kontol ku yang berada didalam liang vagina Ustadzah... Ku sembur kan sperma ku berkali-kali di dalam memeknya .. Ustadzah pun menggenjjang... Merasakan kenikmatan tiada tara saat hangatnya air mani ku masuk kedalam rahimnya... Dia lemas tak berdaya Amburuk dalam pelukanku .. Kontol ku masih tertancap dalam memeknya... Kami sangat kelelahan, setelah pertempuran yang sangat panas, kira-kira sekitar 10 menit setelah bercinta aku dan Ustadzah mulai bisa menguasai diri, Nafas kami pun berangsur-angsur normal kembali....

Sekitar 10 menit setelah bercinta Ustadzah dan aku mulai bisa menguasai keadan, Nafas kami ber angsur normal ....


"iim... seumur hidup ibu, baru kali ini ibu merasakan nikmatnya bercinta yang sesungguhnya iim"


Aku hanya tersenyum penuh arti


"iim... Ibu minta kejadian ini jangan sampai terulang lagi, cukup kali ini saja iim"


"Dan tolong jangan ceritakan peristiwa ini kepada orang lain"


"ini adalah pertama dan terakhir kita melakukan zina, anggap saja kita khilaf"


"Kita tidak boleh melakukanya lagi"


Aku hanya tersenyum, Ku peluk Ustadzah hingga kami tertidur lelap di kursi sofa, paginya sekitar jam 8 pagi aku terbangun dalam keadaan tubuh berselimut tanpa ada Ustadzah tidak ada disampingku, aku pergi ke dapur tapi tak menemukan dirinya, aku coba cek ke kamarnya tapi kamar dalam keadaan terkunci, atau jangan-jangan... dia ga mau ketemu aku lagi?? Ku pustuskan untuk pergi dari tempat Ustadzah, ku pacu sepeda motor menuju toko... Di toko aku berpikir..betapa munafiknya Ustadzah Ikha, dengan semua desahan dan kata kotor yang keluar dari mulutnya, dengan orgasme hebat yang belum pernah kau dapat dari suamimu, Kau masih bisa mengatakan ini adalah pertama dan terakhir?? Kita lihat saja nanti...sampai mana mulut ustadzah bisa melawan hawa nafsunya sendiri


Ku hentikan lamunanku dan kembali bekerja, aku jadi selalu memikirkan ucapan ustadza itu, Dan ku putuskan untuk tidak lagi menganggu Ustadzah Ikha dalam beberapa hari kedepan.


Ku lalui hari seperti biasanya, aku tidak mempedulikan keberadaan Ustadzah lagi, setelah pergumulan panas yang kami lakukan, aku merasa seeikit kesal jika ketika mengingat kata-kata Ustadzah yang menginginkan hal itu ada lah pertama dan terakhir.


Hari ini hari ke-6 bang Radi diluar kota, berarti 2 hari lagi dia akan pulang kerumahnya, seiring waktu berlalu tak ada kejadian yang istimewa, sekarang aku jadi memikiran perbuatanku terhadap Ustadzah Ikha, Seorang Ustadzah yang alim bergumul mesra dan penuh nafsu dengan anak muda tanggung sepertiku, Betapa jahatnya aku..akal sehatku mulai menyadarkan ku, waktu pun berlalu hingga malam pun tiba, sudah beberapa hari ini aku tidak tidur dirumah ustadzah, entah bagaimana keadaan Ustadzah Ikha sekarang....dikala aku melamun terdengar dering hp ku berbunyi, terlihat dilayar ponsel ada panggilan masuk dari bang Radi... Aku menjadi gugup... Jangan-jangan Ustadzah Ikha mengasukan semuanya pada bang Radi, ah...mana mungkin dia bertindak bodoh membongkar aib nya sendiri, Ku beranikan diri untuk mengangkat panggilan telepon dari bang Radi


"Hallo...assalamualaikum bang Radi"


"Walaikumsalam iim.."


"baim..kata ustadzah kamu gak tidur dirumah lagi .. Kenapa iim??"


"ga papa bang...ga enak aja rasanya tidur disana terus, lagi pula kangen juga tidur ditoko sendiri hahaha"


Aku tertawa mencoba mencairkan kegugupan ku...


"Aahh kamu ini, kayak sama siapa aja.."


"Ga papa tidur aja dirumah, temani istri abang ya..."


"Sekalian jagain anak-anak, kata ibunya mereka nyariin kamu terus dari kemarin"


"ya udah deh bang... klo Abang maksa nanti Baim tidur disana"


"Naah gitu doong...oh iya iim.. Abang ada tambahan kerja disni"


"mungkin 5 hari lagi baru bisa pulang, soalnya kostumer disni minta tambahan waktu.. Jadi tolong jagain anak-anak sama istri abang yaa..iim" 


"Maaf nih jadi ngrepotin kamu terus"


"iya bang.. Baim Ga merasa direpotin kok"


"yaudah iim udah dulu yaah.. dah malem, kamu pasti mau istirahat"


"Assalamualaikum..."


"Walaikumsalam"


Sepertinya aku sudah dianggap seperti saudara sendiri oleh keluarga Ustadzah, bahkan ketika aku tak ada dirumah ustdzah, mereka mencariku... ah betapa jahatnya diri ku ini... Aku jadi semakin galau memikirkanya, apa yang harus kulakukan, sementara semenjak kejadian itu Ustadzah Ikha tak lagi menghubungiku, Bahkan aku merasa tak seperti dijauhi olehnya, Akhirnya ku putuskan untuk tidur di toko saja, Setelah toko tutup aku bermain mobile legends untuk mengisi waktu luang sebelum tidur, tak terasa aku bermain hingga pukul 3 pagi... Aku pun memutuskan untuk tidur... Agar bangun tidak terlalu siang, belum sempat aku tertidur, ku dengar Hp ku berbunyi...siapakan yang menghubungi ku pagi buta begini? Dengan malas ku lihat layar hp, Ternyata ada notifikasi pesan WA dari Ustadzah Ikha


"Baim, kamu dimana? sudah tidur?"


Aku terheran-heran Ustadzah Ikha mencariku jam segini? Jam 3: 15 subuh.. Kenapa dia belum tidur??

Ataukah Ustadzah Ikha bangun untuk sholat subuh??


"Baim ditoko, Baru mau tidur bu Ustadzah, ada apa?"

Tak sampai 30 detik, ada balasan masuk darinya


"hmm... Ga papa iim... Ibu heran aja, kamu tiba-tiba pergi tanpa pamit"


"semenjak kamu pergi, Haisya dan Arga nyariin kamu terus"


Aku tidak langsung membalasnya, aku terdiam sejenak, Tak tau harus menjawab bagaimana, akhirnya ku putuskan untuk membiarkan saja pesannya, tak lama kemudian Ustadzah kembali mengirim pesan


"Baim .. Kenapa gak di balas?"

"Apakah ibu ada salah kamu?"


Aku tak menghiraukanya, Ku putuskan untuk mengecas hp dan tidur, karena saat ini aku benar-benar ngantuk, Esoknya aku terbangun pukul 10:25, Aku bersiap membuka toko, ku lepas hp ku dari cargernya, ku cek ada notifikasi WA dari Ustadzah Ikha, ku buka aplikasi WA untuk membaca pesannya


"Baim, Nanti siang makan di rumah ya, ibu masak banyak"


"Nanti malam tidur dirumah ibu aja, Bang radi ga jadi pulang besok, kerjaanya ditambah 5 hari lagi"


Kembali ku abaikan WA Ustadzah, aku lanjutkan membuka toko, baru saja toko dibuka, fitri penjaga konter di sebelah datang menghampiriku,


"bang Baim, ini ada makanan, dari Ustadzah Ikha"


"hah...dari Ustadzah? Tumben dia kasih aku makanan?"


"iya... Ga tau nih bang, aku sama Intan juga dikasih tadi"


"Ooo kalian juga dapat... Kirain special buat abang doang"


$yeee.. Pede banget abang ini"


Ku terima makanan dari Ustadzah, lalu kusantap dengan lahap, saat aku sedang asik makan Fitri kembali datang menghampiriku


"bang Baim, minta nomor WA nya dong, susah banget kalo mau minta tolong sama abang, ga ada yang punya nomer bang Baim"


"halah bilang aja mau watsap'an sama aku kan?"


Sambil menyebut pinggangku dia mencibir


"iihh pede banget sih abang ini" 


Sambil makan ku sebutkan nomor WA ku padanya


Setelah selesai makan, aku lanjut bekerja hingga malam hari, kira-kira pukul 8 kurang aku termenung... aku merasa bimbang, haruskah aku datang kerumah Ustadzah Ikha malam ini? Aku berbaring di kamar toko, aku rindu senyum manis Ustadzah Ikha, Kuambil hp yang ada disampingku, aku mulai mengetik chat untuk Ustadzah Ikha, Namun... Gengsi rasanya memulai chat duluan padanya, helum sempat aku chat Ustadzah Ika, tiba-tiba ada WA masuk, tapi bukan dari Ustadzah Ikha, kali ini pesan itu berasal dari Fitri si penjaga konter yang seksi

Tiba-tiba ada WA masuk, tapi bukan dari Ustadzah Ikha, kali ini pesan itu berasal dari Fitri si penjaga konter yang seksi...


Fitri
Fitri


"bang Baim, udah tidur?"


"belum dek, ada apa?"


"fitri ga bisa tidur bang"


"Lho tumben...kenapa?"


"Entah lah bang, ga tau kenapa kangen aja sama abang"


"lho..lho..kok jadi gombal gini, jujur ada apa sebenarnya, cerita aja"


"panjang bang, males ngetiknya"


"yaudah kita ngobrol di teras aja, biar kamu ga cape ngetik"


"boleh deh bang, kalo ga ganggu istirahat bang Baim"


Ku buka pintu tokoku, dan kulihat fitri sedang keluar dari tokonya, kami berdua duduk di teras tokoku, fitri duduk disampingku, fitri mulai menceritakan kisahnya sebagai janda beranak satu, aku sedikit terkejut mendengarnya


"Lho.. jadi fitri udah menikah dan punya anak?"


"Iya bang Baim"


Qku jadi iba mendengarnya... Kisah hidupnya membuat air matanya mulai mengalir, Orang-orang disini belum ada yang mengetahuinya, baru diriku saja yang diceritakan oleh Fitri, Fitri mulai melanjutkan ceritanya diiringi dengan isak tangis air matanya, saat sedang asik mendengarkan cerita Fitri, tiba-tiba hp ku berdering... Ada pesan WA masuk, ternyata dari Ustadzah Ikha... Padahal sekarang sudah jam 1 lewat, tetapi sepertinya ustadzah belum tidur, aku masukan kembali hp ku kedalam saku, tanpa membuka pesan WA Ustadzah


"siapa bang? kok ga di balas?"


"Ah...cuma pelanggan.. besok saja balesnya"


Fitri semakin larut menceritakan semua masalahanya, seakan-akan dia sedang mencurahkan semua keluh kesah yang menjadi beban hidupnya selama ini, Fitri mulai menyandarkan kepalanya dibahuku, meratapi apa yang selama ini dia hadapi, ku membelai kepalanya sekedar untuk menghibur hatinya,


Fitri seakan menikmati belaian ku, diakhir cerita, Fitri mengatakan hal yang sama sekali tidak kuduga, dia mengatakan kalau aku adalah satu-satunya orang yang membuat dia nyaman, dan mau memahami dia, dia mengakui kalau dia sudah lama menganggumi ku, namun ia enggan menujukanya padaku karena dia merasa malu, mana mungkin aku mau dengan janda anak satu yang hamil diluar nikah.


Kupalingkan wajahnya kehadapanku, ku usap airmatanya yang mengalir dengan jari telunjuk


"Fit, kenapa kamu ga mencoba untuk membuka hati ke cowo lain?"


"ga mungkin ga ada yang mau, Kamu masih muda dan cantik"


"aku masih trauma dengan masa lalu ku..bang" 


"Semua lelaki yang medekati Fitri sama saja, selalu ada maunya"


"Mereka egois, ga mau ngerti perasaan wanita"


"Beda dengan abang yang menurut fitri layak menjadi contoh bagi kaum laki-laki"


"Fitri...dengerin abang ya... Fitri harus sabar dan kuat"


"bukan buat Fitri saja, tapi buat anak Fitri yang seharusnya mendapat kasih sayang lebih dari Fitri"


"Dia harus berjuang menahan rindu saat jauh dari ibunya"


"Jadikan itu sebagai motivasi fitri setiap Fitri kehilangan semangat"


"Kalo Fitri perlu teman cerita atau butuh bantuan apapun, hubungi abang, insyaallah abang akan bantu sebisa abang, dan abang akan berusaha agar selalu ada untuk fitri"



PERINGATAN KERAS... Berisikan konten dewasa 21++ Kata-kata Vulgar dsb... bagi yang dibawah umur harap jangan membaca cerita ini Cerita ini hanya fiktif dan copas belaka, tanpa ada niat bermaksud SARA "Ustadzah mohon puaskan Ustadzah mu ini, Puaskan...


Fitri terharu dan memelukku erat, ada rasa kenyal saat payudaranya menempel ditubuh ku, Fitri Berterimakasih padaku karena sudah mau mendengatkan keluh kesahnya malam ini, kami pun berpisah dan kembali ke toko kami masing-masing


Aku masuk dalam toko dengan senyum kemenangan, sepertinya janda beranak satu itu akan sangat mudah ku dapatkan, dia sudah memberikan sinyal lampu hijau padaku, Oh iya...hampir lupa, aku belum membuka dan membalas WA dari Ustadzah, ku ambil hp dari saku dan ku buka WA dari Ustadzah Ikha.


"Baim, kalo ibu ada ada salah tolong di maafin, kamu sudah ga mau balas WA ibu lagi, Ibu sedih kamu seperti ini, Apa salah ibu iim? malam ini kamu tidak datang ke rumah, anak-anak susah disuruh tidur karena ingin bertemu kamu, datang lah iim...kita selesaikan baik-baik dirumah, tadi suami ibu telepon, dan menanyakan kamu, ibu bilang kamu tidak dirumah, jangan sampai suami ibu curiga iim... kalau kamu mau kerumah pintu depan tidak ibu kunci"


Begitulah isi pesan WA dari Ustadzah, aku berpikir sejenak, benar juga... kalo aku menjauh seperti ini bisa membuat bang Radi curiga, SHIIITT!!! apa yang harus ku lakukan...?? Setelah kupertimbangkan baik-baik akhirnya aku putuskan untuk pergi ke rumah Ustadzah saat itu juga, ku nyalakan sepeda motorku dan melaju meuju rumah Ustadzah


Sesampainya disana..benar saja... pintunya tidak terkunci, aku segera masuk kedalam, sesampainya diruang tamu aku terkejut mendapati Ustadzah Ikha tertidur di sofa dengan gamis yang tersingkap sampai ke pantatnya...dan dia tidak menggunakan pakaian dalam. Aku terkejut melihat pemandangan itu, begitu indah lekuk tubuhmu Ustadzah, segera ku ambil selimut dan ku selimuti Ustadzah Ikha, Kemudian aku berlalu menuju kamarku, sengaja kulakukan itu dan mencoba menahan nafsuku, karena masalah tempo hari antara aku dan Ustadzah belum terselesaikan, ku rasa dia tidak akan menikmatinya jika aku langsung menggaulinya, aan aku tak mau dia berpikir seakan-akan aku mempermainkannya hanya untuk melampiaskan nafsuku saja, ku pilih cara aman agar rencana ku berjalan lancar, nafsu boleh tapi jangan bertindak gegabah...pikirku dalam hati hahaha... 


Baru saja mata ini ingin terpeja HP ku bergetar, ternyata ada pesan dari Fitri


"bang Baim jelek, makasih ya udah nemenin curhat, nih Fitri kasih hadiah, foto artis Korea hahaha"


Pesan WA tersebut dibarengi dengan unggahan gambar fotonya...gambar foto dengan pose senyum genit dan bibir di manyun kan sambil mengacungkan 2 jari...Khas selfie cewe kekinian hahaha... Ohh myyy gosh...dia hanya memakai tanktop hitam dan ku pastikan dia tak memakai bh karena terlihat tonjolan pentil teteknya yang mungil.


Aku tersenyum simpul melihat tingkah janda yang satu ini, tanpa rayuan apapun...tanpa ku dekati... tanpa perlu menggodanya... Dia sendiri yang agresif seolah dia menginginkan diriku, aku pun melanjutkan tidurku, esok paginya tampak seperti biasa, Ustadzah sedang mempersiapkan sarapan pagi, sepertinya dia tahu aku tidur disini, dari penampakan sepeda motor yang terparkir didepan, aku melangkah menuju meja makan, dan ku peluk Ustadzah dari belakang,


"pagi Ustadzah cantik"


Ustadzah terkejut namun tak menghindari perbuatan aku didepan anak-anaknya yang mulai berlarian menghampiriku


"Tumben bangun pagi iim, tuh liat... Arga dan Haisya kangen sama kamu kan..." 


"Tuh lihat om kalian..masih ada kan?" "Om aim cuma kerja.. bukanya pergi, yaa kan om...?


"iya dongg... Emang om mau kemana... Mamah kalian kan cantik, mana mungkin om tinggalin..."


Sengaja ku ucap kalimat itu untuk mencairkan hubungan ku dengan Ustadzah, kuyakin anak-anak tidak akan mengerti makanya yang sebenarnya, Ustadzah pun tersipu malu mendengar perkaataanku, aku pun mulai makan sarapan, selesai makan Ustadzah Ikha bercerita bebagai hal pada ku, hingga akhirnya dia bertanya


"iim...kamu marah sama ibu??


"Ah..engga kok Ustadzah"


"Kalo lagi berdua jangan panggil Ustadzah"


"panggil nama aja, atau aku-kamu"


"Ibu ngerasa ga pantes aja kamu panggil ustadzah..iim"


"yaudah deh .. kak ikha aja gimana?"


"terserah kamu aja iim"


"ga jadi deh Ustadzah aja... udah terbiasa manggil pake Ustadzah"


"hmm...iim, kamu tidur disini aja ya .. Bang radi juga ga keberatan kalo kamu tidur dirumah, sekalian nemenin anak-anak main"


"Hmm...ya udah deh, tapi sampai bang Radi pulang aja yaa.."


"ga iim... ada atau ga ada bang Radi, Kamu boleh kok tinggal dsini .. anggap aja rumah kamu sendiri"


"Baiklah, asalkan kamu senang, akun ikut senang... oke...Ustadzah..??"


"mulai deh... kumat...Ngerayu istri orang hahaha"


akhirnya kami ngobrol panjang-lebar tentang bermacam hal, sampai akhirnya aku pamit untuk pergi, tapi bukan untuk ketoko dan bekerja, aku sudah merencanakan untuk libur beberapa hari


"Ustadzah... Baim pamit ya... mau pergi jalan-jalan dulu"


"Lho kamu ga buka toko?"


"Engga bu, Baim udah berencana buat liburan beberapa hari"


"yaudah hati-hati iim"


Aku ke kamar untuk mengambil jaket, sebelum pergi ku hampiri Ustadzah yang sedang mencuci piring didapur dan ku palingkan wajahnya kearah ku.. lalu ku cium Ustadzah dan ku mainkan lidah ku dimulutnya, Dia pun merespon balik... Setalah puas berciuman ku towel tetek Ustadzah Ika, dan berlari keluar rumah menuju parkiran motorku.


Ustadzah Ikha sedikit lega dengan kedatangan baim dirumah, suasana kaku antara Ustadzah dan baim kembali cair, Ternyata pada malam Ustadzah tertidur disofa, dia terbangun saat waktu sholat subuh, dan sekilas melihat Baim sedang tidur di kamarnya, Ustadzah ke kamar Baim untuk memastikan, tanpa sengaja Ustadzah Ikha melihat hp Baim yang tergeletak tanpa kunci layar, dengan rasa penasaran dia ambil hp Baim dan melihat isinya, Saat membaca isi WA dari Fitri, Ustadzah merasa sedikit cemburu, timbul rasa yang aneh dalam benaknya, aku bukan siapa-siapanya Baim, tapi entah mengapa aku merasa cemburu melihat kedekatan Baim dan Fitri, bahkan Fitri dengan berani mengirim foto tanpa jilbab dan hanya menggunakan tanktop, Dan Ustadzah semakin terkejut ketika membaca chat antara Baim dengan seseorang yang bernama Putri, ternyata baim sudah lama punya kekasih LDR....


Baim kemana?

Dengan siapa?

Nanti malam berbuat apa?


K*****n Band

Aku menuju bandara dimana pesawat yang ditumpangi putri mendarat, sesampainya di bandara aku mencari wanita yang menjadi kekasih LDR ku, akhirnya ku temukan juga sosok gadis berjilbab, dengan gamis ketat yang membalut tubuhnya


Dengan penuh semangat ku hampiri dirinya dan ia menyambut ku dengan gembira, setelah berbasa-basi menanyakan kabar dan keadaan masing-masing kami pun pergi meninggalkan bandara untuk makan di salah satu hotel, tak ada yang spesial saat makan, hanya percakapan biasa pelepas rindu, setelah makan kami langsung check-in di hotel tersebut, aku tak sabar untuk segera menggagahi putri, sudah lama aku tidak bercinta dengannya, semenjak menjalin LDR dia sering datang ke kota ini hanya untuk meminta jatah kepuasan padaku, dia pernah bilang bisa saja dia mencari pengganti ku, bercinta dengan pria lain atau mencari kepuasan dari pria lain, tetapi itu tidak dilakukannya karena ia hanya menginginkan menikah dengan ku saat tiba waktunya nanti. Setelah didalam kamar Putri mulai membuka pembicaraan


"ayy, aku mau ngomong sesuatu"


"Mau ngomong apa sayang, kok kayaknya serius banget?"


"Aku mau cari kerja disini, aku ga bisa jauh dari kamu"


"Setelah apa yang kita lakukan selama ini..."


"Aku cape LDR'an terus ayy...ak pengen selalu dekat sama kamu!!"


"kamu yakin?? orang tua kamu udah setuju, kamu mau kerja disini?"


"ya...ga usah kasih tau mereka, kalo aku udah kerja disini kan mereka juga ga bisa nolak"


"ya udah terserah kamu, selama itu untuk kebaikan hubungan kita"


"Aku seneng aja aja kamu kerja disini, malah kita bisa ena-ena setiap hari"


Setelah berucap demikian langsung kucium Putri yang tengah berbaring ditempat tidur, ingin segera lampiaskan nafsu ku yang tertahan sejak bertemu di bandara tadi, setelah mengganti pakaian dengan kaos dan celana Putri berbaring rileks dikasur, dengan buas ku ciumi bibirnya bertubi-tubi hingga dengus nafas kami memburu satu sama lain, Disaat asik berciuman tiba-tiba putri menghentikan ciuman kami, dan berkata...


"Baim, aku kangeeeen kamuuu..."


"kangen aku apa kangen ini?" sambil ku buka celana dan menyodorkan kontol ku


Putri terlihat sumringah dan langsung menggenggam kontol ku, Sambil melanjutkan ciuman, Putri yang sudah mahir dalam bercinta bertindak lebih agresif, dia mengehentikan ciumannya dan berusaha untuk duduk, aku pun paham dan segera berdiri, Putri melahap kontol ku dengan penuh bernafsu


"Ahhh shiitt...nikmat banget ayy..."


Aku meracau kenikmatan ketika keagresifan Putri membangkitkan gairah kontol ku yang kini menjadi tegak menantang, saking menikmatinya tanpa sadar aku menarik kaos Putri hingga robek,


Dengan robeknya kaos Putri nampak lah dua bukit kembar mengintip dibalik robekan kaosnya... Merasa tanggung kutarik lagi kaosnya hingga robek nya semakin besar, lalu kuterobos robekan itu dan ku remas kedua bukit kembarnya, aku tak mengerti mengapa kali ini sepongan putri terasa begitu nikmat sehingga beberapa kali aku mendesah, saking tak bernafsunya ku pegang kepala putri dan ku tekan agar emutan nya lebih dalam, cukup lama kontol ku terbenam di mulut putri, hingga dia tersedak dan mengeluarkan air liur yang cukup banyak.


Namun putri tidak jera, puas dengan mengulum, kini dijilatnya ke-2 buah biji testis yang menggantung...aku menjadi lebih sensitif dan merasakan getaran di sekujur tubuhku Aaakkhhhhh...desahku semakin menjadi, kalau seperti ini terus bisa jebol pertahanan ku, ku suruh Putri menyudahi aksinya, dan ku dorong hingga dia terbaring mental di atas kasur, lalu ku buka celana jeansnya kemudian ku pelorotkan cd nya, lalu kucium bibir putri sambil tanganku meraba-raba memeknya, Putri menggelinjang kenikmatan, namun desahannya tertahan oleh bibirku


PERINGATAN KERAS... Berisikan konten dewasa 21++ Kata-kata Vulgar dsb... bagi yang dibawah umur harap jangan membaca cerita ini Cerita ini hanya fiktif dan copas belaka, tanpa ada niat bermaksud SARA "Ustadzah mohon puaskan Ustadzah mu ini, Puaskan...


"oohhh ..sstt.."


Desahnya mulai terdengar saat ku lepas ciumanku dan kini lidahku berpindah menjilati lehernya, desahan Putri semakin terdengar menggelora, kaki jenjangnya bergerak melingkari pinggangku.


Puas menjilati leher aku berpindah pada bagian payudaranya, ku kecup inci demi inci dada putri dengan kelembutan untuk menghadirkan sensasi geli agar dia semakin horny, ciumanku terus berpindah mengelilingi payudaranya, ku lakukan kecupan disekeliling payudaranya agar pentil payudara putri semakin mengeras, sambil mengocok vagina putri, aku sentuh sekeliling payudaranya tanpa ku sentuh sedikit pun bagian putingnya


"oohhh, sshhh...sayaangg...Jangan disitu terus...aaakkhhh .."


Sepertinya Putri sudah tak tahan lagi, terlihat tanda-tanda dia akan mendapatkan orgasmenya, aku hentikan mengocok memek Putri, untuk menunda orgasme yang akan terjadi, ku genggam ke-2 payudaranya dan mulai menghisap tetek sebelah kanan dengan lembut, sengaja aku lakukan dengan perlahan untuk menghadirkan sensasi rasa penasaran atas aksiku, Ku hisap dan ku putar-putar lidahku diputingnya


"Ahh, ayy... Aku kangenn dengan semua..inii..." 


"... sssttttt akkhh....terus ayy"


Tak mau kehilangan moment ku pindahkan lidah ku kebagian vagina Putri, tak lupa jariku keluar-masuk mengocok memeknya, Ku jilati klitoris dan labira putri, Ku kocok dengan tempo lambat agar dia lebih santuy, setelah cukup lama ku percepat kocokan pada memeknya, ku mainkan tempo dengan irama yg beraturan, hingga akhirnya tangan putri menjambak rambutku dan menekan kepalaku lebih dalam.


"terusssa ayyy...aaakkhhh...."

"Ini...yang aku tunggu..Ahhhrrgghh.." "Memekuu ayy...Kangennn..."

"aakkhhh...ssst... Itu ahh yeessss..."


Kupercepat jilatan dan kocokan pada memeknya dan tak lama kemudian Putri melenguh kencang, dan pinggulnya menggejang ke atas...


"ahhhsssstt...Akkuu..Aaahh dapaat..." "Ahhhhhh...sayaaaaangggggg..." "Aaakkkkhhhhhh..."


Akhirnya Putri Orgasme juga, hasrat seksual yang selama ini terpendam akhirnya tersalurkan juga, cairan orgasmenya mengalir membasahi kasur hotel.


"ayy, nikmat banget...Kamu jago bikin aku kelepek-kelepek terus"


Putri memuji sambil mengatur deru nafas yang tak beraturan dengan tubuh telanjang yang terbaring lemas, tak ku biarkan dia beristirahat lebih lama, nafsuku sudah sampai ke ubun-ubun, Kubuka seluruh pakaian dan kuarahkan kontol ku yang tegang berotot kedalam memeknya yang sudah siap menerima serangan itu...Putri menjerit pelan ketika kontol ku mulai menyusup masuk lebih dalam


"Oouuhh...iniii..diaaa...ayy..."

"innii...Yaangg...kurindukan darrii... kaa..muu...ayy"


Setelah kontol ku masuk dalam liang kewanitaanya, dengan semangat kuhentakan kontol ku untuk memberikan kejutan pada vaginanya, Putri melingkarkan tanganya memeluku, seakan-akan ia menginginkan ku tindih tubuh bugilnya yang masih menggunakan hijab itu...kakinya pun menahan pantatku seakan tak ingin.merengkuh seluruh tubuhku


"gimana sayang, enak?"


"banget...ayy..."


"kangen gak aku entot?"


"kangen banget..banget..ayyaank ku.."


Perlahan mulai kugerakkan kontol ku maju-mundur dengan tempo yang teratur menyodok memek Putri yang merekah, putri pun meracau keenakan


"ahhstt..ini...yang aku..Sshh..tunggu..." "Sstayy...ahh...aakkhh... goooddd.." "Lebih cepat ayy..."


Ku percepat gerakanku, Menambah teriakan putri tak terkontrol hingga akhirnya orgasme nya datang dan memuncratkan cairan hangat miliknya ..,


"aahhh....sssaayyaannng..."


Putri menggelinjang nikmat sambil memeluk erat tubuhku...aku tak terusik, aku tetap menggenjot kontol ku...ku lihat Putri dalam keadaan lemas tak berdaya, kuangkat dan kubalikan tubuh putri dengan posisi nungging, ini adalah posisi favorit aku dengan wanita manapun, Ku masukan kontol ku dan mulai melanjutkan percintaan kami dengan posisi doggy style.


"Ooouugghhh..."


Lenguh putri yang sedikit terkejut karena ku masukan kontol ku saat dia belum siap, diposisi ini aku mendapatkan sensasi nikmat yang luar biasa, kurasa Putri juga merasakan hal yang sama, karena dia meracau terus-menerus


"ahh...yyaaahh...oouuughh..."


"ibbuu...sanak muu..utiii...dientotin baiim buu.." 


"aahhhsttt..baimm jahaattt bu ..!!" 'tapi...enakkkkkk buuu..."

"Ngentott...sama baa..,aiimm.. eennaakkk... buu .. aakkhhh..."


Racauan Putri membuat ku semakin bersemangat untuk menggenjot nya lebih cepat


"Arrrgghhh...bilang sama ibu mu kalo kamu suka kontol aku...aarrggahh.."


“buu... akhhh... Yaahh...aahh..utii...

sukaa...kkoon...ttooll...baaiim..."


"enakk...buu kontol baiiim enakk..." 


"nyodok .. Arghh memek..anakmu.." 


"buu ... Lihaat buu... Aakkhh.. utii..gaa tahaan bu.... Aahh..ahh..ahh..."


"Sshhh...buu... Enaak bangeett..bu.."


"konttool baaaim mentoookk diiii ujuungg...memeekk Utii..."


"Utii hammppirr...saamppeee...."

"uti nyampe....aakkhh...aarrgghhhh .. Ibuuuuuuuu"


Aku terus memacu putri dengan penuh semangat, karena racauan kotor yang keluar dari mulut Putri membuat aku membayangkan ibunya sedang berada diruangan ini dan melihat aku sedang mengobok-obok memek anaknya dengan kontol ku yang besar dan panjang ini.


Bersamaan dengan orgasmenya Putri, sendi-sendi kontol ku pun berkedut, saat Putri orgasme yang ke-dua, kontol ku serasa dicengkram oleh otot-otot memek Putri, dan membuat pertahanan ku tak goyah, segera ku cabut kontol ku dan ku arahkan ke mulut putri yang terkulai, ku semburkan Peju Junsu salam mulutnya, sampai meluap dan menetes dari bibirnya...kami pun terkapar lemas dengan sejuta kenikmatan yang masih tersisa....

Aku terbangun ketika waktu telah menunjukkan pukul 23:47 tak terasa sudah hampir tengah malah setelah persetubuhan kami sore tadi, kulihat Putri masih tidur disampingku dengan tubuh bugil yang hanya tertutup selimut, perlahan nafsuku bangkit ke dimbali.


Ku dekati putri yang masih tertidur pulas, kuraba seluruh tubuhnya tanpa membangunkan tidurnya, kurasakan kontoku sudah kembali tegak berdiri, tanpa pemanasan langsung ku hujamkan kontol ku kedalam memek Putri yang masih kering, dia pun terkejut, matanya membelalak dan tubuhnya menggeliat ketas.


Kami ulangi lagi pergumulan kami seperti sore tadi, saat sedang asik menggenjot tubuh Putri tiba-tiba Hp ku berdering, ku lihat ada panggilan masuk dari Ustadzah Ikha saat tengah malam begini, aku terkejut dan menghentikan aktivitas kami .. sebelumnya aku sudah bercerita kepada Putri tentang kedekatan ku dengan Ustadzah Ika, tapi aku hanya cerita kalo aku tinggal dirumah Ustadzah dan suaminya, tanpa ku ceritakan tpengalaman ku pernah bercumbu dengan Ustadzah. Kuangkat telepon dari Ustadzah dan kuberi isyarat kepada Putri agar menunggu sejenak, lalu ku angkat telepon dari Ustadzah, sengaja ku loadspeaker agar Putri tidak cemburu atau curiga


"assalamulaikum Ustadzah, ada apa nih, tumben telepon malam-malam?"


"Baim kamu dimana, ga pulang kerumah?"


"Engga kayaknya bu, lagi nginep ditempat temen, biasa kangen-kangenan.. lama ga ketemu"


Saat sedang asik berbicara ditelepon dengan Ustadzah Ikha, tiba-tiba Putri mengulum kontol ku, membuat aku tak kuasa untuk menahan desah kenikmatan


"Ssshhh... aaakkhh.."


"kenapa iim ..?


"Oouuggh...ga papppaa bu..."


"Kepedesaaann..aaaa..sshhaah..."


"oh, jadi...kapan kamu pulang?"


"hmm...ssshh.. .. Beluum taau bu..." Mungkin 1 atau 2 hari lagi,


Aku semakin kaget ketika sedang asik menikmati sepongan Putri, tiba-tiba dia bangkit lalu jongkok diatas kontol ku dan mengarahkan kontol ku kedalam memeknya...sedangkan aku masih sibuk menerima panggilan telepon dari Ustadzah Ikha


"ahhrrgghhh...Ustadzah belum tidur?"


"iim..kamu kalo kepedesan minun dulu sana...!!"


"Lagi main challenge... Ssshh..aahh.." 


"Peraturanya... aakkhh...Makan pedes.. gaaa..boleehh...Sshh...minum" 


"ya udah....ibu tidur dulu ya... "


"Jangan lama-lama pulangnya iim..." 


"nanti... Anak-anak nyariin kamu lagi"


"Oohh..iyaahh Ustadzah..."


"Aaasshhh..Nanti..oough..baaaiim... Kaabbaarriiinn...."


Buru-buru ku matikan telepon dan ku dorong tubuh putri hingga telentang, lalu ku gerakan kontol ku dengan cepat, malam itu putri mendapatkan orgasme berkali-kali dan aku terkulai dengan dua kali semburan sperma di wajah dan perut putri, kami tidur saat menjelang subuh, sambil berpelukan tanpa berpakaian


Esok harinya Putri merasa kelelahan ingin beristirahat sepanjang hari di kamar, sedangkan aku bergegas ke toko karena aku lupa ada pesanan kostumer yang akan diambil hari ini, ditengah perjalanan menuju toko aku merasakan Hp ku bergetar, namun aku tetap memacu sepeda motor tanpa mempedulikan getar Hp ku


PERINGATAN KERAS... Berisikan konten dewasa 21++ Kata-kata Vulgar dsb... bagi yang dibawah umur harap jangan membaca cerita ini Cerita ini hanya fiktif dan copas belaka, tanpa ada niat bermaksud SARA "Ustadzah mohon puaskan Ustadzah mu ini, Puaskan...


-----.*****.------


Sekilas tentang Ustadzah Ikha


Namaku Ikha Maharani Latifah, Orang-orang lebih mengenal ku dengan nama Ikha atau biasa memanggil ku dengan sebutan Ustadzah Ikha, Aku lahir pada tanggal 17 Juni 1980, aku telah bersuami dengan pria yang bernama Radiansyah Akbar, orang sekitar biasa memanggil dia Bang Radi. Kami menikah tepatnya 13 tahun yang lalu, pernikahan kami dikaruniai 2 orang anak yang lucu dan manis, Anak pertama kami bernama Arga usianya hampir 6 tahun sebentar lagi menjelang masuk sekolah SD, dan yang paling kecil bernama Haisya, masih balita dan belum bisa berjalan dengan lancar.


Keadaan ekonomi ku bisa dibilang berkecukupan, dengan suami pekerja keras yang memiliki beberapa cabang usaha, aku tak perlu pusing memikirkan materi, suami ku selalu memenuhi kebutuhan apa pun yang ku minta, beberapa pun biayanya selalu terpenuhi olehnya. Aku sangat menyayangi suami dan anak-anak ku, bisa dibilang kami adalah keluarga yang harmonis dan jauh dari gosip tetangga, kebaikan dan keramahan yang kulakukan pada orang-orang sekitar membuat ku lebih dekat dengan mereka, mereka memberi gelar Ustadzah pada ku karena aku sering memimpin pengajian ibu-ibu dan sering mengisi acara kerohanian disekitar tempat tinggal ku, saat Ramadan aku sering diminta mengisi ceramah sambil menunggu waktu buka bersama dengan para ibu-ibu, dan sudah setahun ini aku mengajar anak-anak remaja putri mengaji dan menghafal Al-Qur'an tanpa dipungut biaya sepeser pun, Semenjak itu pula orang-orang mulai memanggilku Ustadzah Ikha.


Menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik dalam mendidik anak sekaligus menjadi istri yang sholehah dan setia dan merupakan prinsip ku sejak memutuskan menikah dengan bang Radi, semua yang ku jalani selama ini kulakukan dengan penuh keikhlasan, Ya...dengan hijab dan gamis yang menutupi tubuhku sehari-hari.


Sebelum kenal dengan bang Radi, aku tindak menggunakan hijab, dengan penuh kesabaran dia mengubah masa laluku yang kelam menjadi seseorang yang dihormati masyarakat dan berpakaian yang menutupi seluruh aurat setiap hari.


Sebelum dengan bang Radi aku sering gonta-ganti pasangan, namun tak sekalipun aku berhubungan seks diluar nikah, yang ku lakukan dengan mantan-mantan ku hanya sekedar ciuman dan saling pegangan tangan sebagai pemanis jaman jahiliyahku. Ya..aku sangat senang karena berhasil menjaga keperawananku di zaman yang penuh kebebasan namun kebablasan sekarang ini.


Malam pertama dengan bang Radi aku masih malu-malu untuk memperlihatkan seluruh tubuhku dalam keadaan bugil, Sentuhan yang dilakukan bang Radi membuatku melayang...merasakan kenikmatan yang selama ini tak pernah kurasakan. 


Selama ini aku mengira hubungan seks hanya sekedar memuaskan suami agar aku bisa hamil, ketika suami sudah mengeluarkan sperma nya kedalam rahim istri, tugas istri sudah selesai sampai disitu, apabila hamil berati tugas itu bertambah untuk menjaga kehamilanya sampai sang bayi lahir. Namun ada hal lain yang selalu mengganjal ketika bang Radi selesai dan mendapatkan kepuasan ketika orgasme, aku selalu bertanya padanya "udah bii?"

Aku merasa heran plus binggung dengan hubungan seks yang banyak di lakukan anak muda zaman sekarang, kalo cuma begitu doang, dan cuma lelaki yang merasakan kenikmatan kenapa banyak wanita mau melakukanya? bahkan sebelum mereka menikah?? aku mencoba untuk bersikap biasa saja dan tidak terlalu memikirkan masalah itu, aku hanya ingin menjadi istri yang berbakti pada suami dengan segala kekurangannya, semakin lama hubunganku dengan suami semakin harmonis, tetapi intensitas kami berhubungan seks semakin berkurang, hal itu cukup mengganggu pikiranku, saat awal pernikahan bang Radi selalu meminta jatah setiap hari atau minimal seminggu 4-5 kali, kini dia hanya meminta sekali dalam seminggu, bahakan terkadang tidak meminta sama sekali, ada hal aneh yang merasuki tubuhku, Sekarang aku yang makin intens meminta untuk berhubungan intim dengan bang Radi, namun beliau selalu menolaknya dengan alasan lelah, ku pikir mungkin inilah takdir wanita, hanya bisa menuruti kata suami, dan mungkin inilah jalanku, aku mulai pasrah dengan keadaan, namun semakin lama aku semakin mencari sesuatu yang kurang kudapatkan saat bercinta, sesuatu yang mungkin bisa mendatangkan kenikmatan untuk ku, Menurut info yang ku dapat dari teman-temanku yang pernah menikah lebih dari sekali atau dari mereka yang sudah tidak bersuami memberi saran agar aku mencoba kelamin pria lain yang lebih besar dari kelamin suamiku, atau aku gunakan vibrator untuk memuaskan diriku sendiri. aku tak mungkin menghianati bang Radi, dengan bercinta bersama pria lain, jadi aku putuskan menggunakan vibrator sebagai alat untuk mendapatkan sensasi hubungan seks yang lebih.


PERINGATAN KERAS... Berisikan konten dewasa 21++ Kata-kata Vulgar dsb... bagi yang dibawah umur harap jangan membaca cerita ini Cerita ini hanya fiktif dan copas belaka, tanpa ada niat bermaksud SARA "Ustadzah mohon puaskan Ustadzah mu ini, Puaskan...


Setelah ku coba dengan membeli secara online, aku merasa senang karena aku tak harus mengkhianati suamiku, untuk bisa memuaskan diriku, cukup dengan vibrator itu, dan ku pikir inilah yang terbaik, aku tak perlu selingkuh dan tubuhku ini tetap hanya milik suamiku,


Namun..prinsipku salah, Ketika seorang anak muda gagah, humoris, ganteng, dan juga baik hatinya datang dalam kehidupanku, pemuda itu bernama Baim, ia pemuda mandiri yang membangun usaha tepat disamping toko ku, dan dari situlah kami berkenalan bahkan bang Radi menganggap baim seperti saudara sendiri, dari pemuda itulah aku mendapatkan jawaban apa yang selama ini menjadi tanda tanya dalam hatiku, apa yang selama ini belum ku nikmati dalam persetubuhan ku, bahkan vibrator yang sering kugunakan masih jauh berbeda ketika kelamin Baim menembus lubang vaginaku, meski bibirku berkata tidak dan jangan melakukaan hal itu lagi, namun seluruh tubuhku menginginkan sentuhan anak muda itu, bahkan aku sangat ingin baim selalu ada di samping aku, menyentuh setiap inchi rongga rongga sensitivku, meraba payudaraku, meremasnya, menghisapnya dengan kencang, aku menginginkan dia mengobrak-abrik liang kewanitaanku hingga berair dan ahh...Sentuhanya ketika memainkan itilku dengan lidahnya .. Sensasi pertama kalinya vaginaku dijilat oleh lidah pemuda itu dengan penuh bergelora seakan tak membiarkan aku bernafas .. 


Ku ingat ketika pertama kali sentuhan tangan nya memijit punggungku dan mengelusnya dengan halus, dan lembut...ia mampu membangkitkan bulu kuduk ku, aku tahu ketika jari-jemarinya dengan nakal menjalar menyentuh payudara sampingku, aku ingin menolak..Tapi...tapi...Tubuhku berkata lain, aku takut ketika tanganya mulai meraba pantatku, aku tau ini salah, tapi entah kenapa mataku malah terpejam seakan menikmati semua yang dia lakukan, ditambah orgasme yang kudapat hanya dengan jari dan lidahnya.... Aku terlena akan kelihaianya mempermainkan libido ku.. Ada apa dengan mu Ikha...?? Kamu seorang istri sholehah dan tokoh agama dimata msyarakat, tapi kamu malah menikmati permainan yang dibuat oleh anak muda itu... Kukira Baim takan bertindak lebih jauh, namun penilaian ku salah, aku ingin menolaknya...ketika dia mulai membuka celananya didepan mataku, dan terpampanglah kontol Baim yang panjang dan lebih besar dari suamiku... aku terkejut dan terperana melihat alat kelamin secara langsung selain milik suamiku..aku tak ingin melihatnya, namun mataku seperti terhipnotis menyaksikan kejantanan pemuda itu, bahkan tak pernah aku mengulum kontol bang radi...Namun apa yang diperbuat baim seakan mendorong niatku untuk melakukannya... tanpa sadar aku mengocok kontolnya bahkan mengulumnya hingga membuat tenggorokanku tersedak, aku tau ini salah, tapi cara ia memperlakukanku membuat ku terhanyut dalam perlakuanya, aku pun merasakaan kenikmatan ketika batang keras Baim merobek lianng memeku, menggetarkan seluruh nadiku, membuatku seakan aku terbang melayang, laksana burung yang keluar dari sangkarnya dan menari gembira layaknya sang angsa di danau yang luas, Aku tak mengerti mengapa...?? Mengapa ini sangat nikmat?..? Saat merasakan sodokan demi sodokan dari pemuda itu Ahh... Aku terbuai...hingga terbang ke awang-awang, dunia ini seakan menari indah. Merasakan kontol besar dan panjang milik Baim membuat sisi binalku yang selama ini tertahan dan tak ku dapatkan dari suamiku keluar dan mencapai klimaksnya, Ini, ini yang kuinginkan semenjak menikah... Ini yang kubutuhkan namun tak pernah kudapatkan...


Hubunganku dengan Baim mulai merenggang, aku berusaha untuk tidak terjerumus semakin dalam, aku dengan tegas mengatakan kejadian waktu itu adalah untuk yang terakhir kalinya dan agar tidak terulang lagi aku menyuruh dia untuk melupakannya, namun jauh didalam hati sebenarnya aku menginginkan lebih dari itu, tapi...aku tak mungkin memintanya lebih dulu, selain itu dia juga pintar memainkan emosiku, bahkan ketika aku bilang padanya bahwa suamiku menyuruhnya untuk tinggal bersama kami itu adalah sebuah kebohongan, sebenarnya akulah yang memaksa suamiku agar menyuruh baim tinggal bersama kami, ya..akulah yang menginginkan dirinya, aku merindukan sentuhanya, remasanya, dan merindukan kejantanan nya masuk dalam liang vaginaku.


Ketika dia mengatakan ingin berlibur, aku tahu kalau dia berlibur bersama kekasihnya, dari isi WA yang kubaca diam-diam akhirnya ak tahu kalau sebenarnya Baim sudah punya kekasih, mereka sangat romantis, saling menyayangi satu sama lain, Aku merasakan sesuatu yang aneh pada perasaanku, aku merasa cemburu kepada putri, dia bisa memiliki baim seutuhnya, aku tahu ketika aku dengan sengaja menelpon baim saat tengah malam, dari seberang telepon suara Baim terdengar seperti sedang mendesah, dan aku tahu dia berbohong tapi aku tak ingin menyudahi percakapan itu, aku ingin mendengar deru dan desah percintaan mereka, aahh ada apa dengan ku..?? nafsuku bangkit hanya dengan membayangkan Baim sedang menggauli pacarnya, aaahh...aku cemburu... aku ingin berada disitu, ketika aku mendengar desahan Baim di telepon aku membayangkan kontol baim tegak menjulang memberikan tekanan demi tekan kepada memek pacarnya...aakkhhh...sttt aku terlena membayangkan persetubuhan mereka...ku buka gamisku, lalu ku buka cd dan bh ku, tanganku mulai menggosok-gosok itilku...


Ahh... baiimm...terusss sayang.....!!


Masukan kontol mu Baim, berikan ibu kepuasan...sambil membayangkan apa yang baim lakukan dengan Putri, aku semakin membuatku terlena

dalam khayalan.. 


aaakhh...nikmat sekali Baim... 

Sshhhtt...muntahkan air mani mu.. didalam... rahim Ustadzah...

Oouuughh... Ustadzah... Ingin Baim... aahh...teerruss Baim...


Aku terus mengocok memek ku sambil membayangkan persetubuhan dengan Baim, yaa..aku tak lagi butuh vibrator, cukup membayangkan Baim, dan kocokan jari, aku bisa mendapatkan kepuasan


"Aaaakkhh..Ustadzaaahh...kangen.. koonnttooll...kamu baim..."

"iimm...zinahi Ustadzah iimm.." "didalaamm iyaaaaaah...Keluarkan dalam rahim Ustadzah iimm..." "Aaakkkhhhh...aaaahhh.... Ustadzah... keluuaaarrr...!!! oouuhhh..baaiim..."


Aku tergeletak diatas kasur dengan cairan orgasme yang berserakan membasahi kasurku, dalam lemas sisa-sisa orgasme aku terbayang Baim aku merindukanya...

aku menginginkanya...

pulanglah baim...berikan Ustadzah mu kepuasan, aku merindukanmu, cepatlah pulang Baim...!!!

Esok harinya Putri merasa kelelahan ingin beristirahat sepanjang hari di kamar, sedangkan aku bergegas ke toko karena aku lupa ada pesanan kostumer yang akan diambil hari ini, ditengah perjalanan menuju toko aku merasakan Hp ku bergetar, namun aku tetap memacu sepeda motor tanpa mempedulikan Hp ku yang bergetar terus menerus...


Dalam layar Hp tersebut ada notifikasi 3 pesan dan 10 panggilan tak terjawab namun tak satupun yang dihiraukan, Baim tetap melaju dengan sepeda motornya, di tempat yang berbeda... ada Ustadzah Ikha yang merindukan sosok Baim, sedang berusaha melawan nuraninya dan berharap Baim ada disisinya, juga ada Fitri yang gelisah bertanya melalui WA kenapa Baim tidak buka toko, ia khawatir kalau Baim marah atas kelancangan nya mengirim foto malam itu...


Aku masih melaju dengan motorku menuju toko, tanpa kusadari ditengah perjalanan ada sebuah motor berlawanan arah menyalip mobil di depannya, karena terhalang mobil dia tidak melihat ku, begitu juga dengan diri ku tidak melihat keadaan dirinya, saat dia menyalip dengan kecepatan penuh terlambat bagiku untuk menghindarinya, dan akhirnya dia menabrak ku, hanya itu yang ku ingat hingga akhirnya aku terbangun di rumah sakit dengan perban dilengan, suster yang merawat ku memberi tahu bahwa pergelangan tanganku nyaris patah saat kecelakaan itu, seluruh badan ku terasa sakit, dan kepalaku terasa pusing. bahkan menggerakkan badan saja aku tak sanggup. 


Sore harinya Putri datang dengan raut wajah sedih, aku heran dari mana dia tau kalau aku di rumah sakit ini? dia bilang, setelah pergi.. aku tak ada kabar sama sekali dan akhirnya dia menelpon ku, tetapi yang menjawab telepon bukan aku melainkan orang lain dan orang itu memberitahu Putri jika aku mengalami kecelakaan dan dirawat di rumah sakit ini. Tak banyak yang kami bicarakan saat itu Putri hanya bisa menggenggam tanganku, dan matanya berkaca-kaca menahan sedih, kira-kira pukul 19.20 Ustadzah Ikha menelpon, karena aku tidak bisa mengangkat telepon akhirnya Putri yang menjawab panggilan tersebut dan menjelaskan bahwa aku berada dirumah sakit karena kecelakaan, setelah berbicara dengan Ustadzah Ika, Putri menyuruh aku makan dengan disuapi olehnya, setelah makan aku merasa lebih baik, hanya sedikit lemas dan tangan yang agak ngilu.


Saat sedang berusaha menggerakkan tangan, aku dibuat binggung dengan ulah Putri yang beranjak dari duduknya dan menengok kiri-kanan seakan mencari sesuatu, lalu dia naik ke tempat aku berbaring dengan sigap dibukanya celana boxer ku dan langsung melahap penis ku yang masih layu


"Put kamu gila ya?"


"iya, aku tergila-gila sama kontol kamu ay...he...he.."


"ini dirumah sakit sayang... jangan gila doonk..."


"Ga papa mumpung sepi, biar kamu cepet sembuh.. Udah nikmatin aja"


Sebenarnya aku sudah terbiasa dengan kegilaan Putri, kami sering melakukan hal seperti ini ditempat umum, aku sangat menikmati apa yang putri lakukan padaku, saat sedang asik menikmati sepongan Putri, tiba-tiba Ustadzah Ikha datang, aku terkejut...begitu juga Ustadzah Ikha, dia terpaku sambil menutup mulut dengan tangannya, menahan kekagetan saat melihat apa yang sedang kami lakukan, matanya tak berkedip menatap kontol ku yang berada dalam mulut Putri, sedangkan Putri tak menyadari kehadiran Ustadzah Ikha disini, dengan cepat Ustadzah berbalik dan pergi keluar ruangan, setelah sekian lama berada dalam mulut Putri, kontol ku terasa berkedut-kedut lalu...tak lama kemudian spermaku menyembur didalam mulut Putri, ia pun menelan sampai habis dan membersihkan sisa-sisa sperma yang masih menempel dikontol ku, lalu Putri pergi ke kamar mandi membersihkan mulutnya, aku teringat Ustazah dan mulai memikirkan kemana perginya ustadzah Ikha. ku coba hubungi Ustadzah Ika melalui WA 


"Ustadzah, dimana..? Baim minta maaf, Baim ga tau Ustadzah mau kesini, dan Pacar baim juga ga tau kalo mau udah dateng, Ustadzah kesini aja, anggap tidak terjadi apa apa" 


PERINGATAN KERAS... Berisikan konten dewasa 21++ Kata-kata Vulgar dsb... bagi yang dibawah umur harap jangan membaca cerita ini Cerita ini hanya fiktif dan copas belaka, tanpa ada niat bermaksud SARA "Ustadzah mohon puaskan Ustadzah mu ini, Puaskan...


Tak lama setelah ku WA Ustadzah datang kembali dan seolah tidak terjadi apa-apa.


"gimana keadaan kamu, iim?


"Alhamdulillah bu Ustadzah, ga papa kok cuma lemas aja, kata dokter liat kondisi Baim besok..kalo kondisinya memungkinkan sore atau malam udah bisa pulang"


"Syukurlah kalo begitu.. Eh ini Putri ya...?


"Iya ustadzah, aku Putri pacar nya Baim"


"beruntung yaa..kamu punya pacar kaya Baim. Udah ganteng, baik pula"


"baik sih baik...Ustadzah, tapi... suka genit sama cewek lain" jawab Putri sambil cubit pahaku


Ustadzah pun tertawa, cukup lama kami berbincang-bincang, hingga hari telah larut dan akhirnya Ustadzah Ikha pamit pulang, tak lupa Ustadzah memberikan parsel yang dibawanya.


"yaudah ibu pamit dulu ya.. put..iim.. nanti kalo udah boleh pulang kabarin ibu.. biar nanti kalian ibu jemput"


Setelah Ustazah pergi aku mulai mengantuk, dan kulihat putri sudah tertidur pulas di kursi penjenguk, Esok sorenya aku diperbolehkan pulang dan Ustazah menjemput kami berdua ke rumahnya, sesampainya disana ternyata Ustazah sudah menyediakan makanan untuk kami dan kami makan bersama dengan penuh keceriaan


Hingga akhirnya malam pun tiba, aku tidur di kamarku sedangkan putri tidur berdua dikamar Ustazah. kira-kira pukul 00:46 aku merasa ada sesuatu yang bergerilya selangkangan, dengan mata yang berat ku paksa untuk melihat apa yang terjadi, kembali aku dibuat terkejut oleh ulah Putri, tau-tau dia sudah telanjang bulat sedang melahap kontolku dengan asiknya


"put...ini rumah orang.."


"Sstttttt...besok aku harus pulang dan aku mau puas-puasin malam ini, sekalian mencoba sensasi baru dirumah seorang ustadzah..hehehe..."


"Aduh kamu itu bener-bener yah.."


Aku pun terlena ku nikmati setiap hisapan yang dilakukan Putri pada penis ku, puas mengulum lalu Putri mengubah posisinya jongkok tepat diatas kontol ku yang tegak... Diarahkanya kontol ku ke dalam lubang memeknya..aahhh.. aku merasakan sensasi yang luar biasa, menikmati binalnya pacarku sendiri di rumah seorang Ustadzah yang juga menunggu aku gagahi. Puas dengan posisi WOT Putri menarik ku dan membimbing aku keluar menuju balkon, dengan posisi menungging memegang pagar balkon Putri menarik kontol ku ke lubang memeknya..Desahan demi desahan tak henti hentinya keluar dari mulut kami, berpadu dengan suara pagar yang berderit akibat goyangan kami.


Tanpa kami sadari tiba-tiba sebuah mobil melaju, dan berhenti tepat di depan rumah Ustadzah, kemudian muncul sosok wanita berjilbab lebar keluar dari mobil, dia melihat kearah kami dan menutup mulutnya dengan tangan seakan tak percaya apa yang dilihatnya...entah mengapa bukanya bersembunyi dan masuk kedalam aku justru menikmati situasi itu, situasi ketika ada seseorang yang melihat kami sedang bercinta di balkon rumah, sensasi ini membuat ku semakin bernafsu..dan ingin segera mengeluarkan spermaku..dengan gerakan cepat ku pacu pinggulku untuk menyodok lebih dalam vagina pacar kesayanganku, hingga akhirnya spermaku keluar membasahi selangkangan Putri yang juga mendapatkan orgasmenya. Dengan tubuh lemas kami masuk kedalam lalu aku tidur di kamar. Begitu juga Putri kembali ke kamar Ustadzah untuk beristirahat.


Paginya langit mendung menyelimuti bumi membuat aku enggan untuk bangun. ku tarik selimut untuk menghangatkan tubuh dari dinginnya suasana pagi hari ditambah gerimis membuat aku semakin malas untuk bangun pagi, Ustadzah Ikha datang ke kamar membawakan makanan dan minuman.


"Baim, bangun.. Sarapan dulu ni ibu bawakan makanan" Ustadzah membangunkan ku sambil meletakan nampan berisi makanan


Pagi itu ustadzah menggunakan gamis warna krem tanpa menggenakan hijab, rambutnya yang lurus dihias dengan bando, membuatnya terlihat semakin manis.


"Ustadzah, kok ga pakai jilbab?" Aku bertanya sambil berusaha bangkit dari tidur


"Ibu baru selesai mandi iim. lagi pula cuma ada kamu sama anak-anak ga ada orang lain" Jawab Ustadzah sembari memberikan segelas susu coklat buatanya


"Lho emangnya Putri kemana?" tanyaku binggung atas ucapan Ustadzah


"Putri langsung pulang, pergi ke bandara pagi sekali, kayaknya ada keperluan mendesak, dan sepertinya dia gak mau ganggu istrahat kamu makanya dia ga bangunin kamu iim" 


"Dimakan ya..im, ibu mau urus anak-anak dulu"


Sebelum Ustazah ikha beranjak pergi aku segera metahan tangannya, Ustadzah menoleh dan langsung kucium bibirnya, Ustadzah membalas dengan memainkan lidahnya di mulutku. Ku hentikan ciuman ku dan mengucapkan terima kasih, Ustadzah menunduk dan tersenyum malu atas tindakanku, dan berlalu meninggalkanku, aku segera makan, disusul dengan mencuci muka dan berbaring kembali di tempat tidur.


Tak ada aktifitas yang kulakukan hari ini, aku ingin tidur bermalas-malasan seharian, sekitar jam 13:39 aku terbangun kurasakan suasana rumah sangat hening, lalu aku mencari Ustadzah Ikha, di kamarnya tak ada, kemudian aku ke bawah menuju dapur, kulihat Ustadzah sudah rapih dengan gamis merah dipadu dengan jilbab coklat kemerahan.


"Mau kemana Ustadzah?"


"Ini im ada acara pengajian ibu-ibu, kebetulan ini hari terakhir sebelum puasa, jadi ibu bawa berkat makanan ini untuk dibagikan" Ustadzah Ikha menjelaskan sambil menyusun makanan yang akan dibawa untuk pengajian nanti.


"boleh Baim tanya sesuatu sama Ustadzah?"

"Tanya aja im..memangnya ada apa? "


"waktu kejadian di rumah sakit, Ustadzah ga marah kan?"


Ustadzah terdiam dan menghentikan kesibukannya sejenak, lalu tanpa menjawab pertanyaanku Ustadzah segera pamit berangkat ke acara pengajian. Sial.. sepertinya aku bertanya di saat yang kurang tepat, Aku khawatir Ustadzah Ikha marah padaku, dengan kesal akan aku kembali ke kamar, ku lihat di Hp ada notifikasi WA dari Fitri, dia bertanya kenapa aku tidak buka toko sampai 3'hari? Ku jelaskan bahawa aku mengalami kecelakaan dan dirawat dirumah sakit, tak lama kemudian Fitri menelponku


"Abang, dimana sekarang"


"Abang dirumah Ustadzah Ikha fit, baru pulang dari rumah sakit"


"Kenapa ga ngabarin Fitri? Abang ga papa kan? Kok bisa sampai kecelakan? parah ga bang kecelakaanya?" Fitri memberondong pertanyaan seakan khawatir dengan keadaanku


"Ga papa kok fit, cuma memar sama keseleo aja."


Kami berbicara di telepon cukup lama, Fitri sangat terkejut mendengar kabar aku kecelakaan, apa yang ada dalam benak janda anak satu itu, aku bukan pacarnya, dekat pun karena bertetangga ditempat kerja. Tapi sifat dan cara dia memperlakukanku seakan menunjukan dia ingin dekat denganku, jangan terlalu berharap padaku fit, apa lagi memancing singa yang sedang tertidur, nanti kamu sendiri yang akan menanggung akibatnya, ucapku dalam hati sambil tersenyum jahat


Aku berbaring di kamar dan teringat pertanyaan ku pada Ustadzah Ikha yang membuatnya bersikap dingin padaku, saat asik melamun tiba-tiba aku teringat sosok wanita yang menyaksikan persetubuhan kami tadi malam, Siapakah dia..?? dengan pasti dia hentikan mobilnya tepat didepan rumah Ustadzah Ikha, lalu keluar dari dalam mobil dan menatap kearah kami yang sedang bercinta...


Setelah kejadian itu, Ustazah jadi bersikap dingin padaku, dan kuputuskan mulai malam ini aku tidur ditoko lagi, sulit rasanya mengontrol sifat ego dalam diriku ini, sementara waktu sebaiknya aku tidak bertemu Ustazah dulu, biarlah aku jalani hari tanpa dirinya, lagipula masih ada Fitri yang akhir-akhir ini menaruh perhatian lebih padaku, bukanya merasa GR...tapi sikapnya kelihatan jelas waktu dia menelpon aku saat mengalami kecelakaan, tak terasa ternyata hari sudah berlalu cukup lama, dan besok waktunya Bang Radi pulang dari tugas diluar kota


Aneh rasanya biasa tidur ditempat Ustadzah yang nyaman, kini bangun tidur mendapati diriku ditoko dalam kedaan tangan diperban, tentu saja aku belum bisa memulai kerja hari ini.l, aku keluar sejenak untuk mengirup udara pagi, kulihat Fitri sudah standby di konter tempat dia bekerja, dengan ekspresi kaget dan tangan yang menutupi mulut, dia terkejut tatkala melihat diriku yang berbalut perban dilengan, seolah-olah ia tidak percaya dengan apa yg dilihatnya


"Ya ampun bang Baim" Fitri iba melihat keadaanku.


"Kok bisa kayak gini sih bang?" dia mendekat dan mengelus perban ku


"Ga papa kok fit, besok juga sembuh cuma keseleo biasa" hiburku untuk menenangkan rasa khawatirnya


"bang Baim udah sarapan? Fitri masakin mie instan ya?"


"Ahh ngerepotin fit, ga usah lah" aku pura-pura menolak padahal dengan dalam hati ingin sekali dibuatkan mie olehnya


"Udah ga usah segan, bang Baim tunggu sini..titip konter, Fitri ke dapur masak mie dulu" buru-buru Fitri pergi tanpa menunggu persetujuanku. Aku hanya tersenyum kegirangan, tak lama Fitri datang membawa mie rebus, sepiring nasi (Indonesia banget makan mie pake nasi) dan secangkir kopi hitam


"Dari mana kamu tau abang suka kopi hitam?"


"Ya kan abang biasanya buka toko langsung minum kopi hitam sama ngerokok. yaudah Fitri buatin aja sekalian"


"Cieee diem-diem merhatiin abang nih ternyata"


"iih apaan sih, makan dulu sana" dia tersipu malu berusaha mengalihkan pembicaraan


Ku santap mie buatan Fitri, sesekali Fitri menyuapiku, selesai makan Fitri mengambil piring dan mangkok makananku sambil menunduk, tak ku sia-siakan kesempatan ini, saat wajahnya menunduk ku dekatkan bibirku pada keningnya, dan... cup... dengan sukses kecupan ku mendarat di keningnya


"makasih ya fit"


Seketika wajah Fitri merah padam, tak ada kata yang terucap hanya paraa tersipu malu, sengaja aku hanya mencium keningnya, kalau langsung aku cium bibirnya dia akan terkejut dan menganggap aku telah berlaku kurang ajar padanya.


Dengan gerakan yang kikuk Fitri bergegas menuju dapur, sedangkan aku kembali ke toko, untuk menghilangkan suntuk... iseng-iseng aku cek status WA dan di urutan atas ada status Fitri yang diupdate 2 menit yang lalu, ku klik statusnya muncul tulisan "Mau Lagi" dengan emoticon kiss 😘


Aku tersenyum penuh arti lalu ku ketik komentar pada statusnya


"Sini lah"

"Hah? sini kemana bang?"


"Katanya mau lagi, sinilah kedalam"

"Abang lah yang kesini"


"Disana ramai, nanti dilihat orang, sini aja kalo berani 😝"


"Ye, abang kali, yang ga berani 😝"


"Abang mana pernah takut. Fitri aja yang malu-malu kucing"


"ih enak aja, ga lah yaa.. bang "


"Buktinya kamu bikin status di WA mau lagi hahaha"


"Hmm...bang Baim jangan gitu lah, aku kan jadi malu"


"Yaudah nih aku kasih lagi deh... Mmmuuaach... 😘 "


"Ga seru ah, ciumnya di WA"

"Emang maunya yang gimana?"


"Yang Beneran, hahaha"

"Kalo beneran, mau di kening apa ditempat lain?"


"Kening aja, eh.. Tempat lain juga.. Hhmm terserah bang Baim deh"


"Ga ah.. nanti pacarmu marah"

"Fitri single bang, belum ada pacar"


"Masa cewek secantik kamu belum ada pacar?"


" Ihh si abang dibilang aku trauma bang pacaran.. Tapii... "


"Tapi apa fit?"

" Ada deh.. Weeeq...."


Memang dasar wanita tak mau jujur dengan isi hatinya, ku abaikan chat Fitri dan langsung tidur kembali, aku terbangun ketika hari sudah siang, hal yang pertama kali kulakukan adalah mencari Hp, aku berharap ada pesan dari Ustadzah, tapi aku kecewa karena dilayar Hp hanya ada notifikasi pesan SMS dari operator, dalam hati aku bertanya tumben Ustadzah tidak mencariku, apakah bang radi sudah pulang? Apa yang terjadi dengan diriku? Seperti ABG kasmaran yang galau karena kekasihnya yang tak kunjung memberi kabar, bahkan kekasihku Putri sama sekali tak ku pedulikan, aku tak tahu apa yang harus kulakukann, tanganku sudah mulai bisa kugerakan tapi masih terasa sedikit ngilu, aku jenuh berbaring terus ditempat tidur...!!


Sorenya aku keluar toko dan mencari Fitri, kulihat diseberang sana ia sedang duduk sendirian memainkan handphone nya, aku hampiri dirinya lalu kami bercengkrama di konter tempat dia bekerja, tak jarang dia bersandar di bahuku, dan ku sambut dengan membelai pipinya, saat asik bercengkrama dia memberitahu kalo tadi Ustadzah datang bersama bang Radi, mereka mencariku sekedar ingin menanyakan bagaimana keadaanku, bahkan kata Fitri Haisya menggedor gedor rolling door toko sambil memanggil namaku, aku senang mendengar kabar tersebut, namun aku enggan menghubungi Ustadzah, aku ingin lihat sampai mana sikap dinginnya terhadapku bertahan.


Tak terasa hari sudah malam, saat asik ngobrol dengan Fitri aku merasakan Hp ku bergetar, ternyata bang Radi menelpon, ia bertanya kenapa aku tidak tidur di rumahnya? aku beralasan karena bang Radi sudah pulang, jadi aku tak perlu lagi menemani Ustadzah, Namun bang Radi memintaku untuk tinggal disana bersama anak dan istrinya, karena tidak ada alasan lain akupun mengiyakan permintaan bang Radi.


Pagi-pagi sekali aku sudah bangun dari tidurku, dilayar Hp ku lihat ada WA dari Fitri, ia mengirim foto selfienya dengan caption "Pagi abang, semangat ya hari ini" dengan bibir yang sedikit maju seperti sedang mencium seseorang, kelihatanya dia baru selesai membuka konter, hari ini ia terlihat sangat cantik. aku sedikit curiga akhir-akhir ini dia sering berdandan membuat ia terlihat lebih cantik dan anggun, padahal biasanya dia cuek dan hanya saat berpergian saja berdandan


Pagi ini badanku terasa lebih segar dibandingkan hari-hari kemarin, dan tangankupun semakin pulih, saat jam menunjukkan pukul 8 pagi aku bergegas mandi lalu membuka toko kemudian beraktifitas kerja kembali seperti sediakala, saat sedang luang Fitri sesekali menghampiriku, dia duduk tepat di bangku yang terbuat dari semen sebagai pemisah antara toko ku dan konternya, dia hanya duduk di pojok kanan yang jauh dari pandangan ku.


"Fit, pagi ini kamu terlihat cantik sekali" Bisik ku ketika Fitri datang mengahmpiri


"Mulai deh bang Baim ngegombal"


"Siapa yang gombal, abang serius kok"


"Iya deh bang baim emang paling pandai ngerayu cewek"


Baru saja kami asik ngobrol Ustadzah Ikha datang dan mengatakan kalo bang Radi mengajak aku untuk makan siang bersama mereka, ku pikir kenapa repot-repot datang kesini, mengapa tidak menelpon saja. Ku iyakan ucapan Ustadzah dengan cuek, raut wajah Ustadzah Ikha terlihat heran dengan sikapku, namun berusaha terlihat biasa saja didepan Fitri, dalam hati aku berpikir pandai sekali wanita ini memainkan mimik wajahnya, ku selesaikan pekerjaanku yang tinggal sedikit, lalu menuju mobil Ustadzah, didalam mobil suasana hening menyelimuti aku dan Ustadzah Ikha, dari balik kaca mobil kulihat Fitri sibuk dengan pelangganya, antara emosi dan rindu aku lingkarkan tanganku ke wajah Ustadzah dan kutarik wajahnya mendekati wajahku lalu kucium bibirnya, Ustadzah membalas sebentar lalu dengan cepat mendorong tubuhku dengan keras...

Antara emosi dan rindu aku lingkarkan tanganku ke wajah Ustadzah dan kutarik wajahnya mendekati wajahku lalu kucium bibirnya, Ustadzah membalas sebentar lalu dengan cepat mendorong tubuhku dengan penuh emosi....


Dengan rasa dongkol ku putuskan untuk mengalah dan diam saja, Ustazah Ikha mulai menjalankan mobilnya menuju rumah Ustadzah, sesampainya disana kami disambut hangat oleh bang Radi dan kedua anaknya, setelah berbasa-basi menanyakan keadaan ku, bang Radi mengajak ku makan siang bersama, semenjak tiba hingga selesai makan siang tak sekali pun aku berbicara dengan Ustazah, lalu aku pamit pada bang Radi untuk kembali ke toko melanjutkan pekerjaan ku yang tertunda, karena sedang asik melepas rindu dengan anak-anaknya bang Radi menyuruh Ustadzah mengantar ku kembali ke toko, ditengah perjalanan dengan sedikit emosi ku lontarkan pertanyaan pada Ustadzah


"Kenapa ustadzah? ada yang salah?"


Aku bertanya dengan nada tinggi


"Semuanya salah iim, apa yang kita lakukan salah" sambil mengendarai mobil Ustadzah menjawab dengan raut wajah sendu menahan air mata.


"Lalu kenapa Ustadzah mencari Baim, membuat Baim merasa kalo Ustadzah membutuhkan kehadiran Baim"


"Itu.. itu.. karena Ustadzah sayang sama kamu iim"


"Kamu udah seperti anak ibu sendiri. Kamu udah kami anggap bagian dari keluarga kami" dia menjawab sambil menghentikan laju mobil, padahal perjalanan kami masih jauh, dia menghentikan mobilnya di area perkebunan yang sepi dari lalu-lalang


"Jangan bohong Ustadzah, aku tau kamu berdusta..!! aku sadar kau bukan milik ku, kamu adalah istri bang Radi, tapi kamu tak pernah mendapatkan kepuasan dari suami mu, dan kamu gunakan vibrator untuk memuaskan nafsu mu, tetapi baru kugunakan jariku kau sudah mendapatkan kepuasan, dan ku tau kau menyukai itu, lalu kau mendesah tida henti saat kita bercinta, dan dengan gampangnya ustadzah mengatakan Ini untuk pertama dan terakhir kalinya apakah kamu serius?? sikap mu yang dingin, cuek, seakan ga mau bertemu dengan ku lagi, tapi dibalik semua itu kamu selalu mencari ku, dan sekarang...Ustadzah bilang semua yang kita lakukan itu salah??"


Ustadzah menggenggam tanganku, dengan air mata yang mengalir dipipi, aku tak menyangka jika ucapan ku itu akan membuatnya menangis, aku merasa bersalah telah membuatnya bersedih, dengan tersedu Ustadzah menjawab ucapan ku


"Iya jujur aku menyukainya...apa yang kamu katakan semuanya benar, aku menginginkan dirimu, aku... membutuhkan belaian mu, aku.. menikmatinya, tapi aku merasa bersalah ketika kusadari hatiku tak seperti dulu lagi iim...puncaknya saat kemarin malam, aku kira aku akan menikmati sentuhan bang Radi, tapi ternyata.. hanya rasa kecewa yang kurasakan ketika dia lemah dan keluar dengan cepat, cuma kamu iim.. cuma kamu yang bisa membuat ibu menikmati sebuah hubungan badan, Tapi..tapi.. aku ini seorang Ustadzah yang telah bersuami, kita ga bisa seperti ini terus-terusan. Setiap sentuhan dan tindakan yang Baim lakukan, ibu selalu menikmatinya, tapi itu salah iim"


"Salah..?? dengar ya...Ustadzah" Sambil ku usap air matanya yang mengalir di pipinya


"Jika Ustadzah menikmati, lakukan apa yang Ustadzah inginkan, ga ada yang salah kalo ga ada yang tau, hanya Baim dan Ustadzah. Baim akan selalu ada untuk Ustadzah. Baim hanya ingin memberikan apa yang tidak bisa bang Radi berikan, jangan lawan keinginan Ustadzah, puaskan dahaga asmara Ustazah"


Ustadzah pun melunak, dia dekatkan wajahnya pada ku dan kami pun berciuman, kedua tangan Ustadzah memelukku erat-erat lalu dia berbisik mengucapkan terima kasih. dengan mesra ku kecup keningnya, Ustadzah menjalankan mobilnya dan melanjutkan perjalanan menuju toko


Sesampainya di toko Ustadzah memintaku untuk aku tinggal bersama mereka, namun aku belum menyetujuinya, saat aku turun dari mobil, dari kejauhan Fitri memandang kami dengan raut wajah agak cemberut.


"Kamu kenapa fit?"


"Ga papa bang" Jawabnya singkat cuek tanpa melihat ke arahku


"Hayo..ngaku kenapa cemberut gitu?"


"Kenapa sih Ustadzah Ikha perhatian banget sama abang" dijawabnya dengan ketus sambil menyilangkan kedua tangannya


"Cieee..cemburu nii yeee haha"


"iih..apa-apaan sih bang Baim..!!"


"Masa kamu cemburu sama Ustadzah Ikha, kan Ustadzah Ikha emang baik orangnya, bukan cuma sama abang aja, ke Fitri dan orang sekitar juga gitu kan?"


"Iya tapi ke bang Baim kayak lebih spesial aja kelihatannya" semakin jelas terlihat rasa cemburu diwajahnya


"Ya...bilang aja kalo cemburu" lalu aku kabur meninggalkan Fitri dan masuk kedalam toko


"iihh bang Baiimmm... nyebelin..."


Didalam toko ku keluarkan Hp dari dalam saku dan ku WA Ustadzah Ikha.


"Ustadzah, pap doong"


Tak menunggu lama balasan Ustadzah

langsung masuk dalam WA ku


"kok tiba-tiba minta pap?"


"iya...abisnya kangen sih"


"kan baru ketemu tadi"


"ah..cuma sebentar, kurang lama... pengen liat Ustazah lebih lama lagi"


Setelah cukup lama tak dibalas, akhirnya selang setengah jam kemudian ada kiriman foto dari WA Ustadzah, ternyata dia sedang menonton TV dengan anak dan suaminya, dalam foto bang Radi terlihat cuek dan berjauhan dengan Ustadzah, dalam hatiku bergumam bodoh sekali bang Radi, punya istri secantik dan solehah seperti Ustadzah Ikha tapi dianggurin begitu saja.


"kasian yah..Jauh-jauhan sama suami"

"haha...ya begitulah iim"

"foto selfie dong Ustadzah'

"ga ah...Kalo kamu mau tinggal disini baru aku kasih"

"ihh pelit..sekali aja. Tapi yang seksi"

"nakal kamu ya..dasar bocah mesum"

"emang Ustadzah' gak kangen sama ini?" sambil ku kirim foto kontol ku yang sedang tegang dan keras


Setelah menunggu cukup lama tak juga ada balasan, ku letakkan Hp ku dimeja lalu aku kembali bekerja, baru saja aku mulai bekerja, Hp ku bergetar, dengan sigap ku ambil Hp lalu kubuka notifikasi WA dari Ustadzah, dia mengirimi aku foto dirinya sedang berada di kamar mandi sedang menggenggam payudaranya sambil menjulurkan lidah


"Aku juga kangen banget!!!"


kubalas dengan mengirim videoku yang sedang beronani dengan caption


"Terus gimana Ikha ku sayang?"


"ga tau Baim sayang...memek aku juga udah basah nih" dengan lampiran foto memek Ustadzah yang berkilat karena cairan yang keluar dari lubang memeknya


"kok bisa basah sayang?"


"pengen disodok kontol kamu sayang"


"kapan mau nya sayang ?"


Kembali lama tak ada balasan darinya, ku coba WA sekali lagi agar dia tahu aku menunggunya, tetapi hanya centang dua tak berwarna biru berarti belum dibaca olehnya, selang setengah jam kemudian Hp ku bergetar ada pesan masuk dari Ustadzah


"maaf ya iim, bang Radi tadi manggil"

"ooh.. Yaudah ga papa kok, lagi apa sayang?"

"lagi jaga anak-anak main, bang Radi tidur, mungkin kecapean"

"aku kesana yah?"

"Mau ngapain?"

"Mau lanjutin yang nanggung"

"jangan iim...bahaya nanti, aku ga mau ambil resiko..sayang sabar ya"

"hahaha becanda ustadzah ku sayang"


Aku Kembali aku fokus dengan pekerjaanku, karena belum pulih 100% aku menutup toko lebih awal, disebelah kulihaat Fitri juga menutup konternya


"tumben masih sore udh tutup fit"


"Iya bang lagi kurang enak badan, sedangkan Intan lagi libur"


"Kamu kenapa, coba sini abang cek"


Ku hampiri Fitri dan menempelkan punggung tangan di kening dan leher Fitri


"Kita ke dokter yuk, badan kamu panas banget"


"Ga usah bang, nanti juga sembuh"


" Yaudah kita beli obat ke apotek aja"


Kunyalakan motor yang baru saja selesai diperbaiki setelah kecelakaan tempo hari, kami berdua pergi menuju apotek terdekat" Dijalan Fitri memeluku erat sambil bersandar dipunggungku, aku mengenadarai motor dengan satu tangan, tangan kiri ku menggenggam tangannya yang memeluk pinggangku, saat ku genggam tangan Fitri terasa sangat dingin "Kamu kedinginqn fit?" kurasakan anggukan kepalanya di punggungku, yaudah pakai jaket abang aja, aku berhenti sejenak dan memakaikan jaket untuk Fitri, ku biarkan tubuhku hanya memakai kaos tanpa lengan, kulanjutkan perjalanan menuju apotek, tak lama kemudian kami tiba di apotek, setelah membeli obat kami pun beranjak pulang....

"Bang, fitri besok mau libur, istirahat dulu biar badan enakan"


"Lha...terus sekarang kita kemana"


"Terserah abang aja, Fitri pengen istirahat, badan Fitri capek"


"Yaudah..deket sini ada wisma, Fitri tidur disitu aja..biayanya nanti abang yang yang bayar, tempatnya lumayan bagus, abang klo pengen sendiri dan ga mau digangggu pasti abang ke wisma itu sekedar merasakan kasur empuk sama ac dingin haha" Candaku padanya


"Yaudah bang kita kesana aja, biar Fitri aja yang bayar, tapi sebelumnya kita ke konter dulu, Fitri mau ambil baju salin, sekalian ngabarin Intan buat gantian jaga besok"


Aku melaju dengan hati tersenyum riang, sudah terbayang dalam hatiku apa yang akan terjadi nanti, Janda satu anak sepertinya merindukan belaian seorang lelaki, karena ia pernah bercerita bahwa sudah lama dia tidak merasakan hubungan seks, semenjak suaminya pergi meninggalkan dirinya, bahkan menurut pengakuannya masturbasi pun tak pernah ia lakukan. Sesampainya di konter Fitri masuk kedalam konter dan aku ke tokoku untuk mengambil tas dan menyiapkan baju ganti, beberapa menit kemudian kami meluncur menuju wisma tersebut, ku hampiri resepsionis untuk check-in, setelah beres kami langsung menuju kamar, aku memesan minuman hangat untuk Fitri, setelah dikamar ku suruh Fitri meminum obat yang kami beli di apotek tadi, Setelah minum obat Fitri berbaring istirahat, dan ku selimuti tubuhnya agar ia merasa lebih hangat


"Fitri istirahat aja disini ya, kalo ada apa-apa telpon abang, mmuuaach..."


Kukecup keningnya, dan pura-pura akan pergi meninggalkan kamar


Belum sempat ku langkahkan kaki, Fitri menarik lenganku


"Temani Fitri disini bang"


"Tapi fit..kita kan bukan mukhrim." Aku berpura-pura jaim


"Ga papa bang, Fitri harap abang mau temanin Fitri disini"


"Yaudah deh abang nginep disini juga"


Malam telah larut, ku yakin malam ini dia sangat menginginkan kehangatanku, n amun aku sengaja bersikap tenang dan menahan gejolak nafsuku, kami sama-sama terdiam dengan pikiran yang berkecamuk dalam diri masing-masing, suasana menjadi hening, ku pikir aku harus memulai dengan pancingan, ku peluk Fitri yang berbaring disampingku. tanpa kuduga Fitri mengubah posisinya jadi menyamping hingga wajahnya berhadapan denganku.


"Bang...ga tau kenapa Fitri selalu merasa nyaman kalo sama abang"


"mungkin karena kita sering berjumpa, dan bertegur sapa fit"


"Bukan itu Bang...Fitri sayang sama abang"


"Hah.. Kok bisa...?"


"Iya bang...dari pertama kali abang buka toko disitu Fitri udah kagum, abang pekerja keras, cari duit sendiri, kuliah biaya sendiri, baik, ramah, pengertian dan lain-lain"


"Tapi Fitri kan tau...abang udah punya pacar"


"Fitri ga peduli, yang Fitri mau abang temani Fitri malam ini"


"Jujur sejak lama Fitri kagum sama abang. tapi Fitri ga berani ungkapinya karena Fitri pikir mana mau anak muda kaya abang menjalin hubungan dengan janda anak satu kaya Fitri"


"Fit, jangan pesimis..kita ga pernah tau bagai mana cara menyatukan umatnya"


"Seandainya Fitri kenal abang lebih dulu sebelum kenal mantan suami Fitri, pasti Fitri udah milih abang"

ku cium kening Fitri sambil mendengarkan celotehannya


"Yaudah jangan dipikirin lagi, sekarang kan abang udah disini nemenin Fitri, jangan sedih lagi ya"


"Abang akan selalu berusaha ada untuk fitri"


Dia mengangguk dengan manja, melihat kesempatan ini langsung saja ku kecup bibirnya, dia pun merespon ciumanku, lidah kami menari saling berpagutan, Ku sentuh lehernya dengan jari-jemari, semakin lama ciuman kami semakin panas, tanganku yang semula bergelayut dileher kupindahkan untuk menyibak jilbabnya. dan membuka kancing kemeja yang digunakannya, Fitri tak sedikitpun berontak, setelah seluruh kancing bajunya terlepas terlihatlah dua buah gundukan kenyal yang terbungkus dibalik bh berwarna pink, kuhentikan ciumanku, dengan penuh semangat ku buka baju dan celanaku, kini hanya tersisa celana boxer yang menutupi kemaluanku, lalu kubuka baju Fitri tanpa membuka jilbabnya, tanpa diminta Fitri melepas kait bh miliknya, dengan segenap nafsu kuhisap tetek Fitri yang putih dan membusung, ia mendesah pelan... dengan lembut ku remas payudara yang sebelah kiri, sambil tetap kuhisap puting yang sebelah kanan, setelah puas melumat payudara kiri dan kanan, lidahku berpindah menjalar dari perut ke pusar, tangan ku bekerja membuka celana miliknya, sambil menunggu celana Fitri terlepas lidahku bermain-main disekitar pusarnya, setelah celananya kubuka, dengan tak sabar ku pelorotkan cd pink yang menjadi benda terakhir ditubuhnya


Fitri
Fitri


Perlahan ku jilat memek Fitri yang dihiasi dengan jembut disekitarnya, gerakan lidahku yang menyapu itilnya disambut dengan suara desahan menggelora oleh Fitri, memek yang bersih dan wangi itu semakin ku jilat itilnya, tak puas hanya menjilat kumasukkan kedua jariku kedalam memeknya yang telah basah dengan cairan pelumasnya, Fitri menjerit tak kuat menahan nikmat, deru nafasnya semakin tak beraturan, ku percepat kocokan pada memeknya hingga tubuhnya bergetar mengejang berkali-kali


"Oohh bang Baim..."


Desahan yang sejak tadi ditahan Fitri akhirnya terdengar juga, diiringi dengan gerakan pinggulnya yang terangkat keatas dan dari memeknya mengalir air kenikmatannya yang tak bisa dia tahan, sambil memberi waktu dia beristirahat aku mempersiapkan diri, ku buka celana boxer ku dan mencuatlah kontol ku yang sejak tadi sudah mengeras, mata Fitri melotot tak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat melihat kontol ku.


"besar banget bang..." matanya tak berkedip memandangi kontol ku yang saat ini sudah ada dalam genggaman tangannya


"isep kontol abang dong fit" pintaku padanya


"Punya mantan suami Fitri ga ada sebesar ini bang, kirain semua kontol laki-laki ukuranya sama semua" setelah mengucap demikian Fitri langsung menjilat dan menghisap kontol ku


Aaakkhh...hanya itu suara yang keluar dari dalam mulutku, ketika lidah janda beranak satu itu mulai menyentuh ujung penis ku, setelah puas menikmati hisapan dan jilatan Fitri, kubaringkan dia dengan posisi telentang, aku sudah siap mengeksekusi memeknya dengan kontol ku yang tegak perkasa ini


"Fit abang masukin ya?"


dengan mata sayu dia menjawab dengan anggukan kepala


Perlahan ku masukan kepala kontol ku ke dalam memek Fitri yang telah lama tak tersentuh kontol, wajahnya terlihat meringis menahan sakit, setelah Fitri sedikit relax kulanjutkan mendorong kontol ku lebih dalam dan tenggelamlah kontol ku kedalam memek Fitri diiringi jerit tertahan dari Fitri, setelah memeknya berhasil beradaptasi dengan kontol ku yang besar Fitri memelukku dengan erat... Kugerakan kontolku maju mundur, dan disambut olehnya dengan goyangan pinggul yang seirama dengan gerakan kontol ku


"Ahh bang baimm..Udah lamaa.. Fittrrii..enggaa merasakkaaan... kenikmattttann iniiii.."


"Memek kamu jugaa enaak masih sempit... Sshh... aakkhh"


"aaahh.. Iyaa baaaang.. Teruuss.. Oohhh.... Fitri mau kencing ahh... Fitri kencing Fitri kencinggg...aaghhhhh abaannnnnggg....!!!


Kedua kaki Fitri menahan pinggang ku membuat kontol ini semakin mendesak kedalam, dan...keluarlah cairan ejakulasi Fitri yang ke dua kalinya... ku rubah posisi badan Fitri menjadi menungging..,ku masukan kontol ku sembari meremas kedua pantatnya yang semok, inilah posisi favorit ku saat aku menggagahi Ustadzah Ikha dan juga putri , ku lanjutkan sodokan ku pada memek Fitri dari belakang... terus-menerus


Plak..Plaak..plaak.. suara yang tercipta ketika kedua paha ku dan pahanya berbenturan, bagaikan musik ritmis yang mengiringi pergumulan kami malam itu


"aahh.ennaak bangeeett konttol bang Baiimm...aahh..ssshh.."


"Ahh..mentokk.. baanggg...

aaawww... aaaahrrghhhhsttt...

teerruss...terusss.. Fitrrii mau keeluuaarrr lagiii.."


"Ahhh bang baimm.. Aahh....

"nikmat sekali yaa tuhan.." Ahhh ahhhh... Iyahaaaaaa.. Ahhh iyaaaa... Teeeeerrrruuuussss........!!!!


Sepertinya Fitri akan orgasme lagi, ku sodok lebih kencang memeknya dengan kontol ku


"aaahhh...abangg...ampunn...Fitri Maauuu... keeluuaarrr...laagiii..."


Tak kuberi kesempatan dia beristirahat untuk menikmati orgasmenya, dia kelelahan sambil tetap menungging, ku ambil body lotion dan kubalurkan pada kontol ku... kemudian kubalurkan juga pada anusnya..Fitri hanya diam terkulai lemas...perlahan ku masukan kontol ku ke lubang pantatnya..lebih susah dan sempit dari lubang memeknya.. Fitri menjerit kecil menahan perih pada lubang anus yang tidak pernah dimasuki kontol sama sekali...dengan sabar ku paksa terus kontol ku untuk masuk ke lubang anusnya, ketika kontolku berhasil menyusup masuk seluruhnya, Fitri menjerit keras... air matanya mengalir dipipil menahan sakit... ku gerakan dikit demi sediikit kontolku agar lubang anus Fitri terbiasa dengan gerakan kontol ku. kini Fitri sudah mulai tenang dan mendesah kembali, kugerakan kontol ini maju mundur dengan tempo yang berirama, Lama-lama gerakan ku semakin cepat Plakk.. Plak..plak.... Fitri mulai mendesah dan meracau kembali


" ssshhhh...ooouuughh...."


" Sakit fit?"


"dikit bang...tapi lama-lama nikmat juga, terus bang goyang... Fitri udah horny lagi "


Ucapan Fitri seolah memberi motivasi pada tenagaku, anusnya kupacu semakin kencang, bertubi-tubi sodokan kontol ku keluar-masuk di lubang pantatnya"


"aahh...enaakk.. bang.. Terusss.."


"Belluuuum..aahh..Pernaahh.. senikmaaattt iniiii.."


Jepitan pantat Fitri pada kontol ku membuat pertahanan ku melemah, terasa kedutan pada kontol ku merayap dan berjalan menuju ujung kontol ku dan........Aaakkggh......


"Fit..nikmatilah sperma abang di lobang pantat mu ini""


"Iya bang...aakkhh.. muncraattiinn.._


Dengan deras seperma ku muncrat dilubang pantatnya yang ternyata juga berbarengan dengan semburan orgasmenya Fitri yang kesekian kali, lalu Fitri terkulai lunglai, aku pun ambruk disampingnya....Kupeluk dia sembari mengecup keningnya...


"Memek kamu enak...masih sempit.. "


"Abang juga hebat.. Kontol abang besar, panjang dan tahan lama, dulu sama mantan suami Fitri ga pernah rasain orgasme kaya tadi bang.. Fitri pengen nikmatin kontol Abang terus"


dibelainya rambutku dan kupeluk dirinya hingga kami tertidur dengan keadaan telanjang bulat...

Pukul 08.22 aku terbangun karena terganggu dengan suara dering Hp, kulihat tubuh bugil Fitri yang tertidur pulas disampingku, dengan malas kuangkat telepon yang berdering ternyata Ustadzah yang menelpon ku.


Ustadzah menanyakan kemana diriku kenapa aku tidak buka toko, aku beralasan sedang bertemu pelanggan diluar, Ustadzah Ikha tidak curiga dengan alasan ku, saat berbicara dengan Ustadzah ditelepon tiba-tiba Fitri bangun dan langsung memelukku dari belakang.


"Siapa bang" bisik Fitri padaku


"Ustadzah Ikha dek" Jawab ku pelan sambil menjauhkan Hp agar tidak terdengar oleh Ustadzah


Dengan nakal Fitri menggenggam kontolku yang masih lemas dari belakang, aku terkejut dengan tindakannya, aku jadi tidak fokus pada percakapan ku dengan Ustadzah Ikha, dia terus mengajakku bicara dengan mengatakan bahwa Ustadzah Ikha kangen padaku, sementara Fitri berpindah ke depan dan menghisap penis ku.


"Ahhsssst.. Ustadzah ga nganter anak-anak ke sekolah?"


"Udah Iin, ini lagi santai, mumpung masih pagi"


Fitri terus mengulum penisku hingga tegak dan keras


"Akkhh...Ustadzah udahan dulu ya"


"Kenapa iim baru juga ngobrol sebentar?"


"Iyaa... gak enak ditunggu sama pelanggan Baim, Ustadzah"


Fitri menghentikan hisapannya dan menungging, ia membimbing kontolku agar masuk ke lubang memeknya, aku masih berbicara dengan Ustadzah ditelpon. aku tak berani mengeluarkan suara, sementara Fitri menggoyang kan pantatnya terkadang memutar, membuat aku merasakan nikmat tak terhingga, ku goyangkan pinggul maju-mundur mengimbangi goyangan pantat Fitri, aku hentakan kontolku sedalam dalamnya kedalam memek Fitri hingga Fitri keceplosan mendesah kencang


"Suara apa tuh iim?"


"aakhhh, ini Ustadzah anak pelanggan rewel ga sabaran"


Entah kenapa aku sangat menikmati permainan yang dilakukan Fitri, dan entah kenapa Ustadzah tak juga menutup telpon nya, padahal aku lebih banyak diam daripada bicara padanya, tak terasa sudah 35 menit aku menyodok memek Fitri, terhitung dari durasi panggilan telepon yang terpampang di Hp, segera ku matikan sambungan telpon dari Ustadzah Ikha tanpa pamit, karena aku merasa sudah hampir keluar..


"Fit, abang mau keluar"


"Keluarin didalam aja bang, hamilin aku..aahhh"


"abang belum mau nikah Fit..arrgh"


"Hamilin Fitri bang.. Sstt.. Ahhh.."


Aku tak mau ambil resiko dengan menghamili dirinya, ketika kontolku sudah berkedut cabut kontolku dan ku keluarkan spermaku dibelahan pantatnya, Fitri tampak kecewa, raut wajahnya terlihat kesal


"Kenapa abang cabut?"


"Belum saatnya Fit"


"Fitri rela berikan semuanya buat abang, Fitri sayang sama abang"

dia menangis seraya memeluk ku


Ku balas pelukan Fitri yang masih menangis, sepertinya dia menginginkan hubungan yang lebih dari apa yang kita jalani selama ini, dia ingin aku menjadi suaminya, aku buru-buru bangun lalu kucium pipi dan kening Fitri


"abang mau beli sarapan ya, Fitri mandi aja dulu"


"Fitri ga mau mandi, Fitri maunya mandi bareng abang"

"Yaudah abang cari sarapan dulu"


Aku bergegas memakai pakaian dan pergi keluar, saat dijalan aku terkejut ketika melihat mobil milik Ustadzah Ikha lewat di depanku, aku berharap semoga Ustadzah tak melihatku. tak lama kemudian ada WA dari Ustadzah


"PEMBOHONG..!!!"


Hanya itu isi chat WA Ustadzah Ikha singkat dan memakai huruf besar semua, aku terkejut tak tau harus membalas apa, dengan kalut ku beranikan diri untuk membalas


"Kok Ustadzah ngomong begitu?"


"Tadi aku liat kamu dijalan"


"aahh..perasaan ibu aja mungkin"


"gak mungkin, aku lewat dijalan dekat wisma, aku liat kamu naik motor"


"Ohh iya..aku lagi jalan pulang, ini udah mau sampe"


Ustadzah Ikha tak membalas lagi, kupercepat laju kendaraan ku dan segera ke wisma membawakan sarapan untuk Fitri, kubilang padanya mau ke toko sebentar ada pelanggan yang menunggu ditoko, Fitri percaya dan aku pun segera pergi, sesampainya di toko aku tak melihat mobil Ustadzah Ikha, barulah beberapa menit kemudian Ustadzah Ikha datang


"Kok cepat iim pulangnya?"


" Iya bu, pelanggan Baim buru-buru mau berangkat ke kantor katanya"


"Ooh..kamu udah makan?"


"Belum sempat bu Ustadzah"


"ini...tadi ibu beli nasi uduk, kebetulan bang Radi udah sarapan diluar, jadi sisa satu, nih buat kamu aja iim",


"Makasih bu Ustadzah, tapi Baim males buka toko, kalo Baim makan di toko Ustadzah aja boleh ga?"


"Ohh yaudah sini masuk, sekalian temenin ibu di toko"


Toko Ustadzah jika pagi memang Ustadzah Ikha jaga sendirian, dan kebetulan Haisya saat itu sedang tidur dikamar, jam segini bang Radi masih sibuk kantor dicabang, Ustadzah Ikha terlihat sangat cantik pagi ini, dengan jilbab yang dililitkan disekitar bahu dan lehernya, dan baru ku sadari dia tidak menggunakan gamis seperti biasa, melainkan memakai kemaja jeans yang panjangnya sampai dibawah lutut seperti gamis, dipadu dengan legging warna krem, plus tampilan bibir yang dilapisi lipstik merah yang yang halus namun tebal, dan tidak biasanya dia berdandan cantik, biasanya dia hanya memakai make up seadanya


"Tumben Ustadzah ga pakai gamis"


"Lagi pengen nostalgia masa dulu iim"


"Emang dulu Ustadzah kaya gini ya?"


"Ga sih iim..dulu mah Ustadzah kayak ade ibu, si Ira kamu tau kan? yang biasa datang kesini"


"Oh..iya tau, berarti dulu Ustadzah pakaiannya ketat tapi pake jilbab?"


"Tanpa jilbab iim, adek ibu sering dapet ceramah agama, jadi masa jahiliyah dia cuma sebentar, kalo ibu lebih lama, seneng juga pakai baju seksi, yaa namanya anak gadis seneng mencuri perhatian cowok"


"Oo...pasti dulu Ustadzah cantik"


"Hmm...jadi waktu dulu aja nih ibu cantiknya? sekarang gak lagi gitu maksud kamu?"


Aku hampiri Ustadzah dan...cup... kecupan bibirku mendarat di bibirnya Ustadzah kaget.. langsung ku berbisik di telinganya


"Sekarang makin cantik, seksi, montok dan binal"

"Iihh, kamu ini...udah pandai ngerayu aku ya sayang..."


"Ga cuma ngerayu kok, udah pandai bikin seorang Ustadzah kejang kejang kena sodok, hahaha"


Aku tertawa sembari berlari ke belakang untuk mencuci tangan, sepertinya Ustadzah ingin menyusulku, tapi entah kenapa dia terlihat ragu.


Aku ada ide untuk memancing Ustadzah agar Ustadzah tidak canggung, aku kembali ke ruang depan dan duduk didepan Ustadzah Ikha, ku minta dia untuk melanjutkan cerita tentang masa lalunya Ternyata masa lalu Ustadzah sangatlah kelam namun dia sanggup menjaga keperawanannya hingga menikah dengan bang Radi, obrolan kami pun berlanjut ke arah seksual, ku tanya bagaimana kesan malam pertama dengan bang Radi, apa saja yang bang Radi lakukan? namun Ustadzah hanya mengatakan malam pertama dan malam saat lainyaa sama aja. 5 menit keluar dan Ustadzah tidak merasakan apa-apa, dia hanya menjalankan kewajiban sebagai seorang istri yang harus melayani suami nya, lalu Ustadzah keluar dari topik, dia bandingkan permainanku dengan suaminya, dia bilang aku lebih dari segalanya bahkan dari segi ukuran kontol...aku juga lebih besar. Akulah yang pertama memberinya pengalaman orgasme, saat asik mendengarkan Ustadzah tiba-tiba Hp ku bergetar kulihat ada pesan masuk dari Fitri, aku buru-buru pamit pada Ustadzah


"Maaf ustazah, baim pamit dulu"


"Ehh, kok.." ucapan Ustadzah tertahan, karena aku langsung pergi. kurasa Ustadzah Ikha ingin aku lebih lama disana, mungkin dia ingin aku mencumbunya disitu. Saat di jalan Hp ku kembali berdering, ada kiriman vidio dari Ustadzah Ikha, ku putar vidio tersebut, terlihat Ustadzah sedang menyusui Haisya, kemudian rekaman video itu berpindah kebawah, dan... Wow.. Ustadzah Ikha juga menggunakan Vibrator yang sedang bergetar didalam memeknya.


"baim jahat. Ustadzah sudah basah gini, kamu tinggal begitu saja"


Begitulah isi pesan berikutnya yang ada dibawah pesan video tersebut...


Aku hanya tersenyum dan tak ku balas WA Ustadzah, aku melanjutkan perjalanan menuju wisma menemui Fitri yang masih setia menunggu. Sesampainya dikamar tempat kami menginap semalam ternyata Fitri masih tetap dengan tubuh bugilnya dan sedang lelap tertidur, karena lelah setelah pertempuran pagi tadi, aku pun tidur disampingnya.


Entah berapa lama aku tidur, aku terbangun dengan mata yang masih malas untuk terbuka, samar samar kulihat Fitri sedang memainkan Hpnya tapi..setelah kuperhatikan, ternyata Fitri sedang mencoba membuka lockscreen Hp ku, Untungnya sekarang aku mengunci Hp dengan pin, bahkan disetiap aplikasi sosial media kugunakan pin/password, ku biarkan Fitri mengotak-atik Hpku, perlahan kudekati dan ku kejutkan dirinya


"hayoo...mau ngapain?" sambil peluk dirinya dari belakang


"Ehh...duh abang... Fitri kaget tau.."


"Haha nakal ya...stalking Hp orang"

kuremas teteknya seolah-olah sedang mencubit anak kecil yang nakal


"Sstt...aduuhh..ampun...bang...Baim" "gak lagi-lagi deh...aww..." Fitri menjawab sambil berteriak ketika teteknya kuremas dengan kencang


Mendengar suara teriakannya timbul ide ku untuk 'menyiksa dirinya'


"abang hukum kamu ya, plaaaakkk.." sebuah tamparan keras kudaratkan di pipi Fitri yang berubah merona


"Aw... ampunn bang.." Fitri memohon padaku


Dengan gemas ku remas payudaranya lebih keras, hingga lucubit pentil teteknya, lalu ku ulangi tamparan demi tamparan, Fitri terlihat seperti menikmati permainanku..ku hisap teeknya...akkhh...dia mulai mendesah...tanganku segera menjalar ke memek Fitri, ku usap klitorisnya.. Fitri semakin mendesah...tanganku yang satu lagi mencengkram lehernya


"Hmm...jangan coba-coba liat Hp abang tanpa izin" ku buat suara menggeram seperti orang marah


"ahh...sstt..ammpun bang...." Fitri emdesah sembari memohon


Aku segera berhenti, lalu ku buka celana boxerku dengan ganas langsung kuarahkan kontol ku kedalam memek Fitri dengan keras menghentak


"aaww.. Ssssst..aakkhh" Fitri terkaget tetapi langsung mendesah


Aku gerakan kontol ku dengan pola tak beraturan terkadang pelan-pelan dan dengan tiba-tiba kuhentakan dengan kasar memeknya, membuat Fitri mendesah nikmat dan melenguh kesakitan.


"ahh...abang..uuhhh..doronngg..ahhh"


"Hukum Fitri bang hukum ahhhh.."


"Aduuhh.. Ampunn" Jerit Fitri ketika tiba-tiba ku gigit pentil teteknya


Gerakan kontol ku semakin kupercepat, aku merasakan memek Fitri berdenyut, menandakan tak lama lagi dia akan orgasme


"aahh.. fitrii keluaarrr baaang... Ahhh yaah yaah banggg baiiimmmmmm "


Ku tekan kontol ku sedalam-dalamnya aku merasakan ada cairan hangat mengalir keseluruh bagian kontol ku, pinggul Fitri seolah mendorong pelan badanku agar kontol ku terlepas dalam memeknya..namun ku tahan terus dan tak ku lepaskan.


"Abang lepass aduhhh..uuhh.. "


Fitri melenguh dengan keringat yang bercucuran, masih kutahan kontol ku didalam memeknyahingga beberapa menit kemudian kubalik tubuh Fitri, hingga berubah posisi menjadi menungging, kembali ku hujamkan kontol ku kedalam memeknya dan kuhentakan kontol ku bertubi-tubi, Ku jambak rambutnya yang panjang hingga kepala Fitri mendongak keatas sambil ku sodok kontol ku secara membabi-buta


"Ahh.. Abang.. Sstt.. Niik..mat..bang"


Ku hentakan dengan tempo yang berubah ubah..ku lakukan hal itu berulang dan terus-menerus hingga Fitri orgasme berkali-kali dan tanpa sedikit ku lepas kontol ku...Hingga akhirnya kurasakan pertahananku melemah, sementara Fitri terus meracau, mendesah, dan melenguh tak menentu


"Bang.. Uhh.. Sstt.. Ampunn... Ahhh"


"Fitri mau keluar...lepass.. Aahh lepass bang baimm.."


"akkkuuuuuu....aakkkkhhhhhhh..."


Seiriing tercapainya orgasme Fitri, kucabut kontol ku dan ku kocok hingga air mani ku muncrat disekujur wajahnya...


Fitri memeluku...lalu kami tertidur sejenak, setelah bangun kami ulangi lagi permainan kami hingga sore hari, lalu malamnya kami cek out dan bergegas pulang, sesampai nya ditoko Fitri mengucapakan terima kasih dan mencium pipi ku, Sedangkan aku masuk ke toko dan segera memeriksa Hpku, semenjak dipegang Fitri aku belum mengecek Hp, baru saat ini ak menngecek Hp dan ternyata... Ada 7pesan dari ustadzah Ikha, dan 3pesan lain dari pelanggan


"Baim, kapan pulang?


"Iim, kok ga di balas"


"Baim, suami ibu nyariin, kamu tidur jadi tidur di rumah?"


"iim, kamu kemana..? Udah malam kok belum kerumah?"


"Baim, ibu abis bertengkar sama suami, ibu keceplosan bilang bang Radi keluarnya cepet banget dan ibu gak pernah puas sama dia"


"Bang Radi marah besar, ibu di tampar dan dia bilang ibu sudah mulai ngelawan suami"


"Baim, kamu dimana? Ibu butuh kamu, temenin ibu iim.. Ibu sedih"


Aku balas WA dia dengan alasan aku di toko seharian karena ada kerjaan yang harus diselesaikan, dan karena kecapekan aku putuskan tidur ditoko saja

Hari berganti hari rutinitas berjalan seperti biasa, hingga tak terasa hampir dua bulan berlalu, aku berusaha untuk bersikap biasa saja pada Ustadzah, sehari-hari aku melakukan rutinitas seks hanya dengan Fitri, kadang kami bercinta di konternya, tak jarang juga dilakukan ditoko ku, dan seperti saat bercinta sebelumnya, Fitri berusaha agar mani ku masuk ke dalam rahimnya, namun tak pernah kuturuti keinginan nya itu


Tanpa perkiraan akhirnya usaha toko ku bangkrut, akibat sering tutup karena aku tinggal jalan-jalan dan bercinta, pelanggan pun pergi, toko tak ada pemasukan, hingga waktu pembayaran aku tidak ada uang untuk membayar kontrak toko, dan konsekuensinya aku harus segera pindah, untuk sementara waktu aku menumpang dirumah teman kuliah yang jaraknya lumayan jauh dari sini, saat aku sedang berkemas Ustadzah memperhatikanku dari tokonya, raut wajahnya terlihat sedih seakan tak rela aku pindah, selesai berkemas aku pamitan kepada semua tetangga toko termasuk Ustadzah dan Fitri, aku pun berangkat menuju rumah kawanku


Esoknya bang Radi menelpon dan menyuruhku datang kerumahnya, katanya ada sesuatu yang mau dibicarakan, dalam hati aku bertanya-tanya, ada apa gerangan bang Radi tiba-tiba memanggilku? sesampainya dirumah bang Radi terjawablah pertanyaan dalam hatiku, ternyata.. bang Radi menawarkan aku untuk bekerja padanya dengan alasan anaknya selalu rewel jika tidak ada aku, akupun tak bisa menolaknya.. dalam hati aku tau siapa dalang yang menginginkan aku tetap berada disini. Ya...siapa lagi kalo bukan Ustadzah Ikha.


Pagi harinya aku mulai bekerja, setelah sebelumnya aku bawa baju dan semua pakaianku yang masih tertata rapih bekas packing pindahan kemarin, Ustadzah Ikha datang ke toko pukul 08:30 dia langsung duduk dimeja depan sambil menggendong Haisya yang sedang menyusu dibalik jilbab lebarnya, ku sapa Ustadzah dengan dingin


"ini ide bu Ustadzah kan?"


"ide apa iim?"


"Jangan pura-pura Ustadzah, Baim yakin pasti Ustadzah yang minta bang Radi mempekerjakan aku disini"


"dari pada kamu nganggur iim.. lebih baik disini sekalian nemenin ibu"


Entah sadar atau tidak jilbab Ustadzah Ikha yang semula menutupi Haisya yang sedang menyusu, kini tersingkap hingga terlihat sebuah payudara besar dan putih yang sedang di hisap oleh anaknya, aku agak terkejut, walau sudah sering ku lihat dan ku remas bahkan aku juga pernah menghisap susunya, tapi melihatnya dalam posisi seperti itu membuat ku sedikit terangsang.


Semenit kemudian Ustadzah Ikha pindah kekamar, ia berbaring sambil menyusui Haisya, sepertinya Ustadzah sengaja pintu kamarnya dibiarkan terbuka begitu saja, aku diam terpaku didepan toko, tak lama kemudian ada yang datang ke toko, seorang wanita dengan hijab cokelat lebar dan gamis ketat berwarna kuning gading


Humaira Lestari
Humaira Lestari "Kak Ira"



"Assalamualaikum, Baim"


"Ehh, waa..wa..walaikum salam, kak Ira?" Aku terkejut hingga tergagap menjawab salamnya


Humaira Lestari adik dari Ustadzah Ikha. yang biasa ku panggil dengan panggilan kak Ira, wanita yang ayu, Lembut, dan manis. dengan kulit putih langsing dan pinggul yang besar seperti gitar spanyol, beruntung sekali lelaki yang baru 4 bulan lalu menikahinya, aku dengan kak Ira sudah akrab sejak aku membuka toko disebelah toko Ustadzah, Kak Ira sering datang ke tokoku, seperti menjadi pelanggan tetap.


Ada moment yang tak ku lupakan saat hari pernikahannya hampir tiba, kak Ira memesan baju kebaya untuk pernikahan, karena ingin tampil sempurna kak Ira ingin baju yang dipesan pass dengan berbentuk tubuhnya, tak jarang aku menyentuh pinggiran teteknya saat mengukur seluruh tubuhnya, kak Ira sangat lugu, saat ku suruh untuk mencoba kebaya tanpa ada baju lain dia nurut saja, pada waktu itu dia malas masuk kekamar untuk mengganti bajunya, iseng aku sarankan untuk mengganti bajunya di depanku, ku tutup rolling door agar dia tidak malu dilihat orang lain, dengan modal sedikit bujuk rayu akhirnya dia mau membuka baju di hadapanku, karena gaun itu sedikit rumit aku diminta membantunya menggunakan kebaya tersebut, Dengan berdebar-debar aku menunggu momment dia mengganti pakaian, kak Ira pun membuka baju dan celananya didepan ku, terlihat bh hitam dan cd berenda yang dia kenakan, sambil pura-pura sibuk kulirik payudaranya masih kencang itu, tak ada kejadian lebih pada saat itu, aku berusaha profesional dalam berbisnis

"iim... Baim... kok ngelamun sih?" Ucapan Kak Ira membuyarkan lamunanku


"Ehh iya kak..Baim heran aja"


"heran kenapa?"


"Biasanya kak Ira pakai kemeja atau kaos, sekarang pakai gamis, Baim jadi pangling, kak Ira sekarang makin cantik"


"Hhmm...kamu ini ngerayu istri orang aja, Eh...kak Ikha mana iim?"


"Ada dikamar lagi tidur sama Haisya"


"Ooh..yaudah titip barang ini aja ya, ga enak kalo dibangunin"


"oke kak, nanti baim sampaikan"


" Yaudah kakak pamit pulang ya iim"


Baru saja kak Ira pulang, selang beberapa menit kemudian bang Radi datang ke toko juga


"Gimana iim.. hari pertama. Amankan?"


"yaa..gitu lah bang sepi entah karena corona atau karena udah mau puasa"


"Oh iya, Umi nya Haisya mana iim?"


"Ada tuh di kamar lagi tidur sama Haisya"


Saat sedang asik ngobrol dengan bang Radi, terdengar Haisya menangis dan taklama kemudian Ustadzah Ikha keluar kamar sambil menggendong Haisya, aku berinisiatif untuk mengendong Haisya kebelakang dan mengajaknya bermain diruangan kecil yang hanya dibatasi triplek, tempat itu sengaja dibuat untuk anak-anak bermain agar tidak menggangu pelanggan yang datang, sambil berjalan kulihat Ustadzah mengikuti di belakang kami


Baru saja aku tiba diruang belakang, ada seorang pelanggan yang datang ketoko, akhirnya Bang Radi yang melayani pelanggan tersebut, sedangkan aku Haisya dan Ustadzah bermain diruang belakang, entah lupa atau disengaja kulihat jilbab Ustadzah tersingkap memperlihatkan payudaranya yang tidak tertutup bh karena habis menyusui Haisya, kubiarkan Haisya bermain sendiri dengan mainannya dan ku dekati Ustadzah Ikha, ku remas payudara yang keluar menyembul tersebut dari belakan, sambil aku berbisik ditelinga Ustadzah Ikha.


"Ini mancing Baim atau gimana Ustadzah ku?" Ustadzah terkejut


"Astaga baim, ada Abi nya Haisya di depan" Namun penolakan yang dia ucapkan tidak sama dengan gesture tubuhnya, dia biarkan tangan ku tetap meremas pentil payudaranya yang masih tersisa cairan susu yang keluar.


"Kan Abi nya Haisya ga tau, lagian salah sendiri Ustadzah dari tadi mancing-mancing Baim terus" aku menjawab sambil tetap meremas payudaranya dengan kencang


"Akkhh.. Sstt...pelan- pelan iim...nanti Abi Haisya tau.." bisik Ustadzah yang mulai meniknati remasanku


Ku cium bibir Ustadzah Ikha dengan lembut, dia membalas ciumanku sambil memainkan lidahnya, ku tarik resleting gamis Ustadzah dan ku keluarkan kedua tetek Ustadzah, lalu kuhisap dengan penuh nafsu dan rasa was...was... di tengah situasi seperti ini.. Ustadzah pun menahan desahannya, dia menggigit bibir bawahnya sambil menutup mulutnya dengan tangan.


"Emmffhh... ..hmmmpp.. "


Hanya itu yang kudengar dari mulut Ustadzah, puas bermain dengan teteknya ku buka celanaku dan ku turunkan sedikit saja


"Baim, jangan disini.. Nanti malam aja dirumah.." Ustadzah coba menolak


"Udah nikmatin aja ustadzah.. Baim lagi sange nih"

"hisap kontol Baim dong.l, sayang..." aku berbisik sambil mendorong kepala Ustadzah ikha agar menyambut kontol ku kedalam mulutnya, lalu Ustadzah mulai mengulum kontol ku dengan lembut, sesekali dia menghisap dan menjilat kedua biji testis ku, aku merasakan geli nan nikmat menjalar disekujur tubuh


"Mii....Umii... " Teriak bang Radi dari depan toko, deg..kami berdua terkejut dan saling tatap sejenak, kemudian Ustadzah menghentikan sepongannya sambil menutup gamis yang terbuka dengan jilbabnya, lalu merangkak menjulurkan kepalanya dibalik papan pemisah ruangan.


"Ada apa bii?" Tanya ustadzah pada suaminya


"Ga jadi tadi Abi mau tanya stempel dimana, tapi udah ketemu"


Aku yang melihat Ustadzah nungging jadi makin terangsang, dengan kontol yang sudah tegang maksimal, ku angkat keatas gamis Ustadzah lalu kuturunkan cd nya, tanpa menunggu Ustadzah selesai bicara dengan bang Radi ku keluarkan kontol ku dan mengarahkannya ke memek Ustadzah Ikha yang masih menungging


"Ougghh..." Ustadzah Ikha keceplosan melenguh saat ku hentakan kontol ku kedalam memeknya, tangan Ustadzah menggapai ke belakang, mencoba mengehentikan gerakanku.


"Kenapa mii.. ?" Tanya bang Radi ketika mendengar lenguhan tadi


"Ini bii.. aakkhh...Haisya naik ke punggung umii sambil mencakar" Ustadzah mejawab sambi menahan desahan


Ku percepat gerakanku...Ustadzah merangkak mundur membuat kontol ku terlepas, lalu dia berbaring sambil menutup mulutnya sendiri, ku masukan lagi kontol ku ke lubang senggamanya, Sedangkan bang Radi masih sibuk dengan pelanggan di depan, kucium bibir Ustadzah sambil mengocok kontol ku keluar-masuk memek Ustadzah Ikha yang mulai basah, tangan Ustadzah Ikha merangkul punggungku, dalam kondisi seperti ini terlalu beresiko jika aku berlama-lama dan berusaha menahan agar Ustadzah mencapai orgasme, maka ku hentakkan dengan keras sedalam-dalamnya, membuat Ustadzah menjerit tertahan, sebisa mungkin ia menahan mulutnya dengan tangan, sedangkan aku sibuk mengocok memek Ustadzah dengan kontol sambil menghisap payudaranya


"Hmmpphh.. iim.. Cepet..."


"Jan...ngaaan...aakkhh...lama-lama" bisik Ustadzah lirih


"Enak di entot sama Baim, apa sama bang Radi Ustadzah sayang?" kubisikan pertanyaan ditelinga nya


"mmmpphh... Sshh.... eenakk.. Ssshh... hmmpphhh..kaaamu iim"


"Yang jelas dong sayang" sengaja kupermainkan Ustadzah Ikha


"Enak...hmmpphh.. hmmpphhh.. Dientot.. kamuu...Baa..hmmm iiimm saaayaang"


aku merasakan waktunya hampir tiba, kupercepat gerakan kontol dalam memeknya, seperma ku terasa ingin keluar dari kantungnya, ku cabut kontol ku dan ku arahkan kemulut Ustadzah Ikha, dia pun paham dan langsung menghisap seluruh spermaku yang keluar tanpa tersisa lalu ditelanya spermaku itu.


Saking asyiknya menikmati ejakulasi, aku tak sadar jika Haisya merangkak keluar dari ruangan, buru-buru kupakai celanaku dan mengejar Haisya lalu menggendongnya keluar seolah tidak terjadi apa-apa, sedangkan Ustadzah Ikha kekamar mandi merapihkan pakaian dan membersihkan diri

Seminggu pun berlalu setelah petarungan penuh resiko antara aku dan Ustadzah Ikha, sebenarnya aku merasa bersalah sama bang Radi, aku akan hentikan skandal ini jika memang Ustadzah benar-benar ingin menghentikannya, namun seperti teori yang tidak sesuai dengan praktek, mulut Ustadzah Ikha berkata tidak mau melakukan hubungan terlarang, tapi gerak-gerik dan tingkah lakunya seakan meminta aku untuk selalu menjamah tubuh indahnya, mungkin bulan ramadhan nanti semua ini akan berakhir, dia pasti berpuasa, rajin ibadah dan lebih mendekatkan diri pada tuhan, namun dugaan ku ternyata keliru, saat bulan puasa aku sholat tarawih dikamar, selesai tarawih aku langsung rebahan, sekitar pukul 22.37 Ustadzah Ikha masuk ke kamar dan mengajak ku bicara di balkon, sepertinya ada hal penting yang mau beliau utarakan


"belum tidur iim?


"Belum mi, ada apa?"


Semenjak bekerja dengan bang Radi dan semakin dekat dengan keluarga mereka, bang Radi memintaku untuk memanggil mereka dengan panggilan Abi-Umi selain mencontohkan kepada anak-anaknya juga agar mempererat tali kekeluargaan katanya


"ngobrol diluar aja yuk iim"


Ucap Ustadzah sambil berlalu menuju balkon, aku yang masih kebingungan hanya bisa berjalan membuntutinya.


"iim, bulan puasa ini umi ingin memperbaiki diri dan memperbaiki atas apa yang telah kita perbuat iim" Ustadzah ikha berkata dengan nada seperti sedang sedih,


"Maksud umi?" aku bertanya heran


"Kita jangan melakukan zinah lagi" Jawab Ustadzah sambil menatap jauh ke depan.


"Hmm.. Kalo itu keinginan umi, Baim sih terserah umi, tapi apa umi yakin?"


"Baim sih bisa aja, asal tingkah laku dan gerak-gerik umi tidak memancing birahi Baim"


"Harus iim, bisa engga bisa...kita tetap ga boleh melakukanya"


"Ya udah kalo gitu, Baim cari kost aja, biar bisa jaga jarak, seenggaknya dengan berjauhan resiko berzina semakin kecil"


"Jangan iim...nanti bang Radi curiga sama kita, umi mohon kamu tetap disini aja, kamu sudah umi anggap anak umi sendiri, jangan pernah berpikir untuk ninggalin rumah ini"

Ustadzah berbicara dengan mata yang berkaca-kaca


"iyaa tapi mii...selama Baim disini. Umi selalu mancing-mancing birahi Baim, buktinya saat ini Baim lihat umi cuma pake tanktop tanpa jilbab, celana hot pants, bahkan umi ga pakai bh" balasku sambil mengusap air matanya yang mulai mengalir


"Iya iim...umi akui kalau umi masih menginginkannya iim.. Hukum Ustadzah mu ini iim.."


"Umi binggung...kamu memperlakukan umi layaknya seorang suami yang mencumbu istrinya, kamu lembut, perhatian, bahkan bisa memberikan kepuasan seks sama umi"


"Terserah kamu, malam ini... umi hanya ingin mengabiskan dosa-dosa bersamamu iim"


"Besok sudah mulai puasa, jangan kita ulangi lagi, Umi minta...malam ini untuk terakhir kalinya"


Kupeluk Ustadzah Ikha dengan erat, dan ku belai rambutnya yang malam ini tanpa hijab, hingga tangisnya berhenti, lalu ku cium bibirnya perlahan, namun dia membalas dengan penuh nafsu, ditariknya tanktop yang dia pakai hingga mencuatlah tetek yang tersembunyi dibaliknya


Dengan nafas yang menderu, dan menggebu-gebu Ustadzah terlihat seperti ingin melampiaskan seluruh libidonya malam ini, ku remas tetek Ustadzah Ikha yang terbuka tanpa penutup, sambil tetap berciuman ku mainkan puting Ustadzah, deru nafas Ustadzah semakin tak beraturan, dengan tak sabar dipelorotinya celana boxer ku lalu langsung melahap kontol ku yang sudah ngaceng, Oouugghhh... aku mendesah lirih menikmati perilaku ganas Ustadzah Ikha malam ini, entah apa yang merasuki mu bukan suara lagu Nella kharisma, melainkan suara pertanyaan dalam hatiku

"Hey Ikha.. kamu itu ustadzah kenapa kau lakukan ini?" tanyaku menyela keasikan Ustadzah ikha yang sedang mengoral kontol ku


"Jangan sebut umi Ustadzah iim.. Umi malu...kita lagi berzina iimm.. " Ucap Ustadzah Ikha dan langsung meneruskan kulumanya


"Tidak...umi itu seorang Ustadzah, Ustadzah binal, yang suka sama kontol Baim. Ustadzah nafsuan.. Umi pantas jadi budak nafsu Baim, ga usah munafik pake pura-pura ga mau ngentot sama Baim lagi..aku tau Ustadzah itu ga tahan berhari-hari tanpa kontol baim"


"Terserah kamu iim, malam ini puasin umi mu ini.. puasin Ustadzah mu ini, sampe Ustadzah lemas, lupakan suami, lupakan anak-anak.. Aku istrimu malam ini"

Ustadzah bicara sambil pegangan dipagar balkon dan menunggingkan pantatnya.


Tanpa menunggu lama kutarik kebawah hotpants Ustadzah, sambil meremas pantatnya ku arahkan kontol ku kedalam memek Ustadzah Ikha yang terlihat menantang, ia melenguh menahan nikmat, ku hentakan lebih dalam dia berteriak lirih


"aakkhh.. Ini dia.." desah Ustadzah Ikha merasakan kontol ku menyusup masuk kedalam memeknya yang basah, perlahan tapi pasti... kugoyangkan pantatku maju mundur, kedua tangan ku tak mau diam saja, tangan kiri meremas tetek Ustadzah, tangan kanan meremas bongkahan pantatnya, terkadang ku hentakkan kontol ku dengan kasar agar masuk lebih dalam di memek Ustadzah, seketika Ustadzah Ikha berteriak dan mendesah kenikmatan.


"Ahhrrgghhh.. baimm.. aaaakkhh"


Kupercepat gerakanku...desahan demi desahan keluar dari mulut Ustadzah, Kunaikkan kaki kiri Ustadzah Ikha agar bertumpu pada pagar balkon


"Terus iim.. Uuhh...aakhh... oouughh"


Ustadzah ikut menggoyangkan pantatnya, mengiringi gerakan keluar-masuk kontol ku pada memeknya, suara desahan Ustadzah makin kencang, aku khawatir bang Radi mendengar desahnya, tapi ku ingat kata Ustadzah bang Radi kalau habis main tidurnya pulas seperti mayat


"aahh baiimmku..nikmaat terusss sayaang" racau Ustadzah Ikha sambil memainkan klitorisnya dengan tangan kiri, sementara tangan kanan nya tetap bertumpu pada pagar balkon


"aahh.. Umii besok mau ngentot lagi apa berhenti?" aku bertanya sambil memompa memek Ustadzah Ikha


"iisshh.. Sshh.. Bee..sok.. aakhh berhentii.. iimm..."


Kuhentikan gerakanku


"Oke kalo mau berhenti, lebih baik berhenti dari sekarang aja" aku berkata sambil pura-pura menaikkan celana boxerku


"aahh..iimm terusin... Ayoo.. aduuhh.."


"iyaa..Ustadzah mau lagi... terusin iim, besok kita masih ngentot iim"


Aku tersenyum dan melanjutkan aksiku, kembali ku masukkan kontol yang berkilat basah karena lendir dari memek Ustadzah


"aahh iya kayak gitu.. arrgh... lebih cepat iim.."


Ustadzah Ikha mengaduh kesakitan, ketika pentilnya ku pencet dengan keras


"aawwhhhh.. Baim.. Jangan keras-keras"


aku rubah permainan, ku tampar pantat Ustadzah ikha, sambil terus menggenjot memeknya dari belakang


"aakkkhhhhh...teruuusss..."


Ku tampar lagi pantatnya lebih keras


"aarrrghh.. hukum umi iim...terus tampar pantat umii"

Ustadzah Ikha justru menikmati setiap tamparan ku, aku khawatir ada yang mendengar racauan Ustadzah, ku alihkan pandangan ke sekeliling.. dan...Ohh tidaaakk....seorang wanita berhijab sedang memandang kearah kami, Entah sudah berapa lama wanita itu berdiri disana, kuhentikan gerakanku dan berbisik kepada Ustadzah Ikha.


"Ustadzah, ada orang yang ngeliatin kita dari tadi"


"Haah..? dimana imm..?"


"ituu di depan gerbang, Ustadzah"


"Hah..Itu..Itu..Humaira iim adik umi" Jawab Ustadzah Ikha kaget.


"Terus kita udahan aja?"


"lanjutin aja iim, udah terlanjur.. cepat iim umi nanggung nih" Ustadzah bicara sambil menggoyang goyangkan pinggulnya


situasi ini sungguh menegangkan namun juga sangat menggairahkan. Ustadzah Ikha Ustadzah Ikha dientot laki-laki lain dibalkon rumahnya saat sang suami sedang tidur pulas, sambil dilihat adiknya didepan gerbang, tapi Ustadzah Ikha cuek saja karena nafsunya telah mengalahkan logika, ku lanjutkan aksiku, kini Ustadzah berbalik menghadapku dengan kaki kananya melingkar di pinggangku. Sambil memasukan kontol, ku cium bibir Ustadzah Ikha...namun posisi ini tak berlangsung lama, karena aku merasa kurang nyaman diposisi itu, lalu aku berbaring dibangku panjang samping balkon, disambut Ustadzah yang naik diatas dan membelakangi ku. dituntunnya kontol ku ke liang memeknya.


"Ohh..Baiimm..Puasin Umi nak.."


desahan Ustadzah kembali terdengar, sambil terus menggoyangkan pinggul, kutarik rambut Ustadzah Ikha hingga dia mendongak kebelakang, kini aku lah yang menguasai permainan. karena aku merasakan memek Ustadzah berkedut, ku percepat gerakan kontol ku...agar Ustadzah mencapai orgasme nya


"aakkhhh iyaa Arghh... Akhhh... ouugh.. Ustadzah sampai iiimm.."


"Aarrrgggghhh"


Tubuh ustadzah mengejang keatas, terlepaslah kontol ku disusul oleh semburan orgasme Ustadzah Ikha yang membasahi bangku dan sebagian kakiku...


"aahh.. Hhuuftt.. Istirahat sebentat iim. Umi capek..." Ucap ustadzah sembari mengatur nafasnya


Aku bangkt dari bangku lalu kutarik rambut Ustadzah Ikha dan ku tunggingkan dirinya tanpa memberi kesempatan untu beristirahat, tangan Ustadzah memegang pagar... kaki kirinya bersandar di balkon, seperti anjing yang ingin kencing, dengan sigap ku arahkan kembali kontol ku dengan penuh nafsu


"aakkhhh.. Baimm"


ku tarik kontolku, ku hentakan kembali dengan kencang


"aauuwwwhhh...sshhhh..pelan iim"


Ku percepat gerakanku dan ku cengkram teteknya dari belakang, Ustadzah melenguh menikmati sodokan demi sodokan yang ku berikan..kelemahan Ustadzah Ikha adalah ketika sudah mencapai orgasme pertama, aelanjutnya dia akan lebih cepat orgasme lagi, hentakan demi hentakan terus kulakukan, ku percepat hentakan kedalam memek Ustadzah Ikha


"aakkhh... iyaaa sampai lagii iim.. aahhhh..lepas...lepas..aahhh baimm.. "


kutekan kontolku sedalam-dalamnya hingga kurasakan cairan hangat orgasme Ustadzah tertahan oleh kontol ku, tubuhnya berontak seakan ingin melepas kontol ku dari dalam memeknya dan menikmati orgasme keduanya, namun tetap kutahan membuat kaki Ustadzah bergetar menahan orgasme hingga terduduk lemas. ku biarkan Ustadzah istrirahat sejenak, kembali ku lihat halaman depan, tak ada lagi kak Ira disana, persetan dengan dia, aku tak peduli, tubuh Ustadzah yang tergeletak KUA angkat ke bangku dan ku tunggingkan lagi, kini dia bertumpu pada lutut nya sleep... Jleeb.. tanpa basa-basi kontol ku langsung amblas kedalam memek Ustadzah Ikha yang telah banjir oleh cairan orgasmenya..ku sodok memeknya secara perlahan sebagai ritme awal, agar Ustadzah merasakan rileks sesaat, setelah agak lama ku percepat gerakan kontol ku dengan membabi-buta


"Sssshh.. Terusss iim.. Uuu..uuhhh.. Iyahh sodok memek ustadzah iimm.. biar lecet memek umii iimm.. akhhh.. nikmat... Ustadzah ga kuat iimm.. Oohh.. Kamu kamu hebat baimm.. Nikmaaa.aatt ahhh.. "


"Baim hampir keluar Ustadzah ku sayaang hhuuhh.. arrrghhh.. "


"diluar iim. Umi mau telan air mani kamu.. Ahh.. Teruss ituun ahh datang lagi lagi.. Oohh.. Nikmatnyaaaaaa ahhh.. Baimmm umi keluarrrrrrr...."


Bersamaan dengan bergetarnya tubuh Ustadzah Ikha, ku cabut kontol ku dan ku arahkan ke dalam mulutnya, dia melahap tanpa tersisa, lalu ambruk ke lantai dengan sisa spermaku yang menetes dari bibirnya


"Baim, kenapa cuma kamu yang buat umi puas.."


Mendengar pertanyaan nya aku hanya tersenyum simpul.,.lalu ku kecup kening Ustadzah Ikha, dan membantunya berdiri. Ustadzah pergi dari balkon dalam keadaan telanjang bulat, dan aku kembali kekamar lalu berbaring tanpa busana.


Malam yang indah...kurasa ini bukan akhir dari skandal kami, bulan puasa ini akan ada saatnya Ustadzah ikha meminta jatah padaku.. Kita lihat saja sampai sejauh mana Ustadzah Ikha bisa bertahan tanpa kepuasan....

Pukul 03:40 aku terbangun dengan keadaan tubuh masih telanjang, seluruh badanku terasa pegal, namun aku harus segera bangun untuk mandi junub dan melaksanakan sahur, sebelum ke kamar mandi aku lihat dari pintu yang terbuka Ustadzah Ikha dan bang Radi sedang bersiap untuk sahur, aku pun berlalu menuju kamar mandi, namun.. sepertinya ada orang sedang mandi, tapi siapa? pikirku dalam hati, Ustadzah Ikha dikamar sama bang Radi, lalu siapa orang yang mandi didalam? Lalu...tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka..


"Astagfirullah Baim, bikin kaget aja.."


ternyata yang keluar dari kamar mandi adalah Kak Ira adik Ustadzah Ikha, sepertinya dia baru selesai mandi dan masih menggunakan handuk yang melilit tubuhnya


"Lho, kak Ira..kok... " belum selesai aku bicara kak Ira sudah berlalu meninggalkanku


Aku pun segera masuk kamar mandi, sehabis mandi aku menuju kamar mengganti baju dan celana boxer saja, lalu aku menuju ruang makan, di ruang makan ada Ustadzah Ikha yang hanya menggunakan daster tanpa lengan dan jilbab langsung sebahu sedang menyiapkan makanan untuk sahur, bang Radi pun sudah duduk di ruang makan, aku segera duduk di samping bang Radi lalu muncul kak Ira menggunakan kaos ketat lengan pendek yang menampakan lekuk tubuhnya karena tanpa jilbab yang biasa dia gunakan, hanya menggunakan lilitan handuk dikepalanya, saat sedang makan aku berbasa-basi dengan kak Ira


"Kak, suami kakak mana...tumben kak Ira nginep disni?"


"Suami kakak dinas iim, keluar kota.. minggu depan baru pulang, makanya kakak numpang disini, takut sendirian soalnya hehehe"


"Oo... kakak kesini jam berapa, kok Baim ga liat?"


"Ya..sekitar jam 12 malam...udah pada tidur semua untung kak Ikha bangun pas aku telpon, sambil telanjang bukain pintunya ngiggo kali dia hihihi"


"Hust...kamu ini dek...malu tau ada Baim"


Selesai makan aku pamit kekamar melanjutkan tidur, sedangkan kak Ira dan Ustadzah Ikha mencuci piring di dapur, sepertinya Bang Radi juga melanjutkan tidur karena kulihat dia berjalan ke kamar.


Ketika matahari bersinar terik aku baru bangun, kulirik jam di hp menunjukkan pukul 12 lewat, ada notifikasi WA tapi ku abaikan, saat ke kamar mandi untuk cuci muka dan aku merasa rumah dalam keadaan sepi seperti tak ada orang, ku coba buka notifikasi WA tadi ternyata dari Ustadzah Ikha.


"Baim, umi, abi dan anak-anak keluar sebentar, kak Ira juga ikut, tadinya umi mau bangunin kamu tapi ga jadi kayaknya kamu capek banget, jadi kami pergi duluan, Ira mau ke tempat temannya jadi dia nebeng kami sekalian, nanti kamu jemput umi sama Hasiya ya.. Abi mau service mobil dulu, bisa magrib di jalan kalo nunggu service selesai, Nanti umi kabarin kalo udah mau pulang"


Untuk mengisi kegabutan aku menonton tv dan bersantuy di ruang tamu, kira-kira pukul 13:10 Ustadzah Ikha menelepon agar aku menjemputnya, dengan sepeda motor aku pergi menjemput Ustadzah, sejam kemudian kami sudah tiba di rumah, lalu Ustadzah ikha menidurkan Hasiya yang kelelahan, setelah Hasiya tidur Ustadzah Ikha ke ruang tengah menghampiriku.


"Duh, capek banget iim... Panas pula"


Ustadzah mengeluh sambil mengipasi diri dengan tangan, ternyata waktu menidurkan Hasiya Ustadzah juga mengganti pakaiannya dengan daster tanpa lengan dan jilbab langsung sebahu yang dipakainya waktu sahur


"Iya panas banget diluar"


Dengan cuek ku jawab keluhan Ustadzah, lalu aku lanjut menonton, tak terasa jam dinding menunjukkan pukul 17: 35 berarti sebentar lagi waktu buka puasa, Ustadzah tertidur di sofa panjang sedangkan aku asik menonton tv di sofa samping Ustadzah, aku bertanya dalam hati sudah menjelang magrib kenapa bang Radi maupun kak Ira belum juga pulang, hingga akhirnya Adzan magrib pun terdengar, sudah waktu nya berbuka puasa...kulihat Ustadzah Ikha masih tertidur dengan daster yang tersingkap karena posisi kaki yang kanan lurus yang kiri tertekuk ke atas, Karena sudah waktu berbuka puasa timbul niat iseng...ku angkat daster Ustadzah hingga perut dan ku buka cd pink yang di pakai Ustadzah, sedikit demi sedikit kontolku mulai megeras, ku elus kontol ku hingga tegang maksimal, setelah tegak maksimal langsung kumasukkan ke dalam memek Ustadzah Ikha yang masih tidur, agak sedikit sulit karena kondisi memek Ustadzah masih kering, setelah masuk sebagian langsung ku hentakkan lebih dalam, Membuat Ustadzah terkejut dan terbangun membuka matanya

"Astaga, Baim ngapain kamu?? inget puasa im..!!" Ustadzah menahan badanku


"Magrib udah lewat Ustadzah" Jawabku sambil melanjutkan gerakan kontol ku


"Sstt ahh... tapi.. Ira, sama abi Hasiya dimana?" Sambil mendesah Ustadzah Ikha bertanya cemas


"Mereka belom pulang" Jawabku singkat, sambil ku cium bibir Ustadzah agar berhenti mencemaskan keadaan


Ustadzah memeluk tubuhku sambil menikmati hentakan demi hentakan kontol ku.


"Ohh, baimm. Nakaal.. Ssstt Umi lagi tidur langsung disodok.. Ssst ahhh "


"Siapa suruh mancing mancing.. Udah tau puasa, pake daster longgar tanpa lengan lagi.. Rasain nih.."


Seketika ku angkat lebih keatas daster Ustadzah Ikha dan raba bh nya lalu ku lepas kaitannya, kuhisap puting tetek Ustadzah Ikha


Plak,plok plak, plok.....

bunyi benturan paha dan kelamin kami


"Ohh tuhann.... Nimatnya buka puasa dientot kamu iim.. Aahh sstt terus baimm.."


ku pacu gerakan ku..ku remas kedua payudara Ustadzah dengan keras membuat dia terkadang sedikit merintih kesakitan....


Puas dengan teteknya, ku tunggingkan Ustadzah Ikha, bersiap menyodok memeknya kembali.


"Ohh yaa iimm. Itu.. Ssstt.. Nikmat sayang"


Kembali ku mainkan tempo sodokan kontol ku pada memek Ustadzah Ikha. Pelan..pelan...pelan..dan sedikit hentakan..


Plokk..plook..plokk... Plooooook...


Suara kelamin kami beradu satu sama lain...ku remas tetek Ustadzah Ikha daru belakang, ku mainkan putingnya dan ku percepat sodokan ku pada memeknya.


"Ahhh.. Ya yaa.. Sttt.. Uhh.. Terus iimm.., enak banget buka puasa kayak gini iim.. Ustadzah belum pernah.. Ahh.. Kontol kamu iimm nyodok memek ustadzah sayaang.. Ssstt teruss ahhhh tuhaann...ssstttt.. Nikmatnya"


Desahan Ustadzah Ikha membuat kami makin terbawa suasana hingga kami tak mendengar suara yang datang dari luar, tiba-tiba seseorang datang....


"Kak ikha... udah buka puasa belum, nih Ira bawain don..." Ucapan kak Ira terhenti dan menjatuhkan donat yang dibawanya, lalu ia menutup mulut dengan tangan dan matanya melotot melihat kontol ku sedang berada dalam memek kakak nya, aku menatap ke arah Ustadzah Ikha dan dia pun menatap bingung padaku akhirnya kami sama-sama terdiam, tiba-tiba kak Ira berlari keluar Ustadzah Ikha bangkit mengejar, sedangkan aku ambruk dan terduduk di sofa, tak percaya atas apa yang baru saja terjadi, dan memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.


"Ira.. Tunggu kakak" Ustadzah Ikha menarik lengan kak Ira yang mau melewati keluar


"Apa lagi kak? apa lagi? "


"Dengerin penjelasan kakak dulu"


Ustadzah berbicara dengan tubuh masih dalam keadaan telanjang


"Dengerin apa? ini bulan ramadhan kak, dan kakak sudah punya suami tapi.. tapi.. kenapa kakak melakukan hubungan suami istri sama Baim..?? dosa kak...kakak udah zinah dan khianatin suami kakak sendiri"


Terjadi perseteruan antara adik-kakak, sementara aku hanya bisa diam terpaku tak tau apa yang mesti ku lakukan


"Apa, apa lagi alasan kakak?.. Jadi yang aku liat semalam dibalkon atas bukan kakak sama bang Radi.. kakak bohong kan? Hah...alasan apa lagi..?kakak ga jauh beda sama pelacur murahan...dasar Ustadzah lonte...!!"

makian kak Ira terhadap kakaknya semakin menjadi-jadi


Plak...!!


"Kurang ajar kamu ya..kamu berani ngatain kakak mu sendiri pelacur, siapa yang ngajarin kamu? Dasar adik kurang ajar...!!!"


Sambil memegangi bekas tamparan kakaknya, kak Humaira berlalu pergi sambil menangis, pada saat yang bersamaan Ustadzah Ikha juga ikut menangis..ku peluk dirinya agar lebih tenang dan ku belai rambutnya yang sedikit basah terkena keringat permainan kami tadi


"Jangan menangis Ustadzah, kita harus terima apapun resikonya, ini memang salah Baim, biarkan dulu kak Ira...nanti kalau emosinya saudah reda kita bicara baik-baik denganya"


Ustadzah Ikha yang sudah mulai tenang kembali mengelus kontol ku, lalu bergerak kebawah dan mengulum kontol ku..dilahapnya dengan rakus kontol ku seakan melampiaskan emosinya pada kontol ku, saat sedang asik menikmati kuluman Ustadzah. tiba-tiba terdengar suara mobil bang Radi memasuki halaman rumah, dan dia berteriak


"mii...Abi.. pulang,

laper belum buka nih..."


Aku dan Ustadzah Ikha terkejut, segera ku rapihkan pakaianku dan kubawa ke atas, begitu juga Ustadzah Ikha, ia buru-buru mengambil bh dan cd nya dan berlalu ke kamarnya, lalu Ustadzah keluar kamar hanya memakai handuk. dari balik tembok sebelum balkon Ustadzah berteriak menjawab teriakan bang Radi


"Iya bii..abi makan aja dlu, umi mau mandi dulu"


"Loh kok umi pake anduk doank. Emang ga ada Baim?"


Ustadzah asik berbicara dengan bang Radi dalam keadaan sedikit nungging, dari balik tembok kecil ku masukan kontol ku dan ku hentakan ke dalam memek Ustadzah Ikha.


"Baa.. iimm...uuhh..,, dia lagi tidur bii.. Sshhh...yaudah umi mandi dulu ya.. pedes nih tadi abis makan" Ustadzah Ikha beralasan pada suaminya sambil mendesah


Suami Ustadzah pun menuju ruang makan...ku lanjutkan kembali persetubuhan kami yang dua kali tertunda, Ustadzah Ikha dengan cepat menguasai keadaan..ia berusaha menahan desahannya agar tak terdengar..


"Sshh...cepet iim, nanti suami umi keburu naik kesini, ahh.. duhhh.. hhmmpp.. terus iim...mmmppffff" Ustadzah sebisa mungkin menahan desahanya


"Uhh.. Sshhh.. enak baim.. enak banget kontol kamu..puasin Ustadzah sayaang.. hhmmpp bentar lagi.. ppfff.. mmmhhh...aku nyampe iim.. Akhhh lebih dalem sodoknya sstt..ahhhh.."


Ku percepat sodokan ku.. erangan demi erangan tertahan dari mulut Ustadzah.


"ahh.. aku akuu.. Sampai iimm.. hssssstt.. aaarrggghhhh"


Ketika orgasme Ustadzah Ikha tak bisa menahan suaranya.. aku pun hampir mencapai klimaks, karena binggung mau di kelarkan dimana, akhirnya ku keluarkan sperma ku di dalam memek Ustadzah Ikha.


"kenapa mii?" bang Radi bertanya karena mendengar desahan Ustadzah saat orgasme tadi


"ini..mmm.. ada tikus bii"

Ustadzah Ikha coba bebohong, setelah selesai aku berlalu kekamar ku dan Ustadzah Ikha masuk kekamar mandi


Malamnya aku tak melihat kak Ira dirumah, semenjak kepergiannya tadi dia belum kembali lagi, entah apa yang terjadi besok, mungkinkah dia mengadukanya pada bang Radi? Aku harus terima resikonya l, dan menghadapi semuanya dengan gentle



Sudut Pandang Ustadzah Ikha

Dulu aku adalah seorang gadis dengan kehidupan yang bebas, apapun yang ku lakukan tak pernah ada yang melarang, meski demikian aku tidak bergaul dengan sembarang orang, aku selalu pilih-pilih apalagi masalah pasangan, aku selalu selektif dalam memilih pasangan, walau sering berganti pacar tapi aku masih bisa menjaga keperawanan sampai menikah, dulu aku berpikir seks adalah kewajiban seorang wanita untuk memuaskan lelaki, awalnya aku hanya mengenal cium dan pelukan, lalu dari pacar ke-5 aku mulai mengenal oral, pada saat itu aku pikir oral adalah makna seks yang sebenarnya, karena dengan mengisap kemaluan lelaki hingga keluar sperma berati telah meredakan nafsu syahwat laki-laki.


Setelah menikah dengan bang Radi, perlahan-lahan kehidupanku mulai berubah, bang Radi adalah seorang pria lulusan pesantren, dengan kesabarannya dia mampu mengubah hidup dan cara berpakaianku menjadi lebih religius, dengan telaten ia menuntunku ke jalan yang benar, tetapi semenjak anak ke-2 yang ku beri nama Haisya lahir, aku mulai merasa jenuh dengan sikap suamiku yang tak lagi memperhatikan keluarga, dia hanya memprioritaskan pekerjaan dan cari uang, selama ini ia hanya memikirkan kebutuhan lahir tapi mengabaikan kebutuhan bathin ku, untuk urusan seks terkadang aku yang merengek meminta padanya, tetapi aku tetap bersyukur atas semua yang diberikan Tuhan kepada ku, semua ini aku jalani dengan ikhlas, ku ikuti takdirku seperti air yang mengalir mengikuti arus, walau terkadang rasa bosan itu datang menghampiri, namun selalu bisa ku alihkan dengan menyibukkan diri dalam bidang keagamaan.


Akan tetapi...semuanya berubah saat aku mulai dekat dengan seorang pemuda yang bernama Baim, dialah pemuda yang mengenalkanku akan arti seks yang sebenarnya, seks yang saling memberikan kepuasan, juga mengenalkanku cara menikmati seks hingga orgasme, semua itu tak pernah kudapatkan dari suamiku sejak awal kami menikah hingga detik ini, 


Baim membuat ku sampai lupa diri... lupa bahwa aku adalah seorang Ustadzah, aku sangat menikmati setiap sentuhannya, aku terbuai dalam permainan pemuda itu, dia pandai memainkan libido ku, cara dia memperlakukan diriku membuat aku tergila-gila padanya, membuatku selalu ingin bersetubuh dengannya, aku rela memberikan seluruh tubuh ini padanya, bahkan kini aku jarang bersetubuh dengan suamiku sendiri, mungkin aku sudah jatuh cinta kepada Baim, setiap sodokan kontolnya membuat memek ku tak bisa lagi menikmati kontol bang Radi, aku seperti seorang budak seks yang tunduk dan takluk pada Baim.


Sejak Baim memberikanku kepuasan aku semakin terpikat padanya, tak jarang ku kirimkan foto selfie bugil ku hanya sekedar untuk memancing syahwatnya, tapi anak itu pandai sekali, dia tak mudah dipancing, dia tidak langsung menghampiriku apalagi menyentuhku, dia pandai mengendalikan diri, bahkan sebelum seperma nya keluar...dia bisa membuatku orgasme, dia mampu mengontrol ejakulasinya.


Aku tau ini adalah sebuah dosa besar yang dilarang oleh agama...

Aku tahu kalau aku telah mengkhianati suamiku...Tapi... suamiku sendiri tak bisa memberikan kepuasan seperti yang diberikan Baim padaku, suami yang telah memberikan dua keturunan padaku, aku tak pernah mengerti akan keinginanku sendiri, aku ingin merasakan suamiku ganas seperti permainan Baim, ketika kontolnya mengobrak abrik liang vaginaku, aku ingin dan aku berharap suamiku-lah yg memberikan itu.. Tapi..ternyata... hanya Baim yang mempunyai sejuta cara yang membuat lobang memekku memohon dan mengemis agar disodok terus oleh penisnya, aku sangat ingin suamiku seperti itu...


Saat malam tiba aku berimajinasi saat aku tidur dalam keadaan telanjang, suamiku secara diam-diam memasukan kontolnya kedalam vaginaku dan mengobok-obok memek ku sampai aku orgasme, tapi itu tidak pernah menjadi kenyataan, pernah suatu hari...ku coba masukkan obat kuat kedalam kopi yang ku buat untuk suamiku, dengan harapan agar malam nanti dirinya bisa tahan lama dan memberikan aku orgasme, tapi.. itu tak terjadi...walaupun obat kuat itu sudah diminumnya... dia bertahan paling lama hanya sekitar 5 hingga 8 menit, jauh berbeda dengan Baim... ya hanya Baim, entah kenapa anak itu bisa membuatku orgasme berkali-kali, dan kenapa akal sehatku selalu lenyap bila bercinta dengannya, tetek besar ku ini selalu gatal jika sehari tak disentuh olehnya, yang ku pikirkan hanya sodokan demi sodokan yang Baim berikan padaku, aku dengan sadar selalu memancing nafsu Baim dengan cara apapun.


Saat ada suamiku ditoko pun Baim dengan gagahnya dapat memuaskan ku, melumpuhkan logika dan akal sehat ku, dan aku pun dengan senang hati melampiaskan nafsuku padanya, bahkan tak habis pikir aku justru semakin birahi ketika tau adik kandungku melihat kakaknya yang seorang Ustadzah ini disetubuhi oleh pemuda yang bukan suaminya, pernah aku memancing Baim ketika sedang ingin melaksanakan sholat, dengan sengaja aku menggunakan mukena tanpa sehelai benang pun menutupi bagian tubuhku


Aku merasa terbang melayang ketika Baim mengatakan bahwa aku cantik dan seksi, saat aku marah padanya aku mencoba tak menjumpainya, aku berharap Baim mencari diriku lalu membujukku dan memelukku saat itu juga.. tapi... dia tetap tenang dengan sikap pura-pura cuek, dia tidak berusaha mencariku, Pura-pura tak mempedulikan ku, bahkan menanyakan lewat WA pun tidak sama sekali, padahal aku sangat menginginkannya, aku sangat ingin dia datang menghampiriku dengan amarahnya memaksaku bersetubuh, aku ingin dia menjamah seluruh tubuh ku yang bugil dengan kasar, memasukan jari-jemarinya kedalam lubang vaginaku dengan kencang, memaksa batang kontolnya terbenam dalam memeku, hingga membuat ku menjerit, merintih, memohon hingga mengerang dengan kenikmatan yang Baim berikan.


Namun...kini dia menghilang secara tiba-tiba, tanpa pesan dan lambaian tangan, bahkan ketika ku hubungi nomernya tidak aktif, mungkin dia pergi tanpa pamit karena hubungan perselingkuhan kami diketahui oleh adikku, hari ini tepat seminggu dia pergi, anak-anak merengek menanyakan dia, dan suamiku pun ikut menanyakan kepergiannya, Aku binggung... harus menjawab apa, aku tak mau suamiku curiga, aku khawatir padanya... aku merindukannya... mungkinkah rasa sayang dan cintaku terhadap bang Radi telah berpindah padanya? kemanakah Baim pergi? Mungkinkah dia kembali ke kota asalnya? Tidak mungkin... pakaian, dan peralatannya masih ada di kamar yang kusediakan untuknya.


Kepergian Baim membuat ku semakin murka pada adik ku Humaira, karena dia Baim jadi pergi, Baim kembali lah.. aku merindukanmu....


-----------------------------------------------------------

---------------------------------------------------

-------------------------------------------

-----------------------------------


Aku berbaring di kamar, suara lantunan orang sholat tarawih menggema hingga kamar, pikiranku berkecamuk tak karuan, apa yang akan terjadi nanti? telah ku coba menghubungi kak Ira, namun tak ada jawaban, meski berkali-kali aku telpon, tapi tak juga diangkat olehnya, aku tak tahu apa yang harus ku lakukan, apa lebih baik aku pergi saja? atau tetap disini dan bertanggung jawab atas semuanya? kalo aku terus disini lalu kak Ira ngadu ke bang Radi, pasti aku akan habis dimaki-maki bahkan dipolisikan, hancurlah reputasi ku, tapi jika aku pergi berati aku bukan lelaki yang bertanggung jawab, dan justru menambah kecurigaan bang Radi terhadapku, aku harus cari akal...


Kak Ira tidak bisa masak, pasti sahur ini dirumahnya tidak ada makanan, sebaiknya aku rayu dia waktu sahur nanti aku bawakan makanan sahur untuknya, berati malam ini aku harus tidur lebih awal, biar bsa mengantarkan makanan kerumah kak Ira, pukul 03.10 aku sudah bangun, Ustadzah Ikha masih tidur aku bergegas menghangatkan makanan dan membungkus makanan untuk saur kak Ira dan setelah semuanya siap aku ketempat kak Ira.


Setibanya dirumah kak Ira suasananya terlihat gelap, ku pencet tombol bel, namun tak ada jawaban, lama ku menunggu hingga putus asa, mungkin dia tidak pulang kerumah, baru saja aku ingin pulang, kak Ira muncul membuka pintu dengan mata yang masih mengantuk, sedangkan pakaianya hanya menggunakan tanktop dan hotpans saja, akuterperangah melihatnya..baru saja aku mau bicara kak Ira keburu sadar kalau aku yang datang, ia buru-buru hendak menutup pintu kembali. Namun ku cegah...


"tunggu kak "


"mau apa lagi kamu"


"ini makanan untuk sahur kakak "


"Sudah sana pergi kamu.. Aku ga sudi kenal penjahat kelamin kayak kamu"


Makianya padaku membuat ku kesal, tapi aku mencoba untuk bersabar, dengan sigap aku langsung masuk dan menutup pintu.


"dengar aku dulu kak..kak ira belum mendengar penjelasan dari kami"


Tiba-tiba dia ingin berteriak, karena takut didengar tetangga, terpaksa ku bekap mulut kak Ira dengan tangan, niat ku hanya ingin mengatarkan sahur dan menjelaskan peristiwa kemarin bukan ingin menganiaya dirinya, tubuh kak Ira yang hanya memakai tanktop tanpa bh membuat ku bernafsu padanya ditambah cetakan cd dan gundukan vaginanya terlihat menerawang, dan wow... sepertinya dia hamil, bisa jadi... mengingat baru 4 bulan yang lalu dia menikah. perutnya agak sedikit membuncit, kondisi saat ini dengan keadaa kak Ira yang sedang marah dan benci padaku gak mungkin aku bertindak lebih jauh, tak lama kemudian akhirnya kak Ira melamah


"Apa mau mu iim?"


"dengerin penjelasan Baim dulu kak"


"Penjelasan apa lagi, ga cukup kalian buat aku shock karena ulah bejad kalian hah?"


"Kak jangan marah, Baim minta maaf.. ini semua bukan salah Ustadzah Ikha...ini salah Baim, dan Baim yang memulai semuanya"

Sengaja kulimpahkan kesalahan padaku, agar kak Ira tidak marah


Plaaak, !!! Sebuah tamparan mendarat kencang dipipiku.


"Udah lah iim, pergi kau dari sini.. aku gak mau liat bjingan kayak kamu, dan bilang sama pelacur mu itu, suruh lepas jilbab nya, ga usah sok suci dia....pergi kamu, pergi...!!!"


Dengan penuh emosi kak Ira mendorongku keluar


Merasa diremehkan karena ditampar, emosiku pun jadi terpancing, ku peluk kak Ira dari belakang dan ku bekap mulutnya, lalu ku tarik dia menuju kamar agar tak dilihat oleh tetangga, kak Ira berusaha meronta namun tenaganya tak kuat menahan cengkraman ku.


"Baim lepas..mau ngapain kamu?"


"diam..!! kau udah buat ku emosi...!!"


"Baim, jangan kurang ajar..!!"

"Lepasin aarrggahh"


"Denger kak...Baim mau ngomong baik-baik sama kak Ira, tapi kak Ira ga ada itikad baik untuk dengerin penjelasan kami, dan sekarang kak Ira tampar Baim, kak Ira belagak suci tapi tampil didepan Baim cuma pakai celana seksi dan pakai tanktop tanpa bh"


sreeeeeeeekkkk..!!!!


Suara tanktop kak Ira yang robek karena ulahku, dan nampaklah gundukan payudara putih dengan puting merah muda hampir kecokelatan


"Ahh.. Jangan baim.. Jangan.. Lepasinn... Kurang ajar kamu baim"


kedua payaudara milik kak Ira kuremas dari belakang, terkadang kucubit pentil payudaranya dengan geram


"Auhh.. Baim sakit... Aahh... Lepasin.. Lepasin kakak " sekuat tenaga dia meronta, melepas dekapanku.


Ku jilati leher belakang kak Ira.. lalu pindah ke telinganya...ku jilat.. dan ku gigit pelan, ia masih berontak sekuat tenaga, kepalanya dengan berpindah pindah seiring dengan ciumanku di lehernya, sambil tetap mempermainkan teteknya, tangan kananku coba membuka hotpants yang dipakainy dengan paksa, lalu kulanjutkan merobek CD nya, dan kini kak Ira telanjang bulat di depanku.. ku gesekan tangan kanan ku ke memeknya dan yang kiri tetap memainkan payudaranya, penolakan kak Ira seperti mengendur, Ku hempaskan tubuh kak Ira ke kasur, aku tak peduli kalau dia adik Ustadzah Ikha.


Saat ini yang ada dalam pikiranku hanyalah bagaimana caranya agar membungkam dia agar tidak membocorkan rahasia antara aku dan Ustadzah Ikha, ku ambil Hp dari saku lalu ku foto tubuh telanjang kak Ira sebanyak mungkin, kontol ku menegang dibalik boxer ingin segera merasakan jepitan vagina pengantin baru yang sedang hamil muda ini, tapi ku tahan aku hanya ingin bermain-main dengannya sebentar, dengan kasar ku jambak rambutnya dan ku tekan pipi kak Ira hingga mulutnya terbuka dan ku paksa menelan kontol ku..aahh lembutnya mulut pengantin muda ini, mulut seorang gadis yang sempat menjadi pujaanku, kini bisa ku rasakan lembut bibirnya diantara kontol ku, dalam keadaan belum klimaks ku hentikan aksi ku, sudah cukup aku bermain-main dengan mulutnya, karena saat ini bukan waktunya untuk memuaskan nafsu


"Dengar kak, Baim sudah foto tubuh telanjang kakak, jadi jangan sampai kakak ngadu ke bang Radi atau lapor polisi, apabila rahasia kami bocor, foto ini bakal terpampang disemua sosial media, dan ingat suami kakak orang penting, So...jangan sampai hanya karena foto ini suami kakak harus menanggung malu dan terkena imbasnya"


Setelah menggertak kak Ira, aku pergi meninggalkan rumah kak Ira dan pergi sejauh mungkin menghilang tanpa jejak....!!



Sudut Pandang Kak Ira (Humaira)


Kak Ira
Humaira Lestari (Kak Ira)


Malam itu...malam yang sangat menyakitkan bagiku, disaat semua orang memperbaiki diri agar menjadi lebih baik dibulan puasa, justru aku melihat dengan mataku sendiri, kakak kandungku yang merupakan seorang Ustadzah dan dikenal warga setempat, sedang mendesah nikmat disetubuhi oleh pemuda bernama Baim yang ku anggap sebagai pemuda yang baik dan sopan.


Setelah kejadian itu pandanganku terhadap kakak ku Ikha dan Baim berubah, tapi aneh nya aku justru menyukai apa yang aku lihat saat itu, bukan melihat kakaku yang sedang mendesah, tapi alat kelamin Baim lah yang membuat aku terkejut, diusia yang masih terbilang muda, dia memiliki penis yang besar dan panjang, namun yang membuatku kesal mengapa harus dengan kakakku yang Ustadzah, bukankah itu hal yang dilarang oleh agama.


Tiba-tiba muncul pertanyaan dalam benakku, dari permainan yang ku saksikan dibalkon terlihat jelas kak Ikha menikmati apa yang Baim lakukan padanya, begitu juga dengan yang kulihat sebelumnya, seorang wanita yang tak ku kenal mengerang menikmati permainan Baim, apakah senikmat itu bercinta? saat malam pertama dan malam lainya dengan suamiku rasanya tak sampai begitu, aku hanya menjalankan kewajiban sebagai istri melayani suami, dan sebagai ritual untuk mendapatkan anak, setelah suami puas selesailah tugasku sebagai istri untuk melayani suami, tapi kenapa kak Ikha terlihat sangat menikmati setiap gerakan kelamin Baim saat menghujam vaginanya?


Setelah pergi dari rumah kak Ikha malam ini aku sendiri dikamar, suamiku sedang bertugas diluar kota, aku kepikiran apa yg ku lihat saat itu "Apakah senikmat itu rasanya bercinta?" Aku jadi berpikir... sejak beberapa bulan yang lalu aku menikah, setiap tubuhku dijamah dan dicumbu oleh sang suami, aku tidak merasakan nikmat apapun, hanya rasa geli yang kurasakan, yang ku tahu... aku hanya menjalankan tanggung jawab seorang istri untuk memuaskan suami, bagaimana caranya suami bisa terpuaskan, agar bisa membuang air mani nya kedalam rahim ku, dari situ aku sudah cukup merasa senang, berharap air maninya menjadi janin dalam rahimku, namun tak sedikitpun aku merasakan nikmat seperti yang dirasakan oleh kakak ku, dan aku tidak pernah mengeluarkan erangan seperti kak Ikha, hanya sedikit desahan karena menahan geli.


Saking terlenanya dengan peristiwa itu aku jadi lupa waktu, ternyata hari sudah larut malam, tapi mata ini masih enggan terpejam, perasaanku berkecamuk antara marah dan penasaran...marah atas peselingkuh kakak ku, tapi penasaran akan kenikmatan bercinta yang dilakukan Baim pada kak Ikha, ah..entahlah... daripada berpikir yang tidak-tidak lebih baik aku tidur saja, agar sahur nanti aku tidak kesiangan dan tidak kehabisan menu di warung makan langganan yang selalu ramai pada jam sahur


Pukul 03:15 aku terbangun karena mendengar suara bel yang di pencet oleh seseorang, dalam hati bertanya siapakah yang bertamu jam segini? tak mungkin suamiku yang datang, karena dia bilang masih beberapa hari lagi diluar kota, dalam keadaan masih mengantuk dan hanya mengenakan tanktop serta celana hotpants aku bergerak menuju pintu, malas rasanya harus berganti pakaian hanya untuk membuka pintu jam segini, saat ku buka pintu ternyata Baim yang datang, dia datang membawakan makanan untuk sahurku, tapi aku masih jengkel dengannya, rasa kesal ku semakin memuncak, tatkala dia mengakui bahwa dia yang memulai semuanya


Makian demi makian ku keluarkan padanya, ku luapkan emosi yang kutahan sejak semalam, tanpa kuduga dia masuk kedalam rumah lalu mendekap tubuhku, baru kusadari saat ini aku hanya memakai tanktop tanpa bra dan hotpants pendek yang hanya menutupi daerah kewanitaanku, aku tak berkutik... saat lengan kekar Baim mendekap tubuhku, sekuat tenaga aku meronta.. namun apa daya tenaganya lebih kuat dari diriku, apalagi dalam keadaan masih mengantuk seperti saat ini, Baim semakin menjadi-jadi dia menarik ku ke kamar, lalu menghempaskan tubuhku ke kasur, aku ketakutan dan menangis.


Saat dia lengah aku berusaha berlari keluar, namun dengan cepat Baim menangkap ku, ditariknya tanktop ku hingga robek dan...menyembul lah payudaraku yang putih dengan puting pink kecoklatan dihadapannya, pemuda itu meremas payudaraku dengan rakus menciumi dadaku.. Ahh...aku ingin menolak namun tubuhku merespon sebaliknya.

Dengan segala upaya ku coba untuk meronta... akal sehat ku menolak perbuatan cabulnya...namun tubuhku mengapa berkata sebaliknya? tubuh ini seakan menikmati perbuatan bejadnya padaku, dia meremas tetek ku dan dihisapnya seperti anak bayi yang baru lahir, pentilku dimainkan olehnya dijilat...dihisap... kadang... digigitnya... aku menangis agar dia iba dan menghentikan perbuatan cabulnya, namun..tubuhku tak menolaknya...semakin aku ingin meronta, tubuhku semakin menikmatinya. bahkan aku hampir mendesah ketika jari-jemari Baim dengan lihai menembus memek ku!! Ahhh.... ini dosa...ini zina.. kau mencabuli diri ku Baim...!!

Tapi.. Tapi.. tubuh ini enggan meronta, menikmati setiap sentuhan yang baim berikan padaku.. Mengapa..? Apakah..? Apakah ini kenikmatan yang dirasakan kakak ku... ?? Aku bingung atas semua ini...aku ingin sekali menolak... aku ingin berteriak dan meminta tolong, tetapi...suara teriakan itu tak pernah keluar dari mulutku, malah justru desahan demi desahan yang keluar seakan aku menikmati perbuatan Baim padaku..


Tiba-tiba Baim menghentikan perbuatannya, mengapa...mengapa batinku menginginkan dia tetap melanjutkan perbuatannya, tapi ternyata... dia mengeluarkan ponsel miliknya dan mengambil gambar tubuh bugil ku sebanyak mungkin, lalu dia berkata dengan mengancam agar aku tidak menceritakan kepada siapapun tentang peristiwa itu.


Aku tersudut dan Baim pergi begitu saja dari rumahku, aku terdiam memikirkan ulahnya, kenapa hanya dengan tangan dan mulutnya saja aku bisa merasakan nikmat yang tak bisa diungkapkan, kenapa dia tidak melanjutkan perbuatanya? mengapa dia tidak melampiaskan nafsunya? anak itu semakin membuatku penasaran, atau aku hanya penasaran ingin mengetahui kenikmatan yang kakak ku rasakan? tanpa berpakaian aku sahur dengan menu yang dibawakan Baim, lalu kembali tidur dengan keadaan tubuh masih telanjang, setelah itu kehidupan ku berjalan seperti biasa, tak ada kejadian yang berarti, dan setelah kejadian itu Baim tak pernah datang lagi kesini.


Tiga hari setelah kejadian itu, tepatnya pada pukul 21:25 kak Ikha datang ke rumah dengan penuh marah seolah-olah ingin menghajarku


"Ira...!! semua ini gara-gara kamu, karena ulahmu Baim tak ada kabar sampai hari ini...!!"


"Apa..?? Ngapain kakak cari dia..?? memek mu kangen sama kontolnya kah...??"


Plakkkk..


Kedua kalinya kaka menampar ku hanya karena pemuda itu


"kurang ajar kamu Ira...siapa yang ngajarin kamu melawan kakak kandungmu sendiri...??"


"Mestinya aku yang tanya, siapa yang ngajarin kakak selingkuh dari bang Radi...??"


"Sampai tubuh seorang Ustadzah seperti mu rela dijamah sama anak ingusan kaya dia..!!"


"Apa pantas kakak marah padaku... hanya karena penjahat kelamin itu?? kakak udah berzina sama orang lain, malah kakak yang marah sama aku, harus nya aku yang marah sama kakak...!!"


"Kalau mama-papa tau kelakuan kakak, bisa-bisa mereka mati jantungan karena ulah kakak...!!!"


"Masih bagus aku gak ngadu ke bang Radi, apa jadinya kalo bang Radi sampai tau istrinya Ikha yang Ustadzah mengerang mendesah keenakan dientot Baim bahkan dibalkon rumah nya sendiri..??"


"Aku jadi bertanya apakah benar bang Radi yang menyuruh Baim tinggal disana, atau kakak yang meminta bang Radi mengizinkan pemuda tinggal sama kalian, supaya kakak dan Baim bisa muasin nafsu binatang yang ada dalam diri kalian berdua"


bertubi-tubi caci-maki itu ku lontarkan kepada kakak ku, sudah tak ada lagi rasa hormatku padanya


"Iraa..!! dengarkan baik-baik.. kalau sampai terjadi sesuatu sama Baim, jangan harap aku akan menganggap mu adikku lagi...paham kau Ira..??!!

Seperti yang Baim lakukan padaku waktu itu, kak Ikha pergi setalah meninggalkan ancaman padaku, dan aku hanya bisa terhenyak sambil menitikkan air mata, Sebenarnya aku tak ingin mencaci-maki kakak ku, tapi rasa kesal dan benciku semakin menjadi, ketika dia lebih membela dan menghawatirkan Baim daripada keluarganya sendiri.


Esoknya pada hari ketiga Baim pergi, bang Radi bertanya kepadaku kemana perginya Baim, anak-anak bang Radi rewel tanpa kehadiran Baim, aku jadi merasa bersalah.. karena diriku lah yang membuat Baim menghilang tanpa jejak tak tentu rimbanya, akhirnya ku coba memberanikan diri untuk menghubungi Baim dan menanyakan dimana dia saat ini, namun WA nya hanya ceklist satu, pertanda sedang tidak aktif.


Waktu pun terus berlalu, sudah seminggu Baim pergi dari rumah kak Ikha, aku sedih melihat kak Ikha semakin murung, bahkan ia tak mau menyapaku lagi dan menghiraukan keberadaan ku, jam dinding sudah menunjukkan pukul delapan malam, aku termenung, sambil memandang jam dinding, kenapa aku masih terbayang perbuatan Baim padaku, masih jelas teringat perbuatan bejadnya padaku yang membuat tubuhku bergetar menikmati setiap sentuhannya...saat sedang asik mengenang perbuatan baim, tiba-tiba Hp ku berdering, kulihat ada balasan WA dari Baim


"MAU APA LAGI?? BUKANKAH KAK IRA TIDAK BUTUH PENJELASAN??AKU SUDAH MENCOBA MEMBERI PENJELASAN, TAPI KAK IRA TAK MAU MENDENGAR"


"AKU BERADA DI HOTEL **sensor** KAMAR 123, KALAU MAU MELABRAK DATANG SAJA KESINI, BAIM UDAH PASRAH, BAWA POLISI SEKALIAN BIAR KAK IRA PUAS..!!"


Balasan WA nya penuh dengan caps lock, seolah menggambarkan kemarahan yang ada dalam dirinya, begitulah balasan pesan yang Baim kirimkan padaku, aku pun bimbang, apakah aku harus kesana membujuk Baim agar pulang, tapi dihotel.. disebuah kamar.. masa aku pergi ke hotel dan berbicara berdua sekamar dengan Baim...sesuatu bisa saja terjadi jika laki-laki dan perempuan yang bukan mukhrimnya bersama berdua dalam satu kamar, kalo aku mengajak kak Ikha nanti dia berpikir bahwa aku yang menyembunyikan Baim di hotel, kalo aku mengajak bang Radi nanti Baim justru mengira kami ingin melabraknya, setelah mengalami pergolakan batin, dan berbagai macam pertimbangan, akhirnya kuputuskan untuk menemuinya seorang diri, aku akan meminta maaf, dan membujuknya untuk kembali kerumah kak Ikha dan setelah itu aku langsung pulang.


Dengan bimbang aku tetap pergi menuju hotel tersebut, sesampainya di sana aku masih diliputi keraguan, Bahkan dengan gugup aku mengetuk pintu kamar Baim, tanpa menunggu lama pintu kamar terbuka, Baim muncul dengan menggunakan celana boxer dan kaos singlet saja.


"Masuk kak"


"i..ii...iya makasih iim" aku menjawab dengan gugup


Sambil melihat seisi kamar aku coba duduk ditepi kasur disebelah Baim.


"Mau apa lagi kak? kenapa cuma dateng sendiri, bukanya kakak mau ngelabrak Baim?"


"engga Baim, kakak kesini mau minta maaf sama mau ngasih tau klo kakakku Ustadzah Ikha sedih karena tak ada kabar dari kamu"


"Bukankah ini yang kak Ira mau? biar aku jauh dari Ustadzah Ikha dan tidak melakukan zinah lagi"


"Bukan maksud kakak seperti itu iim, tapi kakak ikut sedih lihat Ustadzah Ikha semakin hari semakin lesu dan gak bersemangat lagi seperti biasanya, dia mengkhawatirkan kamu iim"


"apakah pantas seorang penjahat kelamin seperti Baim dipedulikan oleh orang kaya macam kalian?"


"Jangan ngomong begitu iim, bukan maksud..." belum selesai aku bicara Baim telah memotongnya ucapanku


"Jangan gitu gimana, kak Ira ga mau peduli dengan penjelasan ku, bahkan kak Ira mencap ku sebagai penjahat kelamin"


"Kak Ira tidak mau tau apa sebabnya kami bisa melakukan hal itu, Lalu untuk apa kak Ira menghawatirkan Ustadzah Ikha yang telah kakak cap sebagai pelacur?" ucapan Baim membuatku terpojok, aku tak bisa berkata-kata lagi, hanya bisa meneteskan air mata, Baim melihatku dengan tatapan iba, mungkin sisi baiknya mulai keluar, dirangkulnya aku dan kepalaku disandarkan ke bahunya, aku pun terbuai.. betapa nyaman bathinku saat ini, akal sehatku menyadarkan ku bahwa ini salah, tapi aku menyukai tindakannya saat ini padaku.


Dielusnya kepalaku yang tertutup jilbab, disela isak tangis tanpa sadar aku tersenyum, betapa hebatnya anak ini bisa membuat ku nyaman dalam kondisi begini, apakah ini yang selama ini dirasakan kakak ku saat bersamanya? Sambil tetap bersandar dipundaknya, aku mendengarkan alasan Baim mengapa perselingkuhan itu bisa terjadi, setelah tau bagaimana awal mulanya terjadi skandal antara Baim dan kakak Ikha, aku jadi mengerti apa yang selama ini kak Ikha rasakan dalam pernikahannya.


Dengan lembut Baim membelai kepalaku dan meminta maaf atas apa yang telah terjadi, dia usap air mataku yang menetes di pipiku, lalu dengan tiba-tiba dia mencium bibirku dengan lembut, dengan refleks aku justru membalas ciumannya, cukup lama kami berciuman, saat aku terbuai dengan permainan bibirnya dengan tiba-tiba pula dia hentikan ciumannya, lalu Baim menyuruhku pulang dan segera tidur.


Pintar sekali anak ini memainkan suasana hatiku, yang awalnya benci menjadi merasa nyaman dan damai hingga berubah jadi menyukainya, dipintu kamar Baim tersenyum seakan menebarkan pesonanya agar membuat seorang wanita menjadi nyaman dan damai saat bersamanya, ku akui dia sangat lembut dan pandai mengambil simpati wanita.


Aku menghela nafas lalu pergi dari hotel dan pulang ke rumahku untuk istrihat, didalam mobil aku melamun betapa aku begitu mengagumi semua perlakuan Baim padaku, namun perlahan lamunan itu buyar dan menyadarkan ku akan kenyataan, bahwa aku adalah seorang wanita yang telah bersuami dan sedang hamil muda....



---------------------------------------------------


-------------------------------------------


-----------------------------------



Setelah kak Ira pergi meninggalkan hotel, hatiku jadi berkecamuk, aku merasa iba saat melihat kak Ira menangis dan ku coba meredakan tangisnya dengan memberinya pelukan, hanya sebatas pelukan untuk menenangkan dirinya, sebisa mungkin aku menjaga syahwat ku, bukan aku munafik tapi saat ini aku sedang tidak mood


Malam semakin larut, langit semakin gelap diselimuti mendung, seperti hati ku yang gelap diselimuti kerinduan akan Ustadzah Ikha, ku rogoh saku dan mengambil Hp, lalu kubuka gallery hanya untuk melihat foto Ustadzah Ikha, banyak foto Ustadzah tersimpan dalam ponsel ini, sungguh aku tak bisa melupakan senyum manisnya, payudaranya yang indah, dan juga vaginanya yang mulus, bahkan aku sempat merekam video pergumulan ku dengan Ustadzah, setelah puas memandangi foto Ustadzah Ikha aku pun bersiap untuk tidur, semoga malam ini aku memimpikannya


Sore yang cerah aku bersantai sambil menonton tayangan youtube dari ponsel, sambil menunggu waktu berbuka kuhabiskan waktu didunia maya, saat asik melihat video lucu dering pesan di Hp mengalihkan perhatian ku, lalu ku klick logo WA pertanda ada pesan WA yg belum kubaca


"Baim, makasih udah mau berbagi cerita sama kakak..kamu ? nanti buka puasa dirumah kakak aja..kakak masak banyak hari ini"


Setelah membaca pesan WA kak Ira secara spontan kulihat jam menunjukkan pukul 17:25 sebentar lagi waktunya berbuka, sepertinya lebih baik berbuka dirumah kak Ira, menimbang saat ini aku sedang menganggur, lumayan ngirit pengeluaran hehehe...dan aku pun bergegas melaju dengan sepeda motor, tepat adzan magrib aku tiba dirumah kak Ira


"Asalamualaikum..."


"Walaikumsalam, tunggu bentar ya..."


Tak lama kak ira membukakan pintu, aku tersenyum dan kagum melihat Kak Ira dengan modisnya memakai jilbab langsung'an dan daster ala ibu rumah tangga tanpa lengan menyambutku tanpa canggung


"Oooh Baim.. masuk iim.. kalo mau buka puasa ambil aja di dapur.. kakak mau sholat magrib dulu"


Aku mengangguk dan segera menuju dapur, lalu mengambil makanan dan menu berbuka, tak lupa air dingin sebagai pelepas dahaga, setelah makan aku bersantai sejenak, tak lama kemudian kak Ira datang menghampiri ku.


"iim.. kak Ikha mau kesini, katanya mau ketemu kamu, maaf tadi kakak bilang ke dia kalau kamu ada disini"


"kenapa kakak kasih tau, kalo aku ada disini"


"kakak kasian iim, Kak Ikha kepikiran kamu dan anak-anaknya juga nanyain kamu terus, nanti sehabis tutup toko dia kesini"


"Yaudah kalo begitu. Oh..iya.. Suami kakak mana, kok ga keliatan??"


"belum pulang iim, besok malam baru selesai dinas. kira-kira lusa baru bisa pulang"


Aku pikir ini adalah kesempatan emas, sembari memandangi tubuh kak Ira yang dari tadi mengganggu pikiranku khayalanku tentang dirinya semakin liar, membuatku semakin penasaran ingin merasakan bagaimana rasanya vagina seorang wanita yang sedang hamil 4 bulan


"Hey...bengong aja"


"Ah...engga kok.. Baim mau balik ke hotel aja, makasih atas makanannya"


"ehh, jangan.. kak Ikha kan mau dateng kesini iim.. masa kamu malah pergi"


"hmm gimana ya.. Yaudah deh"


"nah gitu dong...nonton Tv aja dulu sambil nunggu kak Ikha datang"


Aku berlalu menuju ruang keluarga dan menyalakan Tv, sambil mencari channel ku buka baju dan celana panjang, kini aku hanya menggunakan celana pendek, sambil bertelanjang dada, aku sengaja melakukan ini berharap kak Ira terpancing dengan keadaanku, tak lama berselang kak Ira ikut gabung nonton Tv bersama ku, waktu pun berlalu, ternyata aku tertidur sambil nonton Tv , saat menoleh ku lihat kak Ira juga tertidur disampingku, dengan daster yang masih menutupi seluruh tubuhnya, aku penasaran dengan kemulusan tubuh kak Ira, kesempatan ini tak ku sia-siakan segera kusingkapkan daster kak Ira keatas hingga terlihatlah segitiga hitam yang kontras dengan putihnya kulit paha kak Ira, ku elus lembut paha mulus itu agar membuat sensasi geli agar kak Ira merasakan keberadaanku, ku sibak agak kekanan kain hitam pembungkus vagina kak Ira, ku endus dan ku elus vaginanya. terlihat ada sedikit pergerakan menandakan kak Ira merespon elusanku dengan setengah keadaan ini ku gunakan untuk naik dan menyingkap dasternya lebih ke atas, ku endus perut yang sedikit menonjol berisi janin itu, lalu angkat lebih ke atas lagi, ternyata kak Ira membuka matanya dan terkejut, dengan sigap ku tutup mulut kak Ira dan aku berbisik pelan sambil menatap matanya.

"ssstt.. kakak..diam aja, Baim tau kakak penasaran dan ingin merasakan apa yang Ustadzah Ikha kan...!!"


Aksi kulanjutkan dengan mengecup lembut bibirnya yang merah, awalanya dia menolak tapi tak lama kemudian dia mulai membalas ciumanku malah kak Ira memainkan lidahnya, perlahan tapi pasti Kontol ku mulai menegang di balik celana kolor, aku segera arahkan tangan kak Ira agar menyentuhnya, dia menghentikan ciumannya dan melihat ke arahku, dengan penuh nafsu diturunkannya celana kolor ku, dan dengan ragu kak Ira meraba seluruh permukaan kontol ku, berpindah-pindah seakan menelisik dan merasakan benda apa yg ada di genggamnya.


"baimm, ini???"


"ini kontol Baim kak.. yang bikin Ustadzah Ikha ketagihan"


"besar iim... aku takut"


"Ga perlu takut kak, dan nikmati aja"


Kualihkan pikirannya dengan melumat bibirnya kembali, ku cium dengan ganas, hingga air liur kami bertukar dan bercampur satu sama lain, kak Ira menyudahi ciuman kami dan memperhatikan tangannya yang sedang mengocok kontol ku, sepertinya dia terpana dan terus menatap batang kejantananku yang sedang dimainkannya, aku yang merasa jenuh lalu menyudahi permainan tangan kak Ira, dengan penuh nafsu ku buka dasternya, terkuaklah tubuh putih mulus kak Ira yang berlawanan dengan warna Bh dan Cd yang hitam, untuk ketiga kalinya kembali ku cium kak Ira sembari membuka kaitan Bh nya, menyembul lah gundukan kembar dengan puting yang menonjol merah kecoklatan, aku mulai bergerilya dengan meremas dan m menghisap payudara kak Ira, dia melenguh, mendesah, dan meracau bahwa selama masa kehamilan tak disentuh oleh suaminya yang pergi dinas luar kota, desahan kak Ira terdengar makin kencang tatkala ku pindahkan tangan dan ku kocok memek kak Ira yang sudah banjir oleh cairan birahinya


"ohh.. Baimmm.. ssstt..."


desahannya macu semangat ku untuk mengocok lebih cepat sekaligus menjilat memeknya secara bersamaan.


"sshh..ohh.. Baim....Jorook.. Jangaan.."


Tangan kak Ira berlawanan dengan ucapanya.. tanganya justru menekan kepalaku lebih dalam dan kuat, seakan menyuruh ku untuk menjilati lebih dalam lagi


"baimm,, oohh.. Kee..naaapa sshhh..

... nikmaat sekali iiimm..??"


tiba-tiba tubuh kak Ira sedikit terangkat dan menegang...pertanda akan mencapai klimaksnya, dan ku sambut dia dengan semakin mempercepat kocokan pada memeknya


"ohh. iim. kkaakkak maauu..piii....

piiipiissss ..ahhhh.. Baaaiimmmmm"


Kak Ira menyemprotkan air kenikmatanya kewajahku dengan tubuh menggelinjang dan terangkat tegang ke atas..


"huftt.. Baa..iimm. Huftt.. Tadi apa iim kk jadi pipiss kena kaamu"


"itu orgasme kak, gimana..? Enak ga?"


"iya iimm.. nikmat banget tadi, kakak capek iim...lemes banget..."


Tanpa mempedulikan ucapan kak Ira langsung ku tancapkan batang pelerku ke dalam memek kak Ira, dia menahan nafas dengan mata terpejam dan tubuh yang tegang


Body Humaira Lestari
Body Humaira Lestari (Kak Ira)


"Oouugghh.. Niikmaat.. kontol..kamu.. iiimmm... aakkkhhhhh"


dengan tempo yang teratur ku pompa pelerku keluar-masuk liang vagina kak Ira, desahan demi desahan terua keluar dari bibirnya yang mungil, seakan baru pertama kalinya dia berhubungan badan


"aakhh.. Sstt.. pelan iim..saakiitt..."

"aaww...peeriihh...aakhhh..."


Ku entot kak Ira dengan tempo tak beraturan dengan irama yang

kuat-kuat-pelan lalu kuat lagi,

memberi sensasi tak terduga pada kak Ira yang menggelinjang kenikmatan tak mampu menahan desahanya.


"Yaaa.. ampunn aahh.. Enakk.. sekalii

teruss genjot kakak iimm...sSSsshh.."


"apa kak..!? Gak salah dengar..!? Ini kan zina..!!"


"Biarin iim, ternyata zina itu enak... ahh.. trusSSs.. aakkhhh... nikmaat..."


"apanya...yang enak kak?"


"itu kamu iim..ahhh..teruus kocookk"


"jelaskan itu kamu maksudnya apa?"


"Peleeerrr kaamuu aarghhh.. Uuhh.. nikmaaaat... Sssttt... Terusssss.. Sodok memek kakak iimm"


"perutt kakak bikin baiimm makin nafsu.. Siapa yg bikin besar perut kakak ini..ooouuggh"


"Suaaa..mii kakaakk.. iim.. Ahhh.. tapii.. Sshh.. gak seenak.. Kontolmuu"


"iimm.. inii enakk iimm.. teruusss oohh...kakak...maauu.. kencing lagii..."


"Aaaakkkkhhhh...arrggghhhhh..."


Lenguhan panjang kak Ira berbarengan dengan menyemburnya cairan orgasme yg ke-2 membuat nafasnya semakin tersenggal, seolah habis berlari jauh, ku ubah posisi kak Ira jadi menungging dan kembali ku arahakan pelerku kedalam memeknya, kak Ira pun kembali mendesah.. kali ini ku genjot kembali sambil sesekali menampar bokong nya.


"plaak.. Kak ira benci zinah tapi aku entot malah mendesah keenakan.."


"ahh.. Jangan gitu.. aakhh iim.. ini enak...lebih enak.. Ahhh terus jangan berhentii.. Sst ahhh..."


"Plaakk...oouuggh... jangan.. berhenti apa kak.. aaakkhhh?"


"genjot memek ku iim.. Sstt.. Ahh.. Sst ahh.. Hmmmfhh.."


"kak..ira..aarrggh...suka baim entot?"


"sstt sukaa. Ohh...Sst teruss iiim.."


Ahahahaaashh... Aku tertawa sambil mendesah, kadang ku hentakan genjotanku dengan keras...ku lengkungkan badanku diatas kak Ira dan ku remas payudaranya..sambil pinggulku tetap bergoyang keluar masuk vaginanya, tiba-tiba dering Hp kak Ira berbunyi, tekihat dilayar ada telpon dari Ustadzah Ikha.


"angkat kak..sambil di Loudspeaker, aku mnghentikan sebentar aktifitasku dengan kontol yang masih menancap di memek kak Ira"


"assalamualaikum dek, baim masih disana kan?"


"masih kak, kenapa?"


"gapapa..kaka lagi otw ketempat mu"


"Kembali ku hentakan sodokan pada memek kak Ira, dia mendesah tertahan oleh tanganya..aahh..ssst.."


"lho..kenapa dek..?"


"akkhh..sshh..gapapa kak, yaudah ya"


Sepertinya aku tak bisa menahan lebih lama lagi, maka ku percepat gerakan ku mengocok memek kak Ira


"Ahhh.. ini.. Kaki sshhh.. aku.. Ouughh kepentok mejaa.. Yaudah kami.. Tunggu yaa.. aaakkhhh... kak"


Setelah menutup telpon, kak Ira kembali mengeluarkan desahannya


"Baiimm..oouughh..nanti kak ikha curiga.. Akkkhh.."


"haha aku sengaja.. ooouuughh"


Semakib ku percepat menggenjot memek kak Ira, hingga terasa saat nya aku keluarkan spermaku


"ohh baimm.. kenapa nikmat sekali iimm.. sstt kakak mau keluar iimm.. Ahhh ya tuhann oowwhh... aww.... kakak ga sanggup.....aaarrgggghhn..."


Bersama dengan semburan air orgasme kak ira ku tekan lebih dalam ke memeknya, dan kontol ku mengeluarkan spermanya di dalam memek kak ira..


"hahhh.. Hahh.. Hangaat iimm.."


"iya kak, memek kakak enaak banget masih sempit"


"Mmuuccaahh"


kak Ira mencium dan memelukku erat..saat kami terkapar dan kelelahan menikmati sisa-sisa orgasme, tiba-tiba bel rumah kak Ira berbunyi, kami terkejut segera merapihkan tempat dan berpakaian dengan tergesa-gesa....

kak Ira segera berlari membuka pintu sedangkan aku pura-pura menonton Tv agak penasaran ku lirik kearah pintu depan, tak salah lagi...seorang wanita dengan hijab lebar berwarna cokelat sepadan dengan gamisnya yg berwarna cokelat juga, bersamaan dengan kak Ira, Ustadzah Ikha masuk sambil menoleh ke sekeliling rumah hingga pandangannya tertuju padaku. Ustadzah Ikha berlari kecil menuju ruang keluarga dan menghampiriku tanpa peduli keberadaan adiknya dibelakang, Ustadzah Ikha memeluk ku erat sambil tersedu dia berkata


"kamu kemana aja iim..??"


Agak terkejut tak mengira Ustadzah Ikha akan memelukku seperti ini dihadapan adik kandungnya, aku hanya bisa terdiam tanpa menjawab pertanyaannya, aku benar-benar tak berkutik dengan sikapnya, tak tau harus berbuat apa, lalu aku menoleh kearah kak Ira dan kak Ira tersenyum dan tapi matanya berkaca-kaca, seperti menahan tangis di balik senyumnya. Apakah kak Ira cemburu melihat kakaknya memelukku erat? Atau dia terharu atas pertemuan kami? Tak lama berselang tanpa menghiraukan kami berdua, kak Ira berlari ke kamarnya, tanpa diketahui oleh kakaknya yang semakin erat memelukku.


Malamnya kami berdua bergegas menuju rumah Ustadzah Ikha dan disambut dengan jamuan makan malam bersama dengan bang Radi dan anak-anaknya, sebelum berangkat aku berpikir pasti suasana akan canggung tapi setelah aku tiba justru aku disambut layaknya seorang abang atau anak yang telah lama merantau dan baru datang kembali, keceriaan mewarnai seisi rumah, hingga anak-anak Ustadzah Ikha tidur dan kami bertiga berada dimeja makan Bang radi memulai pembicaraan yang sepertinya agak serius


"iim, kamu kerja apa sekarang? kamu ada rencana buka toko lagi?" bang Radi memulai pembicaraan


"Iya iim, sayang banget mending buka toko lagi, padahal banyak pelanggan dan ga ada langganan yang kecewa katanya susah cari toko kayak punya kamu" timpal Ustadzah Ikha


"Engga umi semua barang juga udah Baim jual, jadi ya begitulah... pengen nyari kerja aja dulu"


"Terus biaya hidup sehari-hari kamu gimana iim?" tanya bang Radi


"Yaa..makanya Baim mau cari kerjaan" jawabku apa adanya


"Gini aja iim..abi mau buka cabang lagi didaerah selatan, gimana kalo kamu disini lagi aja bantu umi mu di toko, dia pasti repot kalo jaga sendirian sambil jaga Haisya, jadi kamu jaga toko, umi mu jaga Haisya sambil bantu-bantu kamu juga, Abi fokus di cabang yang baru, gimana?"


"Masalah gaji jangan khawatir deh.. bisa kita obrolin, berapa kamu minta? 4-5 juta cukup?" tawar bang Radi padaku


Dalam hati aku berkata, jangankan 4-5 juta tanpa dibayar pun aku mau, pasti banyak kesempatan untuk bersama Ustadzah Ikha wanita pujaan ku, terbayang jika bekerja bersama Ustadzah Ikha dalam satu ruangan toko yang tertutup, dengan posisi suami di daerah selatan yang jaraknya lumayan jauh


"Serius bi?? ya udah Baim mau, lumayan dari pada binggung mau ngelamar kerja kemana" jawabku antusias


"Alhamdulillah kalo gitu, jadi abi tenang ninggalin umi sama kamu, dari pada abi cari orang lain yang belum tentu bisa dipercaya"


Tak terasa cukup lama juga kami berbincang-bincang, hingga hari telah larut malam, dan rasa kantuk pun mulai menyerang ku, entah sudah berapa kali aku menguap, dan bang Radi sepertinya juga ingin beristirahat, lalu aku disuruh untuk menempati kamar tengah kembali, ekspresi wajah Ustadzah Ikha sangat senang dan sumringah walaupun dia berusaha menyembunyikan ekspresi itu tapi aku bisa melihatnya, dengan sopan aku pamit untuk tidur dan menuju kamar tengah, sesampainya dikamar aku cek hape ada (3) pesan dari kak Ira.


"Baim, kamu dimana?"

"kakak sendirian iim. Temenin dong?"

"Janin diperut kakak pengen dielus-elus sama kamu iim"


Bukannya aku tak menghiraukan Wa kak Ira tapi kupikir, selarut ini pasti dia sudah tidur, dan aku sangat mengantuk, jadi kuputuskan untuk membalasnya besok dan saat ini lebih baik tidur saja

Pagi-pagi sekali aku sudah rapih dan bersiap menuju toko bang Radi, tiba di sana bang Radi menjelaskan tentang tugas pekerjaan yang harus dilakukan, hingga sampai pukul 09:00 pagi Bang Radi pamit untuk mengecek keadaan toko barunya, setelah kepergian bang Radi. Ustadzah Ikha mendekap tubuhku dari belakang


"iim, umi kangen sama kamu"


Aku berbalik dan mencium bibirnya. Ustadzah Ikha membalas ciumanku. semakin lama ciuman kami semakin ganas, sambil perlahan berjalan ke kamar yang hanya terpisah oleh papan biasa digunakan untuk tempat anak-anak Ustadzah bermain atau tidur.


Kebetulan mereka semua merengek ingin ikut ayahnya melihat toko baru, Ustadzah Ikha masih ingat kesukaanku, tanpa melepas ciuman kami dengan sigap ia membuka resleting depan gamisnya, lalu menyibakkan jilbab lebarnya kebelakang hingga terlihat Bh berenda hitam yang dikenakan di balik gamisnya.


Tak mau buang-buang waktu...segera ku singkap penutup buah dada yang menjadi penghalang, lalu kuremas dengan lembut payudara Ustadzah Ikha yang kenyal, kumainkan pentil yg telah menjulang keras pertanda dirinya sudah dilanda birahi dan rindu akan kehangatan, kuhentikan ciumanku dan ku lumat payudara Ustadzah, dia mengadahkan kepalanya keatas menikmati perbuatan ku, sambil membungkam desahannya dengan tangan, terkadang tangannya menekan kepalaku seakan takut kepalaku menjauh dari payudaranya, saat kami sedang asik bercumbu tiba-tiba lonceng yang ditempel dipintu berdenting pertanda ada orang yang datang, kami tersentak kaget saling menatap beberapa detik kemudian menghentikan aksi kami, tanpa memberbaiki restleting gamisnya Ustadzah Ikha menutup bagian yang terbuka dengan jilbab lebarnya sambil berlalu ke ruang depan toko, sementara aku masih di dalam sambil mendengarkan pembicaraan didepan toko


"Assalamualaikum..."


Terdengar sapaan salam seseorang dari luar toko, tapi sepertinya suara itu tak asing bagiku


"Walaikumsalam...Eh mama Rina. Ada apa nih tumben nyamper ke toko"


Terdengar sahutan Ustadzah Ikha dari dalam toko kepada mama Rina.


"Iya nih ustadzah, skalian lewat aja mumpung inget tagihan kas pengajian hehehe" Jawab mama Rina dengan tawa memecah kecanggungan diantara mereka


Benar saja dugaanku ternyata mama Rina seorang bendahara pengajian, salah satu langganan tokoku, aku masih terdiam dalam kamar. menanti urusan mama Rina dan Ustadzah Ikha selesai, agar aku bisa segera melanjutkan cumbuan kami, tak lama Ustadzah kembali dengan senyum manisnya dan langsung membuka kembali jilbabnya dan juga membuka gamisnya, aku terkejut... berani sekali dia bertelanjang di toko


"Papan closed udah umi pajang didepan iim, dan pintu udah aku kunci jadi ga perlu khawatir ada gangguan lagi..."


"iimm umi kangen sama sodokanmu iim.. Puasin umi iim.."


Ustadzah berkata dengan tatapan memohon, dan raut wajah yang menggoda, tanpa basa-basi langsung ku lepas kaitan Bh yang dikenakan Ustadza, mencuatlah tetek Ustadzah yang beberapa hari ini kurindukan, kontol yang masih tertidur pun terbangun melihat pemandangan gunung kembar itu, dengan manja Ustadzah Ikha merebahkan diri diatas permadani lalu menarik ku untuk rebah bersamanya diatas permadani yang biasa dipakai untuk alas bermain anak-anak.


Dengan lembut ku belai dan ku kecup keningnya, lalu turun kebawah hingga bibir kami saling berpagutan, Sambil berciuman ku gesek klitoris dan labia mayora Ustadzah Ikha dengan jari tengah, Ustadzah pun mendesah lirih, setelah cukup lama dan kurasakan vaginanya mulai basah ku hentikan aksiku dan mulai mengarahkan peler ku permukaan memek Ustadzah Ikha


"aahh.. iim.. cepat masukin.ssshhh"


Ustadzah Ikha merengek ketika aku hanya menggesekkan peler disekitar memeknya

Ustadzah Ikha menggoyangkan pinggulnya mencari kepala kontol ku agar masuk ke memeknya


"iim..jangan begiituu terruss....umi gak tahaaann.. aakkhhh ssshhh.."


Kali ini dia merengek manja, di iringi desahan lirih, tangannya menggenggam kontol ku dan diarahkan ke lobang memeknya, dengan penuh nafsu ku dorong penisku dengan hentakan cepat dan kasar


"Ougghh..sshhh...aakkhh pelan iim "


Tanpa memberi jeda penetrasi, ku kocok memeknya keluar-masuk secara bertubi-tubi, hingga tubuhnya bergoyang, dan teteknya pun terombang-ambing tak karuan


"iim.. Pelaann.. aakkkhh.. Sakittttt.. oouughh..sssshhh.."


Walaupun pelan tapi suara rintihannya terdengar jelas di telingaku, tanpa mempedulikan rintihanya, aku tetap mengocok memeknya dengan tempo cepat, tangan dan paha Ustadzah Ikha menahan tubuhku, agar aku memperlambat kocokan, namun tak berarti bagiku, aku tetap mengocoknya dengan tempo yang konsisten, tangan Ustadzah sibuk menutup mulutnya agar tak keluar rintih yang kencang dari mulutnya.


ku selingi ritme kontol ku agar memek Ustadzah Ikha sedikit rileks, tempo kocokan penisku agak melambat, pelan... pelan.. dan perlahan rintihan Ustadzah berubah menjadi desahan, sepertinya dia mulai menikmati, mata Ustadzah terpejam sambil mendesah kenikmatan, sengaja ku perlambat agar aku tak terkesan egois hanya mengikuti nafsuku, pinggul Ustadzah pun mulai bergoyang mengikuti tempo sodokan penisku pada lubang memeknya.. setelah Ustadzah terbawa suasana, kembali ku percepat tempo kocokan, tapi tak sekencang yang pertama, agar Ustadzah juga bisa menikmati permainan ku, kini desahan Ustadzah Ikha lebih berirama dengan bercampurnya suara rintihan di sela desahnya


"Ouuggrrrghh.. Baimm.. Uukkhh....."


"Cumaa Kamuu...yanng.. bisaa bikin.. oouughh... umi kayaak giini iim... "' rintihanya nyaris tak terdengar tersamarkan oleh suara kecipak paha kami yang beradu kencang


"aakkhh...Baim..ga tau umii..."


"Baim..ouugh..cumaa.. berimprovisasi supaya...umii..Sshh..menikmatinya"


Melalui bisikan ditelinga ku jawab pertanyaan darinya, tak ada sahutan dari Ustadzah... kepalanya sibuk mengikuti irama goyangan ku sambil mengigit bibirnya, sepertinya dia sedang menikmati setiap gerakan ku padanya.


Tatkala kami sedang asik memacu birahi, pintu depan toko seperti ada yang mendirong tapi terkunci, tak lama terdengar suara orang memanggil kami, aku terkejut dan berhenti sejenak namun Ustadzah Ikha memeluk punggung ku seperti menyuruh aku melanjutkan, lalu ia berbisik


"Jangan hiraukan genjot saja terus iim...!!!"


semenit kemudian ku dengar suara langkah kaki menjauh, aku kembali fokus pada pergumulan ku dengan Ustadzah Ikha, lalu kami berganti posisi..kini Ustadzah nungging memamerkan pantatnya yang montok hadapan ku... dengan tergesa ku masukan lagi penis ku dan melanjutkan kocokan dengan tempo sedang...aku bungkuk kan badan agar aku bisa remas payudara Ustadzah Ikha, ku towel-towel teteknya seperti memutar memainkan scroll mouse, dia pun semakin meracau sambil membungkam mulutnya sendiri.


Tiba-tiba bunyi dering Hp Ustadzah mengejutkan kami, terlihat panggilan masuk dari Bang Radi, ku hentikan lagi permainan kami, Ustadzah menerima telepon sambil mengaktifkan load speaker


"Umi..tadi ada pelanggan nelepon, menanyakan kenapa toko tutup?"


"Iya.. umi lagi pulang sebentar bii, ada yang ketinggalan''


Tak sabar menunggu telepon selesai, dengan tergesa aku masukan lagi kontol ku secara mendadak kedalam memek Ustadzah Ikha yang masih menungging.


"Awww....aakhhh..."


Ustadzah terkejut tak mampu menahan desahnya


"Kenapa mii..?"


"ini aduuuoogghh...gigiiisshhh.. umiikkhh...kummaat.. Bii"


Ustadzah menjawab sambil menahan desahan


"ni. maauu...balik...aakkh..ke toko lagi bii..sshhh"


"tadi Baiim laagi..ssshh..ke muushhollaaaakkh.. makanyaarrgh.. tokooo akuuu... tutupppfffhh"


"Ya sudah...nanti hubungi Abi kalo udah sampe toko, biar abi kabarin pelanggan yang tadi tadi dateng"


bang Radi mengakhiri panggilan telepon


"Terus iim...ooughh...umi mauugghh.. keeluaaarrrgghh"

disingkirkannya Hp dengan mendorong telapak tangannya, lalu Ustadzah Ikha menggoyangkan pantatnya seiring dengan kecepatan gerakan kontol ku pada memeknya


"Umii sayaaanngghhh...baiim.. mau keluuaaarrr jugggaaakkhh.."


sambil berbisik demikian, gerakan ku punnsemakin cepat


"iiyyaaa baimm.. Arghh.. keluarin baarreeng...ssahhhaayyangg.."


Tangan Ustadzah menahan pantatku agar kontol ku tetap berada di dalam memeknya saat dia klimaks, bersamaan dengan itu air mani ku pun muncrat di dalam liang rahimnya


"Croot....croot....croooootttttttttttttt..."


Ustadzah jatuh tengkurap dengan lemas, dan aku menggelapar kesamping tubuhnya, dengan keringat membasahi sekujur tubuh kami, lalu peluk mesra tubuh Ustadzah Ikha sambil mengecup pipinya


"Ikha umi ku, baim sayang sama umi"


diantara nafas yang tersengal ku ucapkan kata manis untuknya


"Benarkah itu iim..?" dibalasnya ucapannku dengan pertanyaan, aku tak kuasa menjawab dengan kata-kata, ku jawab dengan anggukan kepala dan mencium mesra keningnya, lalu itu kami segera berpakaian dan membuka toko kembali


Semenjak bekerja bersama Ustadzah Ikha, hampir setiap hari kami bercinta, tak bosan Ustadzah Ikha meminta dipuaskan birahinya, dan semenjak itu pula aku ketagihan mengeluarkan peju di dalam memeknya, kami seperti sepasang pengantin baru dan melakukan hubungan badan tanpa kenal tempat dan waktu, hubungan antara aku, Ustadzah, dan bang Radi tetap baik-baik saja, karena sejak ketahuan kak Ira kami lebih hati-hati dalam bercinta....

Setelah 2 minggu bekerja dengan Ustadzah Ikha, aku merasa belakangan ini sikap Ustadzah Ikha mulai berubah, seolah-olah dia acuh padaku, ada apa dengan Ustadzah? apakah dia mulai bosan padaku? Atau aku yang terlalu baper? terkadang aku pergoki dia sedang merenung sendiri dengan wajah yang murung, beberapa kali ku dekati dia selalu menghindar, seperti ada sesuatu yang disembunyikan dari aku


Apa yang sebenarnya terjadi dengan Ustadzah? sikapnya membuatku jadi bertanya-tanya dan selalu memikirkanya, mungkinkah bang Radi telah tau hubungan kami, dan menyuruh Ustadzah menjauhi aku? aku rasa tidak mungkin, jika benar bang Radi tau pasti aku sudah diusir olehnya, atau sebaliknya? Ustadzah yang memergoki bang Radi selingkuh?? Entah lah...semakin pusing kepalaku memikirkan semua ini...!!


Sore itu kucoba dekati dia, baru aku sampai di sebelahnya dia langsung berjalan menjauh dariku, Ustadzah Ikha seperti kehilangan selera untuk bercinta denganku, jangankan untuk bercinta berbicara denganku saja hampir tidak pernah, cuma seperlunya saja dia bicara padaku, selebihnya hanya diam saja,


Cukup lama dia mendiamkan aku, memasuki minggu ke tiga Ustadzah semakin menjauh dariku, jika dengan bang Radi Ustadzah Ikha bersikap biasa saja, tetapi denganku dia sangat dingin, aku merasa jenuh dengan semua ini, seakan-akan aku telah melakukan kesalahan.


Hari-hariku jalani tanpa ada kemesraan dengan Ustadzah Ikha, aku merasa bang Radi belum mengetahui hubunganku dengan Ustadzah Ikha, karena kulihat antara bang Radi dengan Ustadzah Ikha masih baik-baik saja, begitu juga sikap bang Radi terhadap ku dan didepan bang Radi Ustadzah juga bersikap biasa saja seperti tidak ada apa-apa antara kami, tetapi bila tak ada bang Radi Ustadzah berubah menjadi dingin padaku, cukup lama waktu berlalu, hari berganti hari Ustadzah masih tetap dengan sikap dinginnya tanpa ku ketahui apa yg sebenarnya terjadi, tanpa Tahu apa kesalahanku, makin lama aku makin jenuh dengan sikap dinginnya, aku ingin melepaskan penat dan menenangkan pikiran, mungkin berlibur sejenak dari rutinitas bisa menenangkan pikiran danbisa membuatku berpikir jernih.


Ketika makan malam bersama keluarga bang Radi aku beranikan diri untuk meminta izin untuk libur


"Bi Baim mau izin libur sekitar seminggu..bisa ga?"


Aku bertanya pada bang radi di sela-sela makan malam bersama


"Kok mendadak iim ada apa?"


raut wajah bang Radi sedikit terkejut dan seperti sedang menerka-nerka


"Ga papa bi, lagi pengen mudik kangen orang tua dan kampung halaman, boleh kan..?"


"Lagipula toko juga lagi sepi, banyak pelanggan yang pulang kampung juga" sambung ku memberikan alasan dan membujuk bang Radi agar diizinkan libur, kulirik Ustadzah Ikha tampak sedikit gelisah dan cemas atas keinginanku berlibur, raut wajahnya seolah-olah bingung, seperti ragu untuk mengungkapkan sesuatu


"Ya udah.. kalo kamu mau mudik, hati-hati dijalan, tapi jangan lupa nanti balik lagi yah?"


"Iya bii besar kemungkinan Baim balik lagi kok"


Malamnya aku bersiap-siap, packing barang-barang yang akan aku bawa pergi besok, entah kemana tujuanku pergi,aku pun belum menentukannya, yang penting sementara waktu aku menjauh dari Ustadzah dulu,

tok..tok.. tok...

suara pintu kamar diketuk, lalu kulihat Ustadzah Ikha masuk ke kamar ku tanpa menunggu ku bukakan pintu yang sengaja hanya kurapatkan tanpa kunci


"Kenapa iim?" Ustadzah Ikha bertanya sambil berdiri memandang ku sedang packing


"apanya yang kenapa? bukankah ini yg kamu inginkan!" Aku menjawab dengan agak kesal, sambil tetap packing tanpa menoleh sedikit pun padanya

"Jangan pergi iim" Pinta Ustadzah Ikha dengan suara agak parau


"Untuk apa? Baim tetap disini pun percuma, kau hanya diam saja tanpa bicara sepatah kata pun pada ku. seolah-olah aku adalah musuh, tanpa aku tau apa salah ku pada mu"


Sengaja aku menjawab dan berbicara dengan menggunakan "aku-kamu" pada Ustadzah Ikha, agar dia tau kalau sikap diam nya selama ini telah membuat ku kecewa


Ustadzah terdiam tak bisa menjawab perkataan ku, dan berlalu pergi meninggalkanku tanpa mengucap sepatah katapun, besoknya aku pergi dengan membawa kegelisahan dihati dan pertanyaan tentang Ustadzah Ikha yang sampai saat ini belum terjawab, aku menyewa penginapan murah selama seminggu.


Selama aku pergi Ustadzah sering mengirim pesan WhatsApp padaku namun aku abaikan, hingga akhirnya aku menyerah, kubalas Wa Ustadzah dengan berkata


"Baim ada di penginapan Jl.Mawar kalau ada yang mau dibicarakan silahakan datang, jangan bicara hanya ketika di WhatsApp"


Esoknya Ustadzah Ikha datang, saat memasuki kamar penginapan Ustadzah langsung berlinak air mata dan menangis terisak sembari memeluk tubuhku erat, dalam keadaan masih berpelukan, ku bimbing Ustadzah duduk ke tepi kasur, setelah duduk dia mulai mengungkapkan padaku apa yang sebenarnya terjadi


"kamu jangan pergi, iim" Ustadzah berkata sambil terisak

"Memang ada apa sebenarnya?"

Aku meminta penjelasan padanya

"Hiks.. Hikss.. Sebenarnya..."

Ucapanya terputus oleh isak tangis

aku yang tak sabar coba bertanya lagi padanya


"Sebenarnya apa Ustadzah?"


"Sebenernya aku hamil iim"


Tangisnya semakin menjadi, dan pelukannya semakin erat, aku tambah binggung dengan sikapnya, dia hamil seharusnya bahagia, kenapa malah bersedih, ada apa dengan semua ini? Lalu aku coba menanyakan padanya


"Lalu kenapa Ustadzah menangis?"


"Apa yang Ustadzah khawatirkan? melihat usaha dan perekonomian keluarga Ustadzah saat ini, Baim rasa itu lebih dari cukup untuk membiayai hidup kalian, bahkan jika tambah 5 anak lagi pun kalian masih sanggup membiayai mereka sampai kuliah"


"masalahannya yang aku kandung saat ini adalah anak kamu iim.."


Duaaaaaaaaaar....!! Aku terkejut bagai tersambar petir, bumi seakan berhenti berputar dan jantungku berdetak dengan cepat, aku masih tak percaya atas apa yang diucapkan Ustadzah Ikha padaku, aku merasa Ustadzah terlalu cepat menyimpulkan bahwa itu adalah janin ku


"Belum tentu itu anak Baim... Bisa saja itu anak bang Radi"


"Aku yakin ini bukan anak bang Radi, ini anak kita iim"


"Ustadzah bukan cuma bersetubuh sama Baim doang, ada bang Radi suami sah Ustadzah yang setiap malam tidur bareng Ustadzah"


"sedangkan kita selama ini tidak pernah tidur bareng, hanya bercinta sesaat, setelah selesai kita kembali pada kehidupan pribadi masing-masing, dan tidur secara terpisah"


"Ini anak kita iim.. anak hasil hubungan ntara kamu dan aku iim.. Aku yakin ini benih kamu iim"


"Belakangan ini aku tidak pernah melayani bang Radi, setiap dia minta aku selalu beralasan aku lagi lelah, lagi mens, dan alasan lainnya"


"Pernah sesekali aku melayani bang Radi, tetapi aku ingat betul itu bukan masa subur, sedangkan kamu belakangan ini selalu kelarin di dalem baik masa subur maupun bukan"


"Kenapa Ustadzah ga pernah larang Baim, waktu Baim keluarin di dalem?"


"Ustadzah khilaf iim, aku terlalu menikmati permainan mu, tanpa mampu mencegah apapun yang kamu lakukan padaku"


Dengan derai airmata yang berlinang, Ustadzah menepis setiap kemungkinan janin itu bukan milikku, perdebatan diantara kami menemui jalan buntu, aku bersikeras untuk mengatakan kalau itu bukanlah anak ku, melainkan anak bang Radi, sementara Ustadzah sangat yakin janin itu adalah hasil dari persetubuhan antara aku dan dirinya.


Mendengar pengakuan Ustadzah besar kemungkinan itu memanglah janin ku, tetapi aku belum bisa menerima kenyataan bahwa itu adalah janin ku, ku peluk dirinya dengan erat dan membaringkanya di kasur, kami masih berpelukan sambil berbaring diatas kasur, debgan pikiran yang menerawang sama-sama tak tau harus berbuat apa, hingga kemudian Ustadzah melihat jam dinding ternyata sudah pukul 15.00 Ustadzah bangun dan melepaskan pelukanku, dia masih berharap agar aku tidak pergi meninggalkannya, lalu ia pulang meninggalkan penginapan, dan aku termenung sendiri disini masih tak percaya dengan pengakuan Ustadzah Ikha


Setelah masa liburku habis, aku kembali bekerja. namun masih tak percaya kalau janin itu adalah anak ku...

Setelah Ustadzah Ikha pergi dari penginapan, tiba-tiba Hp Baim berdering, ternyata telepon dari Putri sang kekasih LDR Baim


"Hallo yank, kamu lagi apa?" suara Putri diseberang sana mencoba untuk berbasa-basi


"Lagi mau istirahat nih, ay"


"Bisa minta waktu sebentar? Ada yang mau aku bicarakan"


"Besok aja, hari ni aku cape banget ay"


"Tapi... ini penting...yank..!!"


"Ya udah, ngomong aja...ada apa?"


"Hmmm...kamu...kamu... harus segera ngelamar aku yank..!!!"


"What...?? memangnya ada apa?"

"Kamu hamil ay...??"


Aku sangat terkejut mendengar permintaannya, mungkin kah dia hamil juga? tapi kalau dia hamil berati itu bukan anak ku, karena terakhir kali kami bercinta beberapa bulan yang lalu, setelah itu kami belum pernah ketemu lagi


"iihh... Engga laah...masa aku hamil, sedangkan kita udah lama gak berhubungan badan"


"Terus kenapa kamu minta buru-buru aku lamar?


"Karena...karena...kata ayah kalo tahun ini aku belum menikah, aku mau di jodohkan sama anak rekan kerja ayah"


"Aku ga mau nikah, selain sama kamu yank..."


"Pokoknya kamu harus lamar aku secepatnya, kalo tidak aku akan nekat bunuh diri...!!!"


setelah berkata demikian Putri langsung mematikan teleponnya


Baim semakin gelisah apa yang harus segera dilakukan. saat ini Ustadzah Ikha sedang mengandung janin Baim, dilain sisi Putri sang pacar meminta Baim agar segera menikahinya hanya karena desakan orang tua si Putri.


Pagi pun tiba...aku malas untuk bangun, masih ingin menikmati buaian mimpi namun suara dering Hp yang terus-menerus mengganggu kenyamanan tidurku, dengan malas ku ambil Hp dengan maksud ingin menolak panggilan tersebut dan melanjutkan tidur, namun ketika kulihat panggilan itu ibunda putri dengan berat hati ku jawab panggilan telepon nya


"Assalamualaikum Baim"


"walaikum salam bund, tumben nelpon"


"Ga papa, cuma mau tau kabar aja, udah lama engga main kerumah, ada masalah sama Putri kah?"


"Alhamdulilah sehat bund, engga ada masalah apa-apa kok, cuma lagi sibuk ngurus kerjan yang menumpuk"


"Semalem abis teleponan sama Putri"


"Alhamdulilah, kalo begitu kamu kapan lamar putri nak?"


"Jangan kelamaan kalo bisa bulan depan kamu datang ya.. seenggaknya kasih kepastian tentang hubungan kalian"


"eh.. hmm..iya bund nanti aku datang, kalo ga ada halangan semoga urusan kerja cepat selesai"


Aku menjawab asal-asalan agar pembicaraan segera selesai, karena saat ini aku belum bisa mengambil keputusan, disaat Ustadzah hamil, orang tua putri justru mendesak aku agar segera menikahi anaknya, kalau tidak mereka akan menjodohkan Putri dengan orang lain.


Dengan pikiran kalut dan terpaksa akhirnya kuputuskan untuk memesan tiket pesawat ke kota tempat Putri tinggal, dengan keberangkatan 3 hari kedepan, aku memesan tiket pesawat di minimarket Indoapril yang dibangun bulan Maret, secara tidak sengaja aku bertemu Fitri di minimarket Indoapril tersebut

"abang Baim kemana ajaaa?" tanpa malu Fitri memeluk tubuhku


"ga kemana-mana, cuma sibuk kerja semenjak toko tutup"


"Eh iya Fit. abang mau pamit ya.. Abang mau keluar kota"


"Mau ngapain bang? kapan?"


"3 hari lagi, ni abang baru pesen tiket"


"besok Fitri libur bang, temani Fitri dulu.. 1 hari aja, Fitri minta sebelum abang berangkat"


"Hmm...yaudah mau ditemenin kemana?"


"Nanti Fitri kabarin abang deh"


Kami pun berbincang panjang lebar, hingga senja memisahkan kami, aku segera pulang menuju penginapan, malam harinya sekitar pukul 23.00 Fitri datang ke penginapan, saat di Indoapril tadi dia sempat menanyakan aku tinggal dimana, kupikir hanya basa-basi, ternyata dia malah menyusul kesini, setelah masuk kamar Fitri bercerita tentang hubungan dia dengan pacar barunya, dia juga bercerita telah berhubungan seks bersama pria tersebut, tapi dihati kecilnya menginginkan aku yang menjadi kekasihnya, ku tatap matanya dan ku kecup keningnya, lalu untuk menghibur hatinya kupeluk dia sambil membelai rambutnya, didalam ruang berAC yang dingin pelukan kami menjadi terasa hangat, saat ini Fitri hanya menggenakan tanktop hijau dan hotpants hitam, sentuhan kulitnya membuatku horny, pelukan Fitri semakin erat di tubuhku, dengan penuh nafsu ku angkat tanktop yang dikenakan Fitri dan ia merespon dengan mengangkat kedua tangannya, lalu dengan ganas ku cium bibirnya dan Fitri membalas ciumanku, suasana menjadi semakin panas, suhu dingin dari Ac sudah tidak terasa lagi oleh kami yang telah terbakar nafsu, ku angkat bra ungu yang dipakai Fitri, ku remas kedua payudara Fitri yang bulat dan kencang itu, lalu dengan nafsu ku hisap ujung pentilnya sambil kumainkan jariku pada payudaranya yang satu lagi


"ssshhh, bang... hisap terus..bang sshh.."


"Fit, kita....???"


Aku teringat baru saja Fitri bercerita kalau dia sudah ada cowo baru, kuhentikan hisapanku dan menatap mata Fitri seakan bertanya apakah dia mau bercinta dengan ku? dia pun mengangguk...tanda setuju, penis ku yang sudah tegang sejak tadi, siap menerobos masuk liang kenikmatan Fitri, kuarahkan peler didepan memek fitri. dan ku gesek-gesekan perlahan di bibir vaginanya, Fitri gelisah.. seakan tak sabar menanti kontol ku di liang memeknya, namun aku tetap bermain-main di bibir memeknya, sambil lidahku menari nari di payudaranya yang bulat dan putih, lidahku berputar didaerah putingnya, terkadang ku gigit lembut ujungnya membuat Fitri makin tak tahan


"bang baimm... cepat.. masukin...!!!"


Tak ku hiraukan ocehan Fitri, dia semakin gelisah menahan gejolak nafsu, kondisi fitri sudah dalam kontrol ku, ku rubah haluan lidahku menjalar ke areal pusar nya. bergerak lembut bersamaan suara desahan Fitri semakin kencang, lidah ku semakin turun ke memeknya, ku jilati memek Fitri sampai dia bergerak belingsatan, ku hisap itil Fitri yang mengintip di celah memeknya, sambil ku kocok lobang memeknya dengan jari ku,


"Ssshh.... aakkhhh... ooouuughh"


Fitri meracau kenikmatan, ku rasakan jari ku semakin basah dengan cairan dari memek Fitri


Sepertinya fitri tak sanggup lagi menahan gelombang birahi dalam tubuhnya, dengan perlahan ku dorong batang penis ku masuk dalam liang vaginanya, ketika seluruh kontolku sudah terbenam dalam memeknya, Fitri mendesah keras dan memelukku erat seakan tak ingin batang kontol ku lepas dari memeknya, ku diamkan kontol ku sesaat di lobang memeknya, dan ku ikuti irama permainan dia, Fitri yang sudah dikuasai nafsu birahinya menekan pinggulku sedalam dalamnya, ku putar sedikit demi sedikit pinggulku tanpa melepas batang kontolku yang terbenam liang memek fitri, lalu angkat pinggulku sedikit keatas memainkan tempo sodokan agak pelan, berikan suara desahnya seakan berirama. mengikuti gerakan batang penis ku setiap kali menghujam dinding rahimnya, Fitri memejamkan mata dan mengigit bibir bawahnya menikmati setiap sodokan yang kuberikan pada memeknya

"bang, ssthh.. kencangiin..."


Aku tersenyum mendengar fitri permintaan Fitri, namun ku biarkan saja permintaannya, aku tetap pada tempo pelan dan bergerak memutar, seperti mesin bor yang menerjang tembok, kulakukan terus-menerus hingga fitri kesal dan memukul lembut dadaku.


"bang baimm. iihsshttt.. cepat baaang"


ketika Fitri fokus menikmati gairah nafsu di vaginanya yang tak kunjung tuntas, kembali kuhisap payudaranya yang bergoncang bebas dengan cepat ku hisap pentilnya, Fitri mengangkat badannya, ketika tak kuasa menahan geli yang tak hanya di bagian bawah saja, namun di bagian atas pun ikut merasakan sensasi geli dari jilatan lidahku, disaat dia sedang menikmati hisapan diputingnya, ku hentakan penis ku secara tiba-tiba. membuat Fitri terkejut dan melenguh menahan kenikmatan


"owhhhh.... iyaaaakkkhh..."


Tempo gerakan penis ku kini berubah, kocokan kontol ke lubang memek Fitri semakin menjadi, namun hisapan pada payudaranya ku ubah menjadi pelan. membuat Fitri tak bisa terfokus pada satu gerakan, badannya bergerak ke kiri dan ke kanan tak karuan, semakin lama makin ku percepat gerakan kontolku. hingga akhirnya Fitri tak mampu lagi menahan gelombang kenikmatan yang datang menerjang, tubuhnya menegang kaku, jarinya menekan punggungku hingga tercakar, Fitri pun mengeluarkan cairan orgasmenya sambil terengah-engah, ia sibuk mengatur nafasnya, aku mengambil posisi tidur telentang, dan Fitri yang sudah sedikit pulih tenaganya segera menaiki badanku, kini dirinya diatas dan bisa mengatur tempo kocokan sesuka hatinya, digenggamnya batang kontolku dan diarahkan tepat di lubang memeknya, perlahan diturunkan pinggulnya hingga kontol ku amblas kedalam lubang memeknya, dengan gerakan cepat pinggulnya naik-turun.. posisi ini menjadi titik lemah ku, aku tak kuasa menahan goyangan pinggul Fitri yang begitu cepat, pertahananku pun goyah... denyut-denyut kenikmatan mulai terasa di kontol ku


"Fiiit.. ooouuggh... aaarghh... abang mau keluaaaarrr"


"Keluariiinn..didalam aajaaa...baang... siraammiin rahim Fitri baaangg..."


Aku yang masih trauma akan kehamilan Ustadzah Ikha langsung panik


"owhh jangan fit.. lepaass. akhhh.."


"Fitri mau.. aaakhh.. hamilin fitri.. sshhh bang..keluarin semuanya di rahim fitrii... ooouuughh..."


"jangan fit....abang Arghh..."


Belum sempat ku lepas kontolku dalam memek Fitri...dia malah menekan memeknya dengan kuat dan memelukku erat hingga ku semburkan spermaku didalam memeknya, dan setelah itu Fitri terkulai lemas diatas badanku sambil tersenyum seakan telah mendapatkan apa yg diinginkan dariku.


"kenapa fitri mau dikeluarin didalam?"


"makasih bang, fitri mau punya anak dari abang"


"Tapi abang sebentar lagi mau menikah..."


"jangan abang khawatir minggu depan Fitri juga mau nikah"


"sampai kapan pun Fitri ga akan menyesal dengan semua ini, kalo hamil Fitri akan sangat senang, karena Fitri ingin anak dari bang Baim, seorang laki-laki yang fitri sayangi dengan tulus dari hati bukan terpaksa"


Aku pun tersenyum lega dan segera memeluknya dengan kondisi badan kami yang masih berkeringat.


Hari keberangkatan telah tiba, aku segera ke bandara untuk segera ke kota tempat tinggal Putri, sebelum berangkat ku blokir kontak Ustadzah Ikha dan keluarganya, sesampainya disana aku bertemu dengan Putri dan keluarganya, aku berjanji kepada mereka akan datang kembali bersama orang tua ku, untuk melamar Putri, setelah beberapa hari disana untu memutuskan tanggal lamaran dan pernikahan, akhirnya pulang ke rumah orang tua ku, dan membicarakan maksud dan rencana ku untuk menikah dengan Putri, awalnya mereka terkejut mendengar rencana dadakan ini, awalnya mereka mengira aku telah menghamili Putri, tapi setelah kujelaskan akhirnya mereka bisa mengerti


Hari-hari poin berlalu dengan cepat dan hari pernikahanku semakin dekat, disuatu sore aku bersantai menikmati senja diteras rumah dengan sebatang rokok dan segelas kopi, tiba-tiba ada pesan Wa masuk dari nomor yang tidak dikenal, pesan Wa itu ternyata adalah pesan gambar, ketika kubuka ternyata foto Ustadzah Ikha tengah menyusui bayi yang imut dan cantik. didalam foto tersebut tertulis sebuah nama :

"Rabaikh Putri"


Dan sebuah pesan muncul setelahnya


"Baim, kemana pun kamu pergi dan dimana kamu berada, tak akan membuat rasa dihati ini pudar, dan takkan pernah ku lupakan sesuatu yang pernah kita jalani, walau ku tau kita tak akan pernah bisa bersatu, namun rasa ini sungguh indah ku rasakan. anak ini kami beri nama RABAIKH PUTRI, dengan makna singkatan RAdi suamiku, BAim, dan IKHa Sengaja kupilih nama itu, biar adil antara aku, kamu dan bang Radi, tak perlu permasalahkan anak siapa lagi, dia adalah anak kita bertiga


dari aku yang mencintaimu : ustadzah ikha


Tak terasa air mataku mengalir menatap langit, aku merasa seperti seorang bajingan brengsek, yang hanya mencari kepuasan dari wanita yang sudah pernah ku tiduri.


Mulai detik ini aku harus berubah, aku akan fokus membina rumah tangga, tanpa skandal maupun perselingkuhan, aku akan mendekatkan diri pada tuhan, dan aku akan memulai hidup yang lebih baik, tanpa mengulang semua perbuatan burukku


----TAMAT----







Pertanyaan dan Request hub saya di Instagram : amaansob_ , Whatsapp : Amaan atau Facebook : Farhan Amanullah

Komentar

  1. Mantap ceritanya komplit tidak nanggung smp tamat & endingnya mantul.

    BalasHapus

Posting Komentar